Cinta yang Tersulut Kembali
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Mantanku yang Berhati Dingin Menuntut Pernikahan
Cinta Setelah Perceraian: Mantan Suami Ingin Aku Kembali
Cinta di Jalur Cepat
Balas Dendam Manis Sang Ratu Miliarder
Gairah Liar Pembantu Lugu
Jangan Main-Main Dengan Dia
Aku Jauh di Luar Jangkauanmu
Mantan Istri Genius yang Diidamkan Dunia
New York, 2012 ...
“Enggh ... Selena! Kau mau membawaku ke mana?” tanya Vaya.
Sejak meninggalkan Cafe, kepalanya terasa berat. Padahal Vaya hanya minum segelas jus, namun entah kenapa tiba-tiba pusing menyerang kepalanya.
Langkahnya pelan mengikuti Selena, sahabatnya selama study di New York. Entah ke mana Selena akan membawanya, Vaya tidak tahu. Yang jelas ini bukan jalan menuju apartementnya.
“Tenanglah Vay, sebentar lagi kita akan sampai.” Selena menenangkan. “Aku mengantarkanmu beristirahat, bukan untuk macam-macam,” sambungnya lagi.
Selena tersenyum miring melihat Vaya yang mulai tak mampu untuk berjalan sendiri.
Hap!
Sesaat sebelum Vaya terjatuh, buru-buru Selena menangkapnya.
“Jangan sampai lecet, kau hari ini aset berhargaku, Vaya.” Selena bergumam pelan.
Naas, pusing di kepala Vaya semakin menjadi. Ia tidak bisa mendengar secara jelas apa yang dikatakan oleh Selena, bahkan perlahan kesadarannya mulai menghilang.
Presiden suite room number 4088.
Selena berhenti.
“Akhirnya, sepuluh dolarku! Aku akan segera menjemputmu!” gumamnya bahagia.
Dibukanya pintu yang tak terkunci itu, tampak kamar dengan lampu redup. Selena yakin lelaki tua kesepian dan butuh hiburan telah berada di dalam sana menanti daun muda bawaannya.
“Masuklah Vay, aku akan kembali begitu aku membeli beberapa obat pereda nyeri kepala,” bisik Selena sambil mendorong Vaya ke dalam kamar tersebut.
Jelas sekali ia tidak akan kembali setelahnya. Ia segera menutup pintu tersebut. “Nah, sekarang aku tinggal menunggu uang bagianku!” Selena tertawa bangga.
“Ah, Vaya! Terima kasih karena berkatmu aku mendapat uang banyak hari ini, ha ha hah!” Selena tertawa, lalu berlalu meninggalkan hotel tersebut.
Selena tak peduli dengan apa yang akan terjadi di dalam. Tentu itu bukanlah urusannya lagi.
“Selamat menikmati malam yang bergairah, Vaya. Aku tahu aku teman yang baik karena memberimu obat itu untuk merasakan kenikmatan dunia, ha ha ha!”
Dengan wajah tanpa dosa, Selena benar-benar pergi meninggalkan hotel tempat di mana ia mendorong Vaya menuju kamar yang tidak diketahui siapa tuannya malam ini.
…
Di dalam ruangan ...
BRAK!
Suara pintu tertutup terdengar hingga ke telinga lelaki yang duduk di sofa sembari meminum anggur di tangannya.
“Oh, sudah datang?” tanyanya sembari tersenyum tipis.
Dengan kesadaran yang tersisa, Vaya berusaha melihat ke depan.
Sayangnya ia tak bisa melihat apa-apa selain siluet tubuh seorang pria dengan tubuh tinggi di hadapannya. Netranya terlalu sulit mengenali objek karena cahaya yang begitu minim.
“Ck …” Pria di hadapan Vaya berdecak. “Pelayanan kali ini benar-benar lambat. Bisa-bisanya aku dibiarkan bosan menunggu sambil meminum anggur!” keluhnya.
“Awas saja kalau sampai tidak memuaskan, aku benar-benar akan memecat mereka semua!” ancamnya.
“Si-siapa kau?”
Suara Vaya terdengar mencicit.
Ia benar-benar tak lagi mampu menahan pening di kepalanya, sementara lelaki di hadapannya justru tersenyum miring sembari berjalan menghampiri Vaya.
Syut!
“Aku … tuanmu malam ini,” bisiknya tepat di telinga Vaya usai menangkap tubuh yang akan segera menyentuh lantai itu.
“Sepertinya mereka sudah gila, membawakanku gadis yang pingsan seperti ini!” gerutunya lagi.
Dipapahnya tubuh Vaya menuju kasur dan dibaringkannya perlahan.
“Ukh … panas!”
Obat sesungguhnya yang dilarutkan Selena dalam minuman Vaya baru saja bereaksi. Tentu bukan pingsan tujuannya, namun memberi rangsangan bagi penggunanya.
Dengan mata terpejam, Vaya mulai melepas satu per satu pakaiannya.
“Panas … panas …” Vaya semakin mengeluh.
Melihat Vaya yang seperti cacing kepanasan, lelaki di sebelahnya tersenyum. “Kau merasa panas, huh?” tanyanya.
“Ya … panas, akh!” Vaya terus meracau tidak jelas. “Tolong aku, rasanya aku seperti terbakar!”