Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Jalan Jodoh Sang Koki

Jalan Jodoh Sang Koki

alfeda

5.0
Komentar
199
Penayangan
20
Bab

Max adakah koki terkenal. Namun, di masa kejayaannya ia malah tersandung kasus, ia tak sengaja membunuh perdana menteri melalui masakannya. Malam itu ia menjadi buronan dan akhirnya tanpa sengaja jiwanya berkelana ke tubuh wanita yang sama-sama tenggelam bersamanya di waktu yang sama di tempat berbeda. Ketika dalam tubuh wanita, ia malah menyukai sahabatnya Nadia yang bernama Wulan. Setelah jiwanya kembali ia mencari Wulan dan hendak menikahinya. Tapi ternyata, menyakinkan mereka berbeda. Bagaimana kisahnya? Yuk, ikuti keseruannya!

Bab 1 Awal Bencana

Max adalah koki yang berwajah tampan, ia memiliki postur yang ideal, bahkan dirinya sangat cocok jika menjadi model karena penampilannya yang good looking ditambah harga baju yang lumayan fantastis.Ia terlahir sempurna dengan latar belakang keluarga yang bukan orang biasa seperti koki lain. Ia mentautkan penampilannya pada cermin bagaimana dirinya terlihat sangat sempurna.

"Wow," ucapnya ketika baju limited edition itu telah terpakai pada tubuhnya dan terlihat sangat memukau.

Ia mengangkat dering ponselnya yang sedari tadi menyala dan menghasilkan bunyi panjang.

"Max, jangan lupa ya, hari ini ada konferensi pers di televisi," ucap asistennya ketika mengabarkannya lewat sambungan telepon.

Ya, Hari ini, adalah hari di mana dirinya telah resmi menjadi koki termuda dan pertama di kerajaan Vatikan dengan usianya yang baru menginjak dua puluh lima tahun.

Tak berlangsung lama, suara seseorang terdengar dari luar, suara itu dia sangat kenali karena memang orang itu telah menjadi asistennya cukup lama.

"Max, kamu sudah siap?" tanya asisten Max yang biasa menemaninya di setiap acara seperti hari ini, konferensi pers dengan wartawan.

"Hhmmm, menyebalkan sekali," gerutunya ketika suara itu kembali terdengar tak sabaran.

Ia kemudian keluar dan diantar menuju lokasi syuting, di sana sudah ada pembawa acara perempuan yang bertugas sebagai MC.

" Siap? Satu dua tiga, action!" videografer memberi aba-aba untuk presenter agar memulai acara dengan Max menunggu di luar belum dipersilahkan.

"Halo sahabat semua, jumpa kembali dengan saya Rossi, kali ini kita kedatangan tamu yang spesial, Namanya Max sang koki termuda di kerajaan Vatikan, tentunya nama itu pasti familiar di telinga kalian, marilah kita sambut, ini dia Max" Semuanya yang ada di sana seakan menyambut kedatangannya, suara tepuk tangan meriah menyambut kedatangan Max yang baru masuk dan dipersilahkan duduk.

Max masuk sembari melambai dan membungkuk memberi hormat kepada para penonton yang hadir di sana. Presenterpun basa-basi dengan latar belakang Max, mencairkan suasana.

"Kenapa kamu memilih profesi koki dibandingkan model?" tanya sang presenter sembari menatap ke arah kamera.

"Menjadi koki bukan hanya sekedar profesi, melainkan sebuah hobi yang sedang ku gemari dan ternyata menghasilkan."

Beberapa tepuk tangan kembali riuh dengan jawaban Max yang cukup brialian, bahkan presenter cantik di depannya pun mengacungi jempol.

"Jadi apa pendapatmu tentang makanan?" tanya presenter ketika suara tepuk tangan sudah tak lagi terdengar. Semua orang menunggu jawaban Max, mereka berharap jawabannya sebrilian barusan.

"Menurutku makanan bisa jadi senjata mematikan namun, bisa menjadi pembuka bagi hubungan yang sudah mulai renggang, makanan juga bisa menjadi senjata politik," ucap Max yang membuatnya penonton kecewa bahkan tercengang tak percaya.

"Bagaimana caramu bisa sampai menjadi koki muda?" tanya presenter kembali antusias.

"Bukan termuda, tapi yang pertama," ralatnya dengan sombong dan percaya diri.

Ia kemudian menceritakan bagaimana awal karirnya bermula hingga sampai di posisi yang seperti sekarang.

"Wah, luar biasa ya, ku pikir lewat jalur dalam mengingat keluarga kamu bukan orang biasa," sambung presenter yang membuat para penonton riuh bertepuk tangan.

