Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
MRS SCAMMER & MR CEO

MRS SCAMMER & MR CEO

Ans_Afriana

5.0
Komentar
49
Penayangan
3
Bab

Agatha Nixon tidak pernah menyangka bahwa pekerjaannya menguras uang dari pria kaya berakhir dengan bencana bagi dirinya. Ryan Lewis, pria yang jatuh hati dan terpikat dengan Agatha. Rencana pernikahan dan uang dalam jumlah besar pun telah Ryan berikan pada Agatha. Ryan jatuh dalam lembah keterpurukan ketika mengetahui bahwa setelah memberikan banyak uang, Agatha kemudian menghilang! Patah hati yang tidak lagi berarti. Ryan akhirnya memilih untuk mengakhiri hidupnya sendiri. Kematian Ryan menjadi bencana besar bagi Diven Lewis, Sang Kakak. Seorang CEO dari Lewis Enterprises. Trauma akibat melihat kematian tragis putranya membuat ibu Diven menderita alzeimer dan kehilangan sebagian ingatan. Hidup Diven terasa hancur berkeping-keping. Bagi Diven semua adalah salah Agatha. Diven berusaha menemukan Agatha dan bertekad menjadikan sepanjang hidup Agatha bagai di neraka. Berhasilkah Diven menjalankan rencananya? Mungkinkah dengan menyakiti Agatha, Diven bisa mengembalikan hidupnya yang bahagia? Mrs.Scammer & Mr.CEO!

Bab 1 MEMBAYAR MAHAL

Puas dengan bayangannya di kaca, Agatha mengedipkan mata pada dirinya sendiri. Malam ini dia pasti akan mendapatkan pria itu. Semua tampak tidak berbahaya. Sepanjang hari mereka telah berbicara. Pria bernama Diven itu sangat sopan. Seperti pria lain yang pernah Agatha temui. Pria kaya dan kesepian.

"Selamat datang, Agatha!" sebuah suara terdengar dari lantai atas mansion mewah tempat Agatha baru saja menjejakkan kaki.

Tampak sesosok pria tampan berambut gelap dengan penampilan elegan. Dia sedang berdiri menatap Agatha. Tatapan matanya begitu dalam dan tajam. Wajah pria itu mampu membuat siapa pun menjadi terkesan. Sekaligus merinding karena kebekuannya.

Pria itu perlahan turun dari tangga yang berada di bagian tengah ruangan. Melihat pria yang jauh di atas ekspektasinya, Agatha tersenyum bahagia.

"Halo, apakah anda Tuan Diven?"

"Apakah namaku begitu penting untukmu?"

Pria itu kini sudah berdiri di hadapan Agatha.

"Tentu saja, Diven. Mungkin saja namamu yang akan terukir di hatiku selamanya." Agatha memulai serangan pertamanya.

Apa yang Agatha katakan bukan hanya sekedar pemanis. Jika pria yang ada di hadapannya ini memang benar Diven, Sang Pemilik Mansion, maka Agatha akan menyerahkan hidupnya pada pria ini. Kaya, tampan dan kesepian. Kombinasi sempurna kesukaan Agatha.

Diven telah berdiri di depan Agatha. Menatap lekat-lekat wajah cantik di hadapannya. Dari penampilan Agatha, tampak jelas bahwa wanita ini memang ingin mengesankan dirinya di pertemuan pertama mereka.

Baju berwarna hitam dengan potongan seksi yang menampakkan lekuk tubuh. Aroma parfum feminim yang memabukkan. Senyum yang ditebarkan di wajah cantik Agatha bisa membuat siapa pun bertekuk lutut memohon padanya.

"Apa kabarmu, Diven? Senang akhirnya kita bisa bertemu," ujar Agatha sembari mengulurkan tangan.

Diven mengacuhkan tangan Agatha. Dia justru mengulurkan tangan untuk menyentuh pipi Agatha yang mulus dan lembut. Wanita ini tampak sangat merawat dirinya. Sentuhan jemari Diven di pipi Agatha membuat gadis itu merinding. Nafasnya tertahan. Detak jantungnya semakin kencang.

"Apa yang kau pikirkan ketika aku memintamu untuk datang?"

"Bertemu seseorang yang sangat sempurna," ujar Agatha lirih. Bibirnya yang seksi berusaha untuk digerakkan seindah mungkin. Agatha ingin agar Diven jatuh cinta padanya saat pandangan pertama.

"Gadis yang sangat berani. Kau tidak tahu siapa aku. Kenapa kau begitu saja setuju untuk datang ke mansionku?"

"Apa yang harus kutakutan dari pria tampan sepertimu?"

"Sesuatu yang terbalut indah tidak selalu menunjukkan isi di dalamnya. Bukakah begitu?"

Dengan gerakan gemulai, Agatha merapatkan dirinya pada Diven. Membuat tubuh keduanya tidak berjarak. Aroma maskulin Diven telah membuat Agatha rela kehilangan gengsi dalam dirinya.

"Aku setuju dengan pria yang tidak suka basa basi. Langsung pada keinginan, bagiku itu terdengar sangat seksi. Bukan begitu, Diven?"

"Aku setuju,...." Diven mendesis di telinga Agatha. Bibirnya menyentuh cuping telinga Agatha. Membawa sensasi hangat mengalir di dada Agatha. Dia semakin berani dengan melingkarkan tangannya ke leher Diven.

Sesaat Agatha memejamkan mata. Malam ini akan berlangsung sangat sempurna, seperti yang Agatha inginkan. Lalu tiba-tiba Agatha berteriak.

"Aarrgghhh!!!"

Diven memutar tubuh Agatha. Menarik kedua tangannya ke bagian belakang tubuh dan mencengkeram lengan Agatha dengan satu tangan. Tangan Diven yang lain berada di leher Agatha.

"Kau seorang wanita penjahat! Apakah kau pikir bisa selalu selamat dengan kejahatanmu?!"

"Di-Diven! Aarrgghh ... lepaskan! Apa yang kau lakukan? Ada masalah apa?" Agatha berteriak panik.

Meski dia tahu teriakannya akan percuma. Mansion itu sangat besar. Sejak memasuki bagian dalam mansion, Agatha tidak melihat siapa pun di sana. Suaranya yang menggema sungguh tidak berguna.

"Masalah katamu? Kau bahkan telah memberikan bencana bagi keluargaku!" geram Diven dengan nada yang sangat dingin dan dalam.

"Apa maksudmu Diven? Kita baru pertama kali bertemu. Bagaimana aku bisa menjadi masalah bagimu?"

"Dengar Agatha! Kau memang wanita cerdas. Pekerjaanmu sebagai scammer di online dating kau pikir hanya merugikan pria dari sisi uang. Pernahkah kau pikir bahwa dibalik itu kau sedang menghancurkan seseorang?!"

"Aku tidak mengerti. Apa maksudmu?! Aarrgghh!" Agatha berteriak kebingungan sambil menahan sakit yang dia rasakan akibat tarikan rambutnya di tangan Diven.

"Jika uang bisa membuatmu merasa bahagia, maka katakan selamat tinggal pada semua yang kau miliki sekarang juga. Selamat datang di hidupmu yang baru!"

"Hidup baru apa? Kenapa kau memperlakukan aku seburuk ini?!" Agatha terus berteriak. Bukan hanya rambutnya yang terasa sakit tapi juga hatinya. Dia yakin beberapa rambut di kepalanya telah tanggal karena tarikan Diven yang sangat kuat.

Pria itu tidak menjawab. Dia justru menarik rambut Agatha dengan kasar dan membawanya menuju bagian belakang mansion. Mengambil tas yang berada di tangan Agatha dan melemparkannya sembarangan ke lantai. Agatha meronta sekuat tenaga. Dia ketakutan, merasa terancam. Nyawanya seolah sedang berada di tenggorokan.

Impian indah tentang pria tampan kaya yang semula ada di benak Agatha kini sudah hancur berkeping-keping. Air mata Agatha mulai bercucuran karena rasa sakit akibat tangannya dipelintir ke belakang juga jambakan Diven di rambutnya.

Belum lagi pria itu memaksa Agatha berjalan cepat bagai seekor keledai. Diven tidak peduli dengan sepatu hak tinggi yang Agatha kenakan. Pergelangan kaki Agatha terasa sakit menggigit. Sepertinya dia terkillir. Namun ketakutan sekaligus keinginan untuk lepas telah membuatnya mengabaikan rasa sakit.

"Diven! Pria gila! Apa maksud semua ini?! Aku akan melaporkanmu ke polisi!"

Tiba di sebuah ruang tidur yang tidak terlalu luas, Diven melemparkan Agatha begitu saja. membuat gadis cantik itu tersungkur di lantai. Wajah cantik Agatha kusut masai. Make up yang di gunakan telah luntur karena air mata yang tertumpah.

Diven berdiri di hadapannya dengan kedua tangan terlipat ke dada. Matanya menjadi gelap karena kemarahan. Senyum licik menghias di wajah tampan Diven.

