Clara hidup dengan kebencian penuh pada orang-orang kaya yang sombong dan suka membual