"Terimakasih motivasinya, semoga anak-anak muda bisa terinspirasi dengan cerita Max, sang koki," ucap presenter mengakhiri sambutanya.

***

Setelah malam itu, nama Max semakin bersinar, ia semakin terkenal, banyak tamu kenegaraan yang juga ingin mencicipi hasil masakannya.

"Max, siapkan hidangan spesial untuk ini.."

Setelahnya ia memasak dengan sangat cepat, dan menyiapkan hidangannya dengan sangat cantik.

"Max, siapkan hidangan spesial ini ..."

Seperti sebelumnya setelah ia memasak, selalu ada pramusaji mengambil makanannya.

"Max! Ayo cepat!"

Geram beberapa pramusaji yang mulai tak sabar karena sudah banyak yang mengantri hasil masakannya.

"Max, lagi!" ucap beberapa pramusaji yang ternyata beberapa tamu semakin banyak yang menginginkan hasil masakan Max.

Setiap harinya, Max semakin terkenal, namanya selalu dipanggil-panggil untuk menyiapkan hidangan, banyak review positif bahkan selalu bintang maksimal untuk setiap masakan yang telah dibuatnya dengan piawai. Semua orang bahkan memujinya, banyak tamu kedutaan yang penasaran dengan hasil masakannya yang sangat terkenal bahkan di manca negara.

"Max, besok malam ada perdana menteri, tolong siapkan menu terbaik," ucap petugas kerajaan memberi tahu.

Semalaman media sosial Max tidak berhenti memberikan notifikasi, bahkan beberapa notif masuk karena sering kali ditag dengan tema memasak atau bisnis.

***

Malam itu, malam yang dia tunggu, malam di mana perdana Mentri ikut serta mencoba masakannya, ia tampil dengan perfoma sempurna, ia bahkan menyiapkan menu makanan yang menurutnya spesial. Dengan kemampuan bahasa yang dimilikinya ia tak perlu translator untuk menerjemahkan.

"Kamu bisa, Max?" tanya ajudan yang biasa menemani tamu kehormatan di kerajaan tempatnya bertugas.

" Di catatannya tidak ada alergi apapun, kan?"

Seperti katanya, bahwa makanan bisa jadi senjata mematikan buat lawan, ia memastikan ke temannya untuk memastikan bahwa tidak ada alergi sebelum memasak.

Entah lupa atau disengaja, sang translator tidak membawa catatan, itu artinya ia bebas membuat menu makanan.

Merasa tidak ada yang perlu dijadikan catatan, Max memasak dengan riang, ia menyulap makanan bermenu seafood dengan beragam hidangan. Dengan kepiawaiannya dan cekatannya dalam memasak, sehingga waktu yang ditentukan memasak itu hanya sebentar.

"Semuanya sudah siap."

Ia tersenyum senang ketika semua masakan yang ia masak dengan sepenuh cinta, disusun sedemikian cantik di atas piring telah dibawa pramusaji untuk disajikan.

"Yea akhirnya selesai," ucapnya sembari bersiul-siul karena hari istimewanya akan tiba, karena biasanya setelah ini ia akan semakin terkenal karena telah menyajikan menu istimewa dan disukai oleh perdana Mentri.

"Sudah selesai semua kan? Apa masih ada lagi yang aku masak?" tanya Max sebelum memutuskan untuk pulang.

"Hari ini, akhirnya selesai juga," ucap beberapa asisten koki yang membantu Max menyiapkan masakan yang hari ia buat sangat banyak.

Max dan beberapa asistennya gegas merapikan perkakas dan bersiap untuk pulang.

"Terimakasih untuk hari ini, Max," ucap beberapa teman-temannya yang sudah siap untuk pulang.

Maxpun mengikuti yang lain, ia menghubungi pacarnya untuk bertemu, hari ini ia sangat senang karena waktu bertemu dengan pacarnya bisa lebih lama.

Ia menghubungi pacarnya menggunakan telepon seluler terbarunya.

"Kita bertemu di tempat biasa ya, sayang," ucapnya ketika panggilan itu tersambung dengan hanya sekali menunggu.

Ia mengobrol cukup lama, menyampaikan rasa rindu yang mendera karena hampir satu bulan tak bertemu dengan pacarnya, karena terkadang bukan hanya dirinya yang sibuk, pacarnya yang berprofesi modelpun sama sibuknya dengan dirinya.

" Waktunya menikmati surga dunia," gumamnya sembari bersiap mengganti baju kokinya menjadi baju yang biasa ia pakai ke acara formal.

Ia bersiul-siul dan bernyayi ketika menyusuri jalan untuk keluar. Tanpa tau ada informasi terburuk yang ia yang menjadi tersangkanya.

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku