"Pokoknya Oma nggak mau tahu! Bagaimanapun juga kamu bersalah dalam masalah ini dan Oma harap kamu bisa tanggung jawab dengan cara menikahinya!" "Adrian nggak mungkin menikahi gadis itu! Bahkan Adrian aja nggak tahu namanya! Mana mungkin Adrian menikah seseorang tanpa nama?! Adrian hanya mencintai Jane, Oma." Adrian mengutuk dirinya sendiri yang seolah nasib sial selalu saja mengikutinya. Berawal dari ditinggal kekasihnya menikah dengan laki-laki lain sampai akhirnya ia terlibat kecelakaan yang membuat seorang gadis lupa ingatan karenanya di satu hari yang sama. Karena tak punya pilihan lain, akhirnya ia terpaksa menikahi gadis yang ia tabrak tersebut. Apakah pernikahan mereka akan berlangsung bahagia? Bagaimana mereka akan menjalani kehidupan pernikahan mereka setelah ini.
"BIARKAN SAYA MASUK! SAYA HARUS BERBICARA DENGAN KEKASIH
SAYA YANG BERADA DI DALAM SANA!" Adrian berteriak seperti orang kesetanan.
Sementara itu, beberapa laki-laki yang memakai baju serba hitam dengan cepat langsung
menahannya agar tidak menerobos masuk ke dalam venue acara pernikahan.
"JANE, KELUAR KAMU! HARUSNYA KAMU MENIKAH DENGANKU! BUKAN
DENGAN LAKI-LAKI ITU, JANE!" Laki-laki tampan itu terus berteriak. Namun, suaranya
masih kalah dengan musik yang mengalun di area tersebut. Selain itu, nampaknya pihak keluarga
pengantin juga sudah memprediksi bahwa kejadian seperti ini pasti akan terjadi. Sehingga yang
mereka lakukan saat ini hanya menjauhkan wilayah di mana para tamu baru masuk dengan lokasi
utama pernikahan.
Tentu saja sekeras apa pun Adrian berteriak, Jane-kekasihnya atau lebih tepatnya
mantan kekasihnya juga tidak akan mendengarkan suaranya. Itu karena ia berada jauh di luar
lingkaran. Adrian juga tidak bisa melakukan apa pun lagi karena bagaimanapun juga tenaganya
masih kalah jauh dengan para pahlawan berbadan kekar yang mengelilinginya dan menariknya
menjauh dari area sana.
"PERGI SANA! KAMU TIDAK DIHARAPKAN DI SINI!" ucap seseorang yang
tubuhnya sangat kekar. Jika Adrian bisa menebak, maka ia bisa mengatakan jika orang tersebut
adalah pemimpin pasukan pengawal yang bertuga menjaga dan mengamankan di acara
pernikahan kekasihnya sendiri.
Adrian menangis. Ini seperti mimpi buruk baginya. Bagaimana tidak, Jane-kekasihnya
yang sebelumnya sudah menjalin hubungan dengannya selama hampir lima tahun lamanya, tiba-
tiba saja menghilang begitu saja selama tiga minggu terakhir. Adrian tidak bisa menemui gadis
itu. Ia sudah mencoba menghubungi, mengirim pesan, bahkan mengirim email kepada gadisnya
tersebut. Bahkan, sampai ia mencoba mendatangi rumahnya beberapa kali, tetap saja Jane
nampak seperti hilang ditelan bumi.
Adrian juga sudah mencoba melakukan berbagai cara untuk menghubungi teman-teman
Jane. Akan tetapi, semuanya juga tetap bungkam. Jika ada yang berani berbicara, mereka hanya
mengatakan jika mereka tidak tahu menahu mengenai keberadaan Jane. Sampai akhirnya hari ini,
ia justru mendapatkan kabar menyedihkan seperti itu melalui salah satu saluran televisi swasta.
Hari ini, di hari yang cerah di mana sangat kontras dengan perasaan hatinya, Adrian
mendapati bahwa kekasihnya-Jane justru menikah dengan orang lain. Hal itu tentu saja sangat
menyakiti perasaan Adrian. Terlebih ini semua terjadi setelah banyak masalah yang
menghampiri.
"Tapi, setidaknya izinkan saya untuk bertemu dengan Jane di dalam!" Adrian masih
bersikeras untuk bisa menemui Jane di dalam. Namun, mereka semua menolak. Mereka semua
sudah diberitahu oleh atasan mereka bahwa laki-laki bernama Adrian Estu Kawiswara. Karena
seolah mereka paham apa yang akan dilakukan oleh Adrian jika hadir di acara pernikahan putra
dan putri mereka.
