Cinta di Tepi: Tetaplah Bersamaku
Cinta yang Tersulut Kembali
Kembalinya Istri yang Tak Diinginkan
Rahasia Istri yang Terlantar
Gairah Liar Pembantu Lugu
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Istri Sang CEO yang Melarikan Diri
Kembalinya Mantan Istriku yang Luar Biasa
Sang Pemuas
Gairah Sang Majikan
"Hai, namaku Nicholas James Carran. Panggil saja, Nick.”
Layla hanya memandang tangan besar dari laki-laki yang berdiri di hadapannya. Dia tak segera menyambut tangan tersebut, membuat Nick melihat ke arah tangannya kemudian menyeka pada kaos yang dia kenakan untuk bermain bola.
Melihat sikap Nick, Layla segera mengulurkan tangannya. “Layla Miriam Duane. Panggil aku, Layla.”
Nick tersenyum. Senyum manis dari wajahnya tampan yang selalu diam-diam Layla perhatikan dari jauh selama lima tahun itu. Dia memiliki wajah kecil dan mata biru keabuan yang sangat indah. Rambut pirang keemasan Nick selalu tampak berkilauan ketika berlari di lapangan kala sinar matahari menyinarinya.
Ya, benar. Selama lima tahun, Layla hanya dapat memandang dari kejauhan ketika Nick berada di lapangan dan bermain bola. Dan hari itu, Nick lebih dulu menghampiri Layla, menyapa bahkan memperkenalkan dirinya. Hari itu Layla tepat berusia enam belas tahun. Nick yang berada di hadapannya bagai sebuah kado ulang tahun baginya.
Sejak saat itu, seakan-akan Nick tak ingin membiarkan Layla kesepian di pinggir lapangan. Nick selalu menyempatkan waktu untuk menyapa Layla setelah latihan atau permainan bola selesai. Dari situ, Layla tahu bahwa Nick lebih tua dua tahun darinya dan tinggal tak jauh dari kediaman paman dan bibinya.
Nick dan Layla semakin akrab dua tahun belakangan. Saat itu, Nick sedang berlatih sendiri sebelum pertandingan permainan bola. Layla hendak menyaksikan latihan Nick dengan perasaan suka cita, dia menyusuri jalan dekat lapangan. Tendangan keras dari kaki Nick membuat bola melesat kencang ke arah Layla dan hampir mengenainya.
"Layla awaaasss!!!” Teriak Nick dari jauh.
Mendengar suara Nick dari jauh, Layla menoleh dan dia sungguh terkejut melihat kedatangan bola ke arahnya. Layla tak sanggup menghindar, dia hanya pasrah sambil memejamkan mata, menunggu bola tersebut datang menghantam dirinya.
….
Layla membuka matanya dan dia lebih terkejut lagi dengan sosok Nick yang sudah berada di depannya. Nick sudah memegang bolanya. Dia berbalik dan berjalan kembali ke lapangan.
"Bagaimana mungkin?” tanyanya lirih.
Kebingungan dan rasa penasaran yang terus menerus menghantui kepala Layla. Beberapa hal yang dapat terpikirkan olehnya.
"Apa kau … penyihir atau …?” tanya Layla hati-hati.
Menurut Layla, selain penyihir, hanya sosok makhluk lain yang dapat bergerak begitu cepat. Vampire.
"Tidak, Layla. Aku manusia.”
"Kalau begitu … kau benar-benar seorang penyihir, Nick?” Layla sungguh terkejut dengan pengakuan secara tak langsung dari Nick. Dia mengecilkan nada suaranya.
"Maafkan aku, t-tapi, bisakah kau rahasiakan ini?” Nick terdengar memohon pada Layla. Wajahnya nampak penuh penyesalan.
Nick memiliki kekuatan menghentikan waktu dan menggerakkan benda tanpa menyentuhnya.
Ayahnya berkali-kali berpesan pada Nick agar dia berhati-hati menggunakan kekuatan, apalagi di tempat umum.
"Tentu saja, Nick. Kau menyelamatkan aku. Aku pasti merahasiakannya.”
Senyum Nick sudah kembali di wajahnya. Itu cukup bagi Layla. Dia akan merahasiakan siapa Nick demi senyuman itu. Layla memang telah jatuh hati padanya.
****
Nick telah menjadi pujaan hati Layla selama sembilan tahun. Empat tahun mereka saling mengenal satu sama lain, bahkan dua tahun di antaranya, Layla mengetahui rahasia Nick. Hari itu, Layla memberanikan diri mengungkapkan perasaan pada Nick.
"Nick, aku mencintaimu.”
"Tak mungkin, Layla. Kau seperti seorang adik bagiku.”
Layla terkejut dengan kata-kata yang Nick ucapkan.
Dinginnya salju yang turun pada musim dingin saat itu, tak terasa di atas kulitnya yang pucat. Kata-kata yang Layla dengar seperti belati menancap sangat dalam, kemudian perlahan menyayat dan merobek hatinya. Hanya rasa sakit dan perih yang Layla rasakan.
"Adik? Adik? Aku begitu mencintainya, mendambakannya. Tak mungkin …," ucapnya dalam hati.
Mata dengan iris berwarna hazel, campuran hijau dan emas yang mirip mata kucing, perlahan mulai berkaca-kaca.
"Apa ini karena Georgina? Apa kau sungguh mencintainya?” tanya Layla tak percaya.
"Layla …,” ucap Nick lirih dengan suara parau khas miliknya.
Nick menatap Layla tepat di matanya. Seperti biasa, dia selalu berbicara dengan Layla sambil menatap matanya.
Hati Layla hancur berkeping-keping, tetapi dia tetap membalas tatapan Nick. Kesedihannya perlahan berubah menjadi kebingungan.