Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Jodoh Wasiat Nenek

Jodoh Wasiat Nenek

Dian D'n Jell

5.0
Komentar
309
Penayangan
20
Bab

Jingga dan Davin dinikahkan karna persahabatan Nenek mereka. Meskipun Jingga dan Davin telah merajut tali persahabatan sejak kecil, bukan berarti Davin bahagia atas pernikahannya. Davin yang sejak awal hanya menganggap Jingga sebagai sahabat, tidak pernah mencintai Jingga. Hubungan mereka pun semakin retak tatkala Davin memilih untuk pergi ke luar Negri demi ambisi menjadi pebisnis sukses. Siapa sangka ketika kembali, Davin justru membawa seorang wanita ke hadapan Jingga dan mengatakan ingin bercerai demi untuk menikahi wanita pilihannya itu. Sadar tak bisa memaksa cintanya pada Davin, Jingga pun bersedia untuk cerai. Jingga dan Davin tidak pernah bertemu lagi setelah perpisahan itu. Hingga setelah bertahun-tahun lamanya mereka kembali bertemu. Tapi kali ini Jingga datang bersama seorang bocah yang wajahnya mirip dengan Davin. Siapakah bocah itu sebenarnya? Apakah Jingga sudah menikah lagi atau bocah itu adalah anak Davin?

Bab 1 Pernikahan Dini

Langit sore ini bersemu jingga layaknya hati seorang gadis belia berusia 18 tahun yang beberapa jam lagi akan melangsungkan prosesi ijab kabul. Di depan sebuah cermin gadis itu menatap dirinya yang kini dalam balutan kebaya berwarna putih.

Ya, seorang gadis bernama Jingga itu terus merasa resah sejak seharian ini. Pasalnya, baru kemarin ia melepas statusnya sebagai siswa SMA dengan diumumkan kelulusannya di sekolah. Dan hari ini ia harus menikah dengan seorang pemuda yang sejak awal telah dijodohkan dengannya.

Ya, Jingga Diandra Wiguna harus menikah dengan sahabatnya sejak kecil akibat perjodohan yang dilakukan oleh Neneknya. Bukan tidak suka dengan perjodohan itu, sejak kecil benih-benih cinta bahkan sudah tumbuh di hati Jingga untuk sang sahabat yang tidak lain bernama Davin Abimana Barata.

Bahkan pada dasarnya Jingga pun sudah mengetahui tentang perjodohannya dengan Davin. Namun ia tidak menyangka bahwa Nenek Davin yang bernama Patma itu begitu terobsesi dengan perjodohan Jingga dan Cucunya hingga bersikeras menikahkan mereka meski baru sehari Jingga dan Davin lulus sekolah.

Saking gugupnya menjelang ijab kabul, Jingga bahkan tak henti-hentinya mengigit jarinya sendiri. Hal itu akhirnya membuat Patma berkomentar, "Udah mau jadi pengantin kok masih suka gigit jari sih?! Udah dong, Jingga! Nanti lipstik kamu nempel semua di jari!"

Jingga pun menatap resah pada Patma yang sudah ia anggap seperti Neneknya sendiri setelah Nenek Jingga meninggal beberapa tahun yang lalu. Lalu dengan jantung yang semakin berdebar Jingga pun berkata, "Nenek...kenapa aku dan Davin harus menikah secepat ini?"

Mengetahui bahwa saat ini Jingga sangat gugup maka Patma pun duduk di samping Jingga seraya menggenggam tangan Jingga dan berkata, "Kenapa harus menunggu terlalu lama? Bukankah kalian sudah setuju untuk menikah setelah kalian lulus sekolah?"

Tak punya pilihan akhirnya Jingga hanya bisa pasrah. Hingga akhirnya tak lama ia pun dibawa menuju sebuah aula yang cukup terkemuka di Kota Surabaya. Dan di sanalah ijab kabul antara Jingga dan Davin akan dilangsungkan.

Patma dan Rima yang tidak lain adalah ibunda dari Davin itu pun membawa Jingga pada Davin yang sudah duduk di aula bersama seorang pemuka agama. Itu semua karna tak ada siapapun lagi dalam hidup Jingga akhirnya membuat keluarga Barata sebagai keluarga satu-satunya yang dimiliki oleh Jingga.

Jarak ruang makeup menuju aula sebenarnya cukup dekat. Tapi bagi Jingga rasanya seperti bermil-mil jauhnya. Bahkan lututnya terasa lemas dan ia nyaris tidak sanggup melangkahkan kakinya akibat terlalu gugup.

Bahkan Patma dan Rima sampai harus menggandeng Jingga agar ia bisa sampai di sisi Davin. Benar saja, akhirnya Jingga pun duduk di samping seorang pemuda berparas tampan dengan tubuh yang gagah nan mempesona bernama Davin.

Namun yang terjadi Jingga terus tertunduk dan ia tidak berani menatap pada sang calon Suami. Antara cemas, khawatir dan bahagia akhirnya membuat jantung Jingga bagaikan deburan ombak yang membuatnya semakin gelisah.