"Kau hanya bisa melapor polisi kalau kau bisa keluar dari mansion ini. Sayangnya, setelah rencana menjebakmu di sini, aku tidak punya rencana melepaskanmu!"

"Apa maksudmu? Kau pria gila! Ada masalah apa di antara kita?!"

"Seharusnya kau memikirkan banyak hal sebelum melakukan sebuah kejahatan!"

Diven melemparkan sebuah foto ke wajah Agatha yang masih terduduk di lantai. Kakinya yang terkilir membuat Agatha kesulitan untuk bangkit. Diven sama sekali tidak mempedulikan. Dia justru merasa puas dengan apa yang dilakukannya pada Agatha sekarang.

Sedikit merangkak, gadis itu meraih foto yang terjatuh di lantai. Di dalam foto itu tampak seorang pria yang sepertinya pernah Agatha lihat. Hanya saja dia sama sekali tidak ingat di mana dan siapa pria itu. Lalu seorang lainnya adalah wanita paruh baya. Mungkin adalah ibu dari pria itu. Wajah mereka mirip satu sama lain. Berbeda dengan wajah Diven yang ada di hadapannya.

"Siapa dia?" tanya Agatha.

"Dasar penjahat! Kau bahkan sudah melupakan wajahnya?! Bagimu mungkin ini hanya sebuah kejahatan kecil. Tapi, kau telah membuatku kehilangan semuanya! Sekarang kau akan membayar semua dengan seluruh hidupmu sampai kau mati di dalam mansionku ini."

Sembari tertawa jahat, Diven menutup pintu. Suara kunci diputar membuat Agatha panik. Sambil menyeret kakinya, Agatha bergeser merayap di lantai dan menggedor pintu kuat-kuat.

"Diven! Tolong! Siapa pun yang ada di luar! Tolong buka pintunya!"

Teriakannya seperti tenggelam di dalam kamar mansion tempatnya berada. Agatha menggedor pintu dengan frustasi. Rambutnya berantakan. Teriakan Agatha berubah jadi rintihan ketika dia menyadari bahwa semua percuma. Energinya telah habis. Tenggorokannya terasa sakit akibat terlalu banyak berteriak.

Agatha mulai putus asa. Hidupnya sudah berakhir di tangan Diven yang kejam. Sekarang Agatha tidak tahu apa yang harus dilakukan selain menangis. Dia bahkan tidak tahu apa salahnya hingga nasib membawanya pada kenyataan yang menyeramkan bersama Diven.

Ketakutan merayapi hati Agatha. Hidup mewah dengan cara mudah yang semula dia rencanakan kini berakhir menjadi bencana. Sekali lagi dia memandangi foto yang ada di tangannya. Agatha masih berusaha mengerti siapa pria di dalam foto itu. Lalu apa hubungannya dengan Diven dan kebuasan yang menimpa dirinya sekarang.

Sementara di luar pintu, Diven merasakan hatinya hancur berkeping-keping. Dia Sang Pencinta yang halus dan lembut, tiba-tiba menjadi berandalan dan menganiaya seorang wanita. Andai saja adiknya tidak terlalu bodoh dan terjebak dalam online dating tentu semua ini tidak perlu terjadi.

Diven berjalan menjauhi pintu kamar tempat Agatha berada. Dia lalu mengangkat sebuah telepon di salah satu dinding yang tidak jauh dari pintu itu. Telepon yang menghubungkan seluruh mansion untuk mempermudah memberikan instruksi.

"Judith, urus semua keperluan wanita itu. Kita tidak akan melakukan apa pun sampai wanita itu pulih. Kakinya wanita bodoh itu terkilir."

"Baik, Tuan. Apakah kita perlu memanggil dokter."

"Ya, panggil dokter pribadiku. Pastikan juga tidak ada yang tahu tentang keberadaan wanita itu di rumah ini."

Setelah memutuskan sambungan telepon dengan pelayannya, Diven lalu menghubungi seseorang dari ponselnya.

"Anne, bagaimana keadaan ibu hari ini?"

"Hari ini Nyonya tidak terkendali, Tuan. Dia berteriak-teriak memanggil Tuan Ryan."

"Pastikan ibu meminum obatnya dengan benar. Malam ini aku tidak bisa datang. Ada beberapa urusan penting yang harus kuselesaikan. Jika ibu tidak bisa tidur, panggil dokter untuk memberinya obat penenang." Suara Diven bergetar.

Matanya berkabut penuh dengan kemarahan. Agatha harus membayar semua yang Diven rasakan hari ini! Kejahatan yang sama dan ... nyawa yang sama!

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh Ans_Afriana

Selebihnya

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku