Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Perempuan Gila Itu Istriku Tercinta

Perempuan Gila Itu Istriku Tercinta

Hannah owo

5.0
Komentar
157
Penayangan
5
Bab

Roxelana menderita keterbelakangan mental dan demensia. Semua orang memanggilnya "gadis gila", "perempuan dungu nan idiot", dan "perempuan penggoda lelaki asing." Namun, bagi Reiner, Roxelana adalah perempuan yang ia cintai. Bagi Reiner, pria 30 tahun yang telah lama kesepian, Roxelana adalah belahan jiwanya, istrinya tercinta, hidup, dan matinya. Ia menerima segala kekurangan Roxelana. Ia mengabdikan hidupnya demi kebahagiaan dan kesehatan Roxelana. Baik Reiner maupun Roxelana memiliki masa kecil yang traumatis. Orang tua Reiner hanya membesarkannya sebagai alat pelunas hutang. Bibinya Roxelana berusaha menjual keponakannya itu pada lelaki hidung belang. "Kelak, kalau kau sudah besar, kau harus melunasi hutang miliaran rupiah yang ayah punya di bank." Ujar ayahnya Reiner yang pengangguran dan gemar memukuli anak istrinya. "Kau di sini hanya menumpang. Setidaknya bantulah kami mencari uang. Alat penghasil uang instan ada di antara kedua pahamu." kata Bibinya Roxelana. Ini adalah kisah cinta tragis dari dua manusia malang yang memili luka batin. Dengan kekuatan cinta, mereka mencoba saling menyembuhkan luka masing-masing. Mereka ingin hidup sehat dan bahagia, berdua selamanya, melupakan rasa sakit yang sudah-sudah dan memulai segalanya dari awal.

Bab 1 Chapter 1 : Aku Ingin Dicintai

28 Desember 2017

"Kalau kau mencintaiku, aku akan mengorbankan hidupku untuk membuatmu bahagia." kata Rosie pada Reiner lima tahun yang lalu.

Saat ini, 28 Desember 2017, menjelang pukul 11 malam, hari ulang tahun pernikahan Reiner dan Rosie yang kelima, Reiner masih mengingat kalimat itu dengan baik.

Reiner Kristiansen, usia 35 tahun, saat itu pulang ke rumah dalam keadaan jiwa yang terguncang. Ia baru mengetahui kebenaran yang selama ini disembunyikan darinya. Ia baru mengungkap kesalahpahaman yang membuatnya terpisah dari Rosie. Ia baru menyadari sebuah dosa besar yang telah ia lakukan.

Setelah sampai, ia dengan tergesa-gesa ia membuka pintu rumah dan memanggil-manggil nama Rosie. Maja Roxelana Pettersen, biasa dipanggil Rosie oleh Reiner, 25 tahun, istri Reiner yang rapuh dan lemah tidak ada di meja makan. Ia biasa menunggu Reiner pulang di sana. Reiner menemukan makan malam yang disiapkan Rosie untuknya. Sudah dingin di bawah tudung saji.

Malam itu hujan turun dengan derasnya. Seorang suami jahat yang tengah dirundung penyesalan sedang berusaha mencari istrinya di sudut-sudut rumah. "Rosie, sayang, aku pulang. Aku bawakan hadiah untukmu." kata Reiner.

Setelah mencari ke semua ruangan di rumah mereka, bahkan juga sudah di kolong tempat tidur, Rosie tak ditemukan. Reiner meyakini Rosie kabur dari rumah (sebab ia memang pernah kabur dari rumah). Di luar, petir menyambar dan hujan turun semakin deras. Pintu-pintu rumah tetangga sudah tertutup rapat dan malam telah menuju puncak kegelapannya. Reiner amat mengkhawatirkan Rosie. Ia pun menelpon polisi untuk membantu mencari istrinya itu.

Rosie mencoba kabur dari rumah belasan hari yang lalu. Ia kabur karena ia tak sengaja merusak kemeja Reiner. Ia sangat takut dipukuli lagi. Reiner berkali-kali memgatakan bahwa ia tak akan pernah mengangkat tangan dan menyakiti Rosie, tetapi tetap saja perempuan itu sangat takut pada kemarahan Reiner.

