/0/29430/coverorgin.jpg?v=8e86c699cec428f3b4eb4b4f9f811d64&imageMogr2/format/webp)
Seorang kakek tua duduk dengan kaki menyilang, terlihat berwibawa. Dia dengan santai menyisap tehnya.
Kakek itu bernama Hartono Da Mirko pemilik perusahaan Mining Industri yang Cherly lamar beberapa hari lalu, dan hari ini dia mendapat panggilan interview.
Cherly terkejut awalnya, karena dia berhadapan langsung dengan pemiliknya.
Cherly tampak gugup, dia menatap Hartono yang terlihat menikmati tehnya.
Saking gugupnya Cherly tak sadar memainkan jemarinya di hadapan Hartono.
Terlebih sudah 30 menit Hartono tak memulai interview.
"Apa berdiam seperti ini termasuk interview?! Mungkinkah ini bagian dari penilaian?!" benak Cherly resah.
Hartono meletakan cangkir tehnya, kemudian dia menyentuh berkas-berkas milik Cherly. Setelah membaca sekilas, dia lantas mengamati wanita di hadapannya.
"Cherly Tazkirah, usia 27 tahun dan singel. Cantik dan menarik, jadilah menantuku." tukas Hartono tiba-tiba.
Dahi Cherly mengernyit, dia terkejut bukan main. "Interview macam apa ini?!" benaknya bingung.
"Apa ini pertanyaan jebakan?!" tanya Cherly hati-hati.
"Jadilah menantuku." tukas Hartono lagi.
Hartono menatap Cherly, sorot matanya tajam "Aku tau kau tengah kesulitan. Ekonomi keluarga mu tengah merosot. Perusahaan properti Ayahmu mengalami kebangkrutan dan Ibumu tengah sakit jantung, kau butuh biaya."
"Jadilah istri cucuku aku akan membantu keuanganmu. Usaha Ayahmu dan pengobatan Ibumu mu, semua aku tanggung." Hartono tampak serius.
Cherly membelalak, kakek di depannya ini berbicara serius. Dia tak tengah berbual.
Cherly mengepal kuat jemarinya. "Ini bukan bagian dari interview yang aku pikir. Aku tak pernah membayangkan situasi ini." benaknya.
"Bagaimana bisa Anda mengetahui tentang ku sejauh itu?!" tanya Cherly.
"Itu sangat mudah bagi ku. " jawab Hartono.
Cherly berpikir sejenak. Dia menyimpulkan. "Maksud dari Hartono merekrut karyawannya adalah untuk mencari kandidat menantunya. Karena banyak yang mengatakan jika seorang pria yang melamar kerja disini jelas akan di tolak."
Cherly benar-benar butuh uang untuk membantu perekonomian keluarga nya yang tengah merosot. Jikapun dia diterima kerja disini, uang itu tak akan mampu menutup biaya-biaya yang dia butuhkan.
Hartono memecah keheningan. Dia menopang dagunya sembari menatap lurus Cherly. "Tenang saja setelah kau menjadi menantu ku kau akan mendapat tunjangan dan kau tak perlu bekerja. Kau hanya perlu fokus merayu cucuku."
Cherly sedikit menunduk, jemarinya mengepal kuat, pikirannya kacau.
Cherly menjadi gundah. Sangat tak masuk akal jika dia menerima tawaran itu. Namun, disisi lain dia membutuhkannya.
Setelah berpikir panjang. Cherly menatap Hartono serius.
"Anda tidak mungkin sembarangan menawarkan posisi berharga itu. Apa alasan Anda menawarkannya padaku?!" tanya Cherly.
Cherly sadar dia hanya wanita biasa yang rasanya tak pantas bersanding dengan keluarga kaya seperti Da Mirko.
Hartono menjawab. "Kau sehat dan subur. Setelah kau menikah lahirkan cicitku. Setelah itu jika kau mau bercerai maka lakukanlah."
Sebelum menawarkan posisi ini Hartono telah mengecek kesehatan Cherly. Dan menurutnya Cherly pantas untuk mengandung penerusnya.
Mata yang tajam dan bola mata hitam legam. Menurut Hartono, Cherly cantik sangat cocok jika bersanding dengan cucunya, terlebih kepribadian nya cukup baik dari yang dia selidiki. Cherly tak suka bermain dengan sembarang pria. Bahkan dia belum pernah berpacaran. Itu menjadi hal yang dia pertimbangan kan.
"Itu penawaran gila. Bagaimana bisa?!" Cherly merasa penawaran itu aneh dan baginya tak masuk akal.
"Ya atau tidak." tegas Hartono.
"Jika kau menolak itu tak akan merugikan apapun, aku akan mencari wanita lain yang bersedia." ucap Hartono, dia tak suka bertele-tele.
"Tunggu dulu-"
/0/17559/coverorgin.jpg?v=2dfeb92c41ba2f1bb0d955722294b226&imageMogr2/format/webp)
/0/2349/coverorgin.jpg?v=dd0a05c01c858512eced3c620181d0d4&imageMogr2/format/webp)
/0/16597/coverorgin.jpg?v=7671acdde2afa7678a9ec790a4948956&imageMogr2/format/webp)
/0/10464/coverorgin.jpg?v=9b6e0210907dd0e29028d66cd276d300&imageMogr2/format/webp)
/0/14334/coverorgin.jpg?v=edb42f4f519e2146969644febdb19d32&imageMogr2/format/webp)
/0/10177/coverorgin.jpg?v=e90b3dadb454117c2ce37347c9487463&imageMogr2/format/webp)
/0/12971/coverorgin.jpg?v=c7a1618abbc62b9ae15e936bea344749&imageMogr2/format/webp)
/0/20283/coverorgin.jpg?v=4f80989f89a2d1ea79d667d26fd544dc&imageMogr2/format/webp)
/0/4708/coverorgin.jpg?v=219e2c0e9c5e3ce4008f3fc909e31b5d&imageMogr2/format/webp)
/0/15719/coverorgin.jpg?v=04c774416462a5b042d2024508454c3d&imageMogr2/format/webp)
/0/16914/coverorgin.jpg?v=7d8a807bc586068f1c685c037a9eb1a5&imageMogr2/format/webp)
/0/3470/coverorgin.jpg?v=b4e4b68400d024c43edc280d29846d09&imageMogr2/format/webp)
/0/22544/coverorgin.jpg?v=4f7701e53a635b842255c14895604450&imageMogr2/format/webp)
/0/23568/coverorgin.jpg?v=44b2fe43acc91ec0b82a1c987c096130&imageMogr2/format/webp)
/0/18258/coverorgin.jpg?v=1f0c615f181385a0878a2ed4b344af81&imageMogr2/format/webp)
/0/4190/coverorgin.jpg?v=41fd1dc29a06af438b3b8fffb6e3238b&imageMogr2/format/webp)
/0/29149/coverorgin.jpg?v=e907fd7114928736d4c7ed5d43a5c5a5&imageMogr2/format/webp)
/0/23632/coverorgin.jpg?v=3fb3baaf4ff0ba49123aa2f609ec1354&imageMogr2/format/webp)