"Tidak bisa, ini semua sudah sesuai dengan perintah yang diberikan oleh atasan kami
semua. Maka kami harap agar kamu segera pergi dari sini! Bagaimanapun juga kamu bukanlah
tamu yang diundang pada hari ini. Apa kamu sadar bahwa kamu hampir saja mengacaukan pesta
pernikahan Nona Jane di dalam sana? Dasar tidak berguna!" maki salah satu di antara mereka.
Adrian kini bangkit. Ia langsung berusaha menerobos masuk ke dalam, sampai akhirnya
ia para pengawal itu melakukan apa yang sudah mereka ingin lakukan sejak tadi.
Bugh! Bugh! Bugh!
Adrian tidak bisa melawan sebab sudah dipukuli oleh banyak orang seperti ini. Jika
seandainya ia ingin melawan pun, rasanya juga percuma. Sebab ia juga sudah tidak memiliki
kekuatan lebih jauh lagi. Adrian mencoba untuk menangkis setiap serangan. Sampai akhirnya,
kumpulan pengawal itu berhenti.
"Sudah sudah. Rasanya itu sudah cukup. Laki-laki tidak berguna ini pasti akan segera
mati setelah ini! Lebih baik kita segera kembali menjaga. Jika kita terus di sini, kita justru bisa
dituntut atas pasal penganiayaan."
"Lebih baik kamu segera pergi dari sini. Apalagi kamu ini sebentar lagi akan jatuh
miskin, tentu saja kamu tidak akan pantas bersanding dengan Nona Jane yang sempurna. Nona
Jane memang hanya cocok dengan suaminya yang sekarang. Mereka sama-sama berasal dari
keluarga yang kaya raya!" ucap salah satu dari mereka lagi. Adrian diam saja. Selain memang ia
tidak bisa menjawab hinaan orang tersebut, ia juga sudah begitu lemah saat ini. Itulah yang
sedang ia rasakan untuk saat ini.
Mereka semua mengangguk seolah setuju dan setelah itu, mereka semua meninggalkan
Adrian seorang diri di luar gedung mewah itu. Darah segar menetes dari hidungnya dan juga
ujung bibirnya. Jika mereka melanjutkan lebih lama perbuatan mereka tersebut, maka bisa
dipastikan jika semua tulangnya akan remuk redam dan tidak akan terasa lagi di tubuhnya.
Adrian mencoba menyeret tubuhnya dan berusaha untuk masuk kembali ke dalam mobil.
Ia sama sekali tidak tahu harus menghubungi siapa saat ini. Keluarganya yang tersisa hanyalah
oma dan opanya. Mereka telah cukup tua untuk mengurusi dirinya yang benar-benar berantakan
seperti ini.
Adrian menyeka darah segar yang terus menerus mengucur deras menggunakan lengan
bajunya. Ia bahkan tidak memiliki tissue atau sapu tangan yang bisa ia gunakan. Hari ini benar-
benar hari sialnya. Bukan hanya hari ini. Namun, ia rasa sudah sejak beberapa bulan yang lalu,
kesialan selalu menimpa dirinya ini. Adrian berjalan menuju mobilnya yang terparkir cukup jauh
dari tempatnya saat ini.
Pria tampan itu berjalan dengan bersusah payah sampai akhirnya ia berhasil mencapai
mobilnya. Ia masuk dan menarik napas. Ia melihat pantulan dirinya dari kaca spion di dalam
mobil dan mendengus keras. Namun, tak lama kemudian ia justru membenturkan kepalanya ke
arah setir mobilnya sendiri. Ia nampak begitu frustasi hari ini.
"Jane, kenapa kamu harus ninggalin aku kaya gini?! Kenapa kamu harus pergi sama
orang lain di saat aku butuh kamu?" lirih Adrian. Tangisannya sangat terasa sekali sebagai
seseorang yang terluka dan sakit hati. Ia bahkan tidak tahu bagaimana caranya untuk bisa bangkit
dari hatinya yang patah atau sekadar membuka hati.
Setelah itu, Adrian menangis kencang. Seorang diri di dalam mobilnya. Ia bahkan sampai
tidak datang ke kantor. Tidak peduli keadaan kantor yang juga sedang kacau balau sekali pun.
Dunianya hancur saat ini. Adrian menyetir tanpa arah. Ia bahkan tidak tahu ia hendak ke mana
saat ini. Ia mengabaikan semua rasa sakit dan nyeri di sekujur tubuh dan wajahnya.
Ia terus menyetir sampai malam hari. Ia menutup matanya. Tiba-tiba saja bayangan untuk
melakukan bunuh diri dengan cara menjatuhkan mobilnya ke jurang terlintas saat ini. Namun,
ketika ia hendak membuka mata dan melaksanakan keinginannya, ia benar-benar terkejut karena
tepat di hadapannya ada seorang gadis yang sepertinya lari dan melintas di jalanan sepi itu. Ia
tidak bisa mengendalikan mobilnya sendiri.
Brak!