Saat itu, Reiner mencoba mencari Rosie sendiri di tengah hujan deras malam hari dan mati lampu. Ia hnya bermodalkan senter dan dua buah payung. Rosie berhasil ia temukan 3 jam setelah pencarian, tetapi Rosie ditemukannya dalam keadaan terluka. Reiner menemukannya di jalan besar, 300 meter dari rumah mereka. Ia tak sadarkan diri, tergeletak tak berdaya di bawah hujan. Lengan kirinya ditembus ranting pohon dan ada luka gores panjang di sana.

Untuk pelarian yang kedua kalinya ini, bagi Reiner lebih bijak jika ia meminta bantuan polisi, berharap sang istri tercinta akan ditemukan lebih cepat dan dalam keadaan sehat.

"Istriku kabur dari rumah. Ia mengidap demensia." kata Reiner pada polisi yang datang ke rumahnya.

Mereka pergi mencari sementara Reiner duduk di meja makan, menunggu sang kekasih tercinta pulang.

Rosie yang rapuh dan malang, di usia semuda itu telah menderita demensia dan keterbelakangan mental karena kerusakan di beberapa bagian otaknya. Ia terlahir normal dan baik, tetapi cedera otak yang ia alami membuatnya cacat. Kini, ia kombinasi sempurna dari gila, depresi, demensia, dan keterbelakangan mental. Perempuan cantik itu pikun setengah mati, bahkan seringkali tak mengenali suaminya sendiri. Pikirannya terjebak di masa-masa tertentu. Ia sering mengamuk tanpa alasan yang jelas, mencari-cari bayi kembarnya yang telah mati dua tahun yang lalu. Kadang ia berlaku hiperaktif seperti anak 8 tahun, kadang ia duduk terdiam sepanjang hari menatap pekarangan rumah mereka, kadang menangis dan tertawa sendiri, kadang ia berlaku seperti gadis remaja binal. Pernah ia berkata pada Reiner : "Pangeran impianku yang rambutnya sekuning lemon dan matanya sebiru lautan."

Reiner mencintai Rosie setengah mati. Tak peduli bahwa Rosie tak bisa menjalankan tugasnya sebagai istri lagi. Tak peduli bahwa Rosie yang dulu bukan lagi Rosie yang sekarang. Kecantikan Rosie telah berkurang drastis, tetapi Reiner tak berhenti mencintainya. Rosie tak lagi bisa memasak Tiramisu atau bernyanyi untuknya sebelum ia tidur, tetapi Reiner tetap mencintainya.

Dengan penuh kesabaran Reiner merawat dan menyayangi Rosie. Ia tak pernah merasa kerepotan apalagi marah pada tingkah perempuan itu, seaneh dan seabsurd apapun. Reiner memandikannya, membersihkan tubuhnya dengan seksama, memakaikannya pakaian yang hangat, menyisir rambutnya, dan terkadang menyuapinya makan. Jika Rosie buang air kecil sembarangan, Reiner membersihkannya dengan sepenuh hati. Jika wajah Rosie belepotan setelah menyantap es krim coklat, Reiner membersihkan wajahnya dengan penuh senyuman. Jika Rosie tiba-tiba mengamuk dan berteriak meraung-raung, Reiner dengan sabar membuat ia tenang kembali. Secinta itulah Reiner pada Rosie.

Ia berencana membawa Rosie pindah ke Jakarta. Rumah baru. Suasana baru. Hidup baru bagi mereka berdua. Ia ingin Rosie melupakan semua kenangan buruk yang terjadi di rumah yang mereka tempati sekarang ini. Reiner juga membeli tiket perjalanan wisata untuk dirinya dan Rosie. Dulunya, Rosie ingin mengunjungi negeri kelahiran ayahnya. Sebuah negeri indah dengan pantai yang tak berombak, rusa kutub, padang rumput, rumah-rumah yang terbuat dari dinding merah, dan gunung-gunung yang ditumbuhi bunga. Negeri itu ada dan bukan sebatas imajinasi Rosie. Negeri itu nyata. Ayahnya Rosie sejatinya berasal dari negeri itu. Reiner dan Rosie menyebutnya sebagai "The promised wonderland" sebab Rosie lupa nama sesungguhnya. Dan sebab Reiner berjanji untuk membawa Rosie mengunjungi negeri itu.

"Mungkin aku punya kakek, nenek, dan keponakan di sana." kata Rosie.

"Aku harap mereka semua cantik seperti dirimu."

"Tentu saja. Aku ini mirip betul dengan ayahku, seperti kembar. Mereka pasti akan langsung mengenaliku sebagai kerabat mereka."