Tapi tidak demikian dengan Davin. Ia bahkan terlihat begitu mantap menghadapi pernikahannya yang terbilang sangat dini itu. Bahkan ketika ia diminta untuk mengucapkan kalimat ijab kabul, dengan lantang Davin pun berkata, "Saya terima nikah dan kawinnya Jingga Diandra Wiguna binti Yoga Wiguna, dengan mas kawin uang sejumlah dua puluh lima juta Rupiah dan seperangkat alat sholat dibayar tunai!"

Seketika penghulu yang memimpin jalannya prosesi ijab kabul pun berkata, "Bagaimana saksi? Sah?"

Sontak semua yang hadir termasuk Rudi yang tidak lain adalah Ayah dari Davin pun bersorak, "Sah!"

Setelah itu Davin kemudian menyematkan sebuah cincin berlian di tangan Jingga lalu Jingga pun mencium tangan Davin karna kini ia telah sah sebagai Istri dari seorang Davin Abimana Barata. Bahkan sekarang Jingga telah resmi menjadi menantu keluarga Barata yang tersohor itu.

Ucapan selamat pun mulai menghujani Jingga dan Davin setelah mereka resmi menjadi pasangan Suami Istri. Kebahagiaan pun terpancar dengan jelas di wajah keluarga Barata karna memang sejak lama mereka menginginkan Jingga sebagai menantu keluarga mereka.

Meski baru sebuah prosesi ijab kabul dan belum diadakan resepsi pernikahan, tapi suasana dalam aula itu begitu terasa gegap gempita. Maklum saja, semua itu karna keluarga Barata adalah salah satu keluarga terkemuka dan terkenal sebagai crazy rich di Surabaya.

Setelah beramah tamah dengan kerabat dan kolega keluarga Barata, akhirnya kini keluarga Barata termasuk Davin dan Jingga pun bisa pulang menunju kediaman Barata. Semua keluarga berkumpul di ruang keluarga sembari melepaskan penat.

Tapi tidak demikian yang terjadi pada Davin dan Jingga. Patma bahkan meminta pasangan pengantin baru itu untuk segera masuk ke dalam kamar mereka. Meski bingung dan tidak mengerti dengan sikap aneh sang Nenek, tidak ada yang bisa dilakukan Jingga selain menuruti perintah Patma.

Jingga pun berjalan mengekor di belakang Davin yang sudah lebih dulu melenggang menuju kamarnya. Setelah berada di dalam kamar Davin pun masuk ke kamar mandi tanpa mengatakan apapun pada Jingga.

Sementara itu, Jingga berusaha melepas semua aksesoris dan atribut yang ia gunakan. Tak hanya itu, ia pun buru-buru menghapus makeup tebal yang menghiasi wajahnya seharian ini. tak lama Davin pun keluar dari kamar mandi dengan hanya melilitkan sehelai handuk di pinggangnya.

Sontak Jingga pun terbelalak dan kini wajah Jingga bersemu kemerahan layaknya kepiting rebus. Bagaimana tidak? Untuk pertama kali ia melihat tubuh Davin yang terekspos dan memperlihatkan dada bidangnya.

Tak seperti Jingga ternyata Davin bahkan bersikap biasa saja bahkan terkesan tidak peduli. Menyadari Jingga yang masih mematung di tepi tempat tidur maka Davin pun berkata, "Sampai kapan kamu akan mematung di situ?! Tidak mau mengganti bajumu?!"

Seketika Jingga pun terkesiap lalu tanpa berkata apapun ia segera menuju kamar mandi. Tak lupa ia juga membawa baju ganti ke kamar mandi karna tidak mungkin ia akan ganti baju di depan Davin.

Beberapa saat di kamar mandi akhirnya Jingga pun keluar dari kamar mandi. Dan ternyata Davin sudah berpakaian lengkap dan kini mulai mengutak atik laptop di meja belajarnya. Tentu saja Jingga pun merasa bingung karna seharusnya tidak ada tugas sekolah setelah mereka lulus.

Tapi belum sempat Jingga bertanya Davin lebih dulu berkata, "Kalau kamu mau tidur maka tidur saja duluan! Tidak perlu menungguku!"

"Um...tapi, Vin. Bukankah sudah tidak ada tugas sekolah lagi?"

"Kamu tidak lihat aku sedang mengisi formulir pendaftaran Universitas di Singapura?!"

Sontak Jingga pun terkejut. Bagaimana tidak? Selain mendapat perlakuan dingin dari sang Suami, ia pun tidak pernah diberi tau sebelumnya kalau Davin akan kuliah di luar Negeri. Dan itu artinya Davin akan meninggalkannya dalam waktu yang lama padahal mereka bahkan baru menikah.

"Jadi...kamu akan melanjutkan pendidikan ke Singapura?" tanya Jingga dengan mata berkaca-kaca.

"Ya. Asal kamu tau, Jingga. Aku dan keluarga sudah sepakat bahwa meski aku sudah menikah, aku akan tetap mengejar mimpiku. Dan kuharap kamu tidak menghalangi niatku!"

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku