Sekar sedang berlibur dengan keluarganya ke pemandian air panas. Saat keluarganya menikmati pemandangan sekitar hotel, Sekar memilih sendirian dan menikmati pemandangan dari jendela kamar. Tiba-tiba seorang pria masuk dengan tergesa-gesa. Sekar ingin berteriak, namun pria itu menutup mulutnya, sehingga keduanya terjatuh, tepat saat ayah Sekar masuk ke dalam kamar. Melihat putrinya ditimpa seorang pria, Pak Rahmad tidak mau mendengar alasan, dan mendesak keduanya untuk segera menikah.
Sekar Arumi, 25 tahun, sama sekali tidak menyangka kalau ide cerita untuk iklan yang dia usulkan ternyata sangat menarik Client Perusahaan di tempat ia bekerja. Setelah tim nya mendapatkan bonus, ia pula mendapatkan cuti selama 1 Minggu. Wajar, karena hampir dalam setahun ia sudah giat bekerja. Bahkan banyak dari rekannya yang tahu, dalam keadaan tubuhnya tidak sehat, ia selalu mendedikasikan dirinya untuk mengabdi dan mencintai pekerjaannya.
Kesempatan itu ia gunakan sebaik-baiknya untuk mengajak keluarganya berlibur. Karena semenjak ayahnya pensiun menjadi guru, mereka belum pernah berlibur bersama.
"Yes," akhirnya kita sampai juga, yah, Bu," ujar Dahlia sang adik.
"Iya, nggak kebayang kalau akhirnya kita bisa sampai di tempat yang sering mereka sebut-sebut. Apa itu namanya? Pilar," ujar Bu Yumna dengan polosnya.
"Viral, Bu," Sekar memperbaiki maksud sang ibu.
"Ayah, bagaimana? Apa ayah menyukai tempat ini?" tanya Sekar.
Pak Rahmad tersenyum.
"Yah, tentu saja ayah suka. Tapi mendengar tadi biaya tinggal di sini 1 juta?" ujar sang ayah dengan wajah sedikit memelas.
"Hm, ayah. Untuk membahagiakan keluarga, uang segitu nggak terlalu mahal. Lagian itu bonus kok. Di samping gaji aku," jelas Sekar.
"Iya, kalau ditabung, bisa biaya makan sekeluarga selama 1 atau 2 minggu," jawab pak rahmad.
"Sesekali ya ayah. 'kan nggak sering-sering. Kalau nggak begini, mana mungkin kita bisa menikmati liburan seperti ini," ujar Sekar.
"Iya, nih ayah. Sesekali aja kok," Dahlia ikut menggerutu.
"Sudah, sudah. Yang penting kita nikmati saja dulu liburannya," ujar Bu Yumna mengalihkan topik.
"Kamu juga, Nak. Jangan terlalu memburu pekerjaan,. Ibu tahu, selama hampir dalam setahun ini, kamu nggak mau libur kerja demi mendapatkan apa yang kamu inginkan. Ibu jadi lebih yakin, kalau pun kamu nggak mengambil kuliah di bidang keguruan, kamu masih tetap punya peluang untuk sukses," ujarnya.
"Memang aku nggak ada bakat di bidang keguruan, Bu," lirik Sekar ke arah sang ayah.
Dahlia pun membuka jendela kamarselebar-lebarnya.
"Wah, ternyata di sana benar-benar spot yang bagus yah, kak Sekar!" seru Dahlia.
"Wah, kelihatan, ya?" ujar Sekar.
Keempatnya pun mendekati jendela. Menatap kepulan asap yang keluar dari kawah pemandian air panas.
"Uhu, kayaknya seru deh kalau bawa telur, dan dicelupin ke sana," celutuk Dahlia yang masih berusia sekitar 15 tahun itu.
"Hahahaha, sok bereksperiment kamu!"
"Nggak apa-apa dong! Kali aja nanti aku jadi guru kimia, seperti ayah hehehe," sahutnya.
"Ma, kita ke sana, yuk!" ajak bocah itu.
"Ayo. Ayah, kita ke sana yuk. Sepertinya ayah juga tertarik," bujuk sang istri. Pak Rahmad hanya menaikkan kedua alisnya menuruti permintaan anak dan istrinya.
"Kamu?" tanya Pak Rahmad pada Sekar.
"Aku akan menyusul ayah. Aku mau hubungi teman aku dulu yang katanya tinggal di sekitar sini," ujar Sekar.
"Jangan lama-lama, ya! Kayaknya bagus buat pamer liburan," ujar Bu Yumna dengan polos sambil tertawa. Sekar pun membalas senyuman itu.
Kini Sekar sendirian di dalam ruangan itu. Bangunan yang hanya terdiri 2 lantai. Sekar sengaja memilih family room yang ada di bagian atas. Yang sejajar dengan kawah berasap, yang tepat di depan jendela itu adalah kolam pemandian air hangat.
Sekar masih memandangi ayah, ibu beserta adiknya yang sudah sampai di kawah itu. Dahlia terus mengacungkan jempol ke arah kakaknya, seolah mengisyaratkan tempat itu sangat bagus.
Beberapa menit kemudian, membuka tas untuk mengambil ponselnya, tiba-tiba terdengar suara teriakan di luar sana. Tapi sekar yang cuek, sama sekali tidak perduli. Merebahkan tubuhnya di salah satu ranjang yang ada di dekat jendela yang terbuka lebar.
Entah dari mana datangnya, seorang pemuda masuk ke kamarnya melalui jendela dengan tergopoh-gopoh menutup jendela dan gordennya, yang tentu saja mengejutkan Sekar.
"Eh, siapa kau...," pria itu langsung menutup mulut Sekar.
Gadis itu hampir berteriak. Siapa sangka juustru pemuda itu menempelkan bibirnya di bibir Sekar. Membuat gadis yang belum pernah merasakan first kiss itu hanya bisa terdiam dengan mata terbelalak dan jantung yang berdegup dengan kencang.
Sementara di luar sana terdengar beberapa suara.
"Kita harus temukan dia. Kalau tidak, kita bisa bahaya!" ujar suara di luar kamar itu.
Sedang di kawah sana, di saat yang bersamaan, Pak Rahmad teringat dengan ponselnya.
"Bu, saya kembali ke kamar dulu, ponsel ayah ketinggalan," ujarnya.
"Ayah juga mau menunjukkan moment ini di sosial media ya?" goda Bu Yumna. Pria itu hanya tersenyum.
Sekar tersadar, mulai bergerak. Namun justru gerakannya membuat Pria itu menimpanya. Tepat di atas ranjang. Di saat bibir keduanya terlepas itulah Sekar bisa mengenali laki-laki itu.
"Devan," lirihnya menyebut sebuah nama. Sedang yang di panggil sepertinya tidak mengenal gadis itu. Dan keduanya masih belum sadar dengan apa yang terjadi.
"Kau mengenalku?" tanyanya masih pada posisi di atas tubuh Sekar.
Ceklek
Terdengar suara pintu dibuka.
"Sekaaaar!" hardik Pak Rahmad melihat posisi putrinya berada di bawah seorang pemuda.
Sekar tergagap. Dan segera mendorong pemuda itu dari tubuhnya.
"A-ayah!" ujarnya.
"Ayah, ini sama sekali bukan seperti yang ayah kira...,"
"Diam!" tukasnya tidak perduli penjelasan putrinya.
"Kamu bilang mau menghubungi teman kamu. Tapi justru ini yang mau kamu lakukan di sini?"
"Ayah, ayah. Bukan seperti itu ceritanya. Aku juga tidak tahu dia itu datang dari mana," ujar Sekar mulai panik, menatap pemuda itu agar bisa memberi penjelasan pada sang ayah.
Sementara itu, laki-laki bernama Devan itu, mulai mengingat siapa gadis yang baru saja mendapat nasib buruk karena bertemu dengannya.
"Ini 'kan Sekar Arumi? Teman aku waktu SMP? Ah iya, waktu SMA juga sempat," fikirnya mengenali wajah itu. Bagaimana tidak, karena Sekar Arumi yang dulu ia kenal adalah gadis culun yang gemuk dengan kaca mata yang selalu dipakai di jaman itu.
"Maaf, Pak. Kami memang tidak sengaja...," ucap Devan mendekati Pak Rahmad. Pria pensiuan guru itu menatap Devan dengan sinis.
Plaaaaak!
Sebuah pukulan dilayangkan Pak Rahmad di wajah tampan itu. Sekar terkejut tidak menyangka kalau ayahnya akan semarah itu, padahal masih belum mendengar penjelasannya. Sedang Devan hanya bisa menyeka sudut bibirnya.
"Apa lagi yang ingin kalian jelaskan? Sudah jelas-jelas kalian berduaan di dalam ruangan ini. Kalian fikir saya bodoh? Sekarang juga panggil kedua orang tua kamu!" desak Pak Rahmad.
"Kenapa harus panggil orang tua, Pak?" apa tidak cukup saya sendiri yang harus menjelaskan.
"Saya mau sekarang juga panggilorang tua kamu!" tegas laki-laki berusia sekitar 55 tahunan itu.
"Ayah, tolong dengarkan penjelasan Sekar dulu. Ini tidak seperti yang ayah lihat. Ini semua hanya kebetulan dan salah paham!"
Pak Rahmad tidak perduli dengan apa yang disampaikan putrinya. Justru meraih ponselnya dan menelepon seseroang di sana.
"Dahlia! Ajak ibu kamu kembali ke kamar!" tukasnya.
Sekar semakin cemas, terlebih ketika ibu dan adiknya ada di sana. Mereka juga terkejut melihat ada pemuda asing di sana.
"Sekar, ada apa ini?"
Belum sempat Sekar menjawab.
"Saya tidak mau menanggung malu atas perbuatan mereka. Sekarang juga mu hubungi orang tuamu, dan kalian akan saya nikahkan!"
"Eh, apa?" Bu Yumna yang tidak tahu apa-apa pun terkejut.
"Ayah? Aku tidak mau. Aku nggak mau nikah sama laki-laki ini. Ini hanya salah paham," ujar Sekar meronta.
"Menikah? Okey. Baiklah, sekarang juga aku akan menghubungi keluargaku," ucap Devan dengan datar.
Sementara yang lainnya hanya bisa terheran dengan tingkahnya. Bahkan Sekar juga tidak menyangka kalau laki-laki yang ia tahu begajulan itu, juga langsung menerima desakan tersebut. Devan segera menghubungi orang tuanya, meminta untuk hadir ke tempat itu.
Bab 1 Jodoh Lewat Jendela
22/10/2022
Bab 2 Musyawarah Keluarga
22/10/2022
Bab 3 Belajar Bertanggung Jawab
22/10/2022
Bab 4 Pasrah Menerima Pernikahan
22/10/2022
Bab 5 Sentuhan Pertama
22/10/2022
Bab 6 Hari Pertama Satu Ranjang
22/10/2022
Bab 7 Nakal Tapi Bukan Murahan
22/10/2022
Bab 8 Kebenaran Yang Terungkap
22/10/2022
Bab 9 Pasrah Hilang Keperjakaan
22/10/2022
Bab 10 Istri Jutek vs Suami Jahil
22/10/2022
Buku lain oleh Aprima
Selebihnya