Saat itu adalah masa-masa pendekatan sebelum mereka menikah. Reiner melakukan apapun untuk membuat hati Rosie takluk padanya, termasuk menjanjikannya sebuah kunjungan ke negeri kampung halaman ayahnya itu. Akhirnya, si gadis kampung mau ikut ke Kota Mayakarta bersama Reiner, untuk menjadi istri dan tinggal bersama dalam ikatan pernikahan.

Janji itu setengah terpenuhi. Reiner telah membeli tiket wisata ke Pulau Lotofen Norwegia, tempat yang paling mirip dengan deskripsi Rosie tentang The promised wonderland itu. Tiket wisata itu akan Reiner berikan malam ini sebagai hadiah ulang tahun pernikahan mereka yang kelima, tetapi Rosie malah kabur dari rumah.

Reiner tak berhenti menatap jendela. Ia menitiskan air mata menatap dua buah tiket wisata itu.

"Aku akan membawamu ke sana, Rose. Kita akan pergi minggu depan. Tidak malam ini. Untuk malam ini, aku ingin minta maaf padamu." kata Reiner.

Di tengah-tengah keterbatasannya, ada masa di mana Rosie berhasil mengingat Reiner dan kisah cinta mereka dengan sempurna. Rosie duduk di pangkuan Reiner. Ia tersenyum manis dan berkata :

"Aku ingat, Reiner. Dulu, di kampung halamanku ada tempat makan mewah. Aku tak pernah bermimpi menapakkan kaki di dalamnya, tetapi engkau mengajakku masuk dan membelikanku makanan paling mahal di sana. Aku ingat kau menghajar lelaki yang mencuri ciuman pertamaku. Aku ingat kau memasangkan syal biru muda ini sembari memintaku menutup mata. Aku ingat cincin kawin yang kau berikan adalah cincin mutiara. Aku ingat kau berjanji bahwa kita akan menghabiskan 99 tahun dengan

hidup bahagia dan sehat bersama. Kau memanggilku Rosie saat semua orang memanggilku Maya. Kau menyelamatkan nyawa dan keperawananku. Kau menikahiku. Kau mencintaiku. Kemudian, semuanya berubah. Kau bosan padaku. Kau mencintai

perempuan lain yang lebih cantik dan pintar. Paula..."

Reiner segera meletakkan jari telunjuknya di bibir Rosie.

"Itu tak benar, sayang. Tak pernah ada perempuan lain selain dirimu."

Begitu Reiner melepaskan jari telunjuknya dari bibir Rosie, Rosie melanjutkan :

"Kau mencintai Paula. Kau membawanya ke rumah kita. Kau mencumbunya di hadapanku. Kau menjadi kasar dan sering memukuliku. Kau melukaiku. Tamparanmu selalu membuat hidungku berdarah. Kau kemudian pergi saat aku tengah hamil. Kau punya perempuan baru. Kau tidak mencintaiku lagi. Lagipula aku tak pernah bisa membuat engkau bahagia."

Reiner menggeleng.

"Kebenarannya tidak seperti itu, Rose. Aku hanya mencintaimu. Aku tahu aku telah mengecewakan

kepercayaanmu, tetapi maukah kau memercayai satu hal lagi?" kata Reiner.

Rosie mengangguk.

"Kau adalah satu-satunya hal baik yang tersisa dalam hidupku. Belahan jiwaku. Apalah diriku ini, Rose. Segala yang aku inginkan kini adalah kesehatan dan kebahagiaanmu. Jadi, aku mohon tolong lupakanlah yang sudah-sudah dan fokus pada

kesehatanmu."

*****

4 Jam setelah mencari, para polisi kembali muncul di rumah Reiner. Namun, mereka tak membawa

Rosie, melainkan membawa sebuah kabar buruk untuk Reiner. Genangan darah yang sangat besar ditemukan di dekat Danau Alamanda (danau yang terletak di belakang rumah Reiner-Rosie). Genangan darah itu adalah genangan darah milik Rosie. Ditemukan juga potongan jari tangan dan kelopak matanya. Sudah teruji di laboratorium bahwa itu semua memang potongan

tubuh Rosie yang malang. Mereka (para polisi) juga menemukan syal biru muda yang Rosie terakhir kali kenakan sebelum ia menghilang, tersangkut di sebuah dahan pohon dekat genangan darah itu ditemukan.

"Lalu? Istriku? Di mana ia? Apa ia di rumah sakit? Katakan bahwa ia masih hidup." kata Reiner

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku