Antara Pekerjaan Rahasiaku Dan Cintanya
Tuan Andrew tidak akan tinggal diam bila ada orang yang be
hkanku untuk berjalan. Aku memasuki sebuah perkampungan yang sangat kumu
emang. Aku sengaja melakukannya agar tidak mudah
identitasku sebagai perempuan normal pada umumnya. Lagi-lag
*
ih sangat empuk itu. Aku adalah seorang anak tunggal. Hidupku di dunia ini hanya sebatang kara, semenjak kedua or
*
tubuhku di atas Kasur kesayanganku, kedua mataku men
iba sa
drrt
getar. Tertera di depan layar ponsel, Tuan Andrew is callin
asa sangat puas, satu menit lagi a
u
riku, Tuan Andrew sudah k
aku segera memejamkan mataku agar aku segera masuk ke dalam alam mimpi terindahku. Tran
trilit
ng kuletakkan di atas nakas di samping ranjangku be
alu aku menekan tombol untuk mematikan suara alarm yang sangat berisik itu. Aku melihat angka p
nafas, aku terdud
dor
, prang, prang, prang, suara kaca jendela yang pecah karen
ling masuk ke dalamnya dengan sangat cepat. Aku membuka sebuah pintu kecil yang su
ang tidak menerima bila orang-orang terkasih mereka meninggalkan mereka dari dunia ini dengan cara sad*s. Meski aku sudah
tuk siap menerima semua hal bu
intu rahasia ini. 6 angka yaitu angka kel
ra menutupnya dengan sangat rapat dan menguncinya kembali agar para pembun*h b
idak ada orang yang mencurigainya. Aku sudah melakukan banyak latihan untuk menyelus
banyaknya pipa saluran air, jadi Loro
hidup atau pun mati, aku tak peduli! Cepat bawa dia ke hadapanku!" titah salah seorang
engar dengan jelas suara yang berasal dari dalam rumah
n mengetahui apa yang akan mereka lakukan s
ar 4 orang, mereka mencari ke seluruh penjuru rua
selanjutnya apa yang akan kita lakukan?" suara
ana pun, kita anggap saja kalau orang itu mat* terpanggang d
waktu untuk menghentikan mereka, semua senjataku ada di dalam sebuah lemari rahasia di dalam kamarku.. dan
coran gas di rumah ini! Cepat segera perg
aku punya kejutan kecil untuk m
ke
andiwara untuk membuat bocor t
, apa suda
ud
u ayok kita segera
akkan rumahku tentunya, tidak ada waktu lagi, aku tidak akan sempat lagi untu
sangat cepat untuk segera mening
orong ini. Aku segera keluar dari Lorong ini dan aku pun bergegas untuk memasuki semak-se
ari rumahku, mereka menemb*kan peluru ke d
o
yang ditembakkan mel
rrr
memakakkan telinga. Rumah peninggalan orang tuaku meledak dan juga terbakar, asap meng
berapa lama kemudian, mereka meninggalkan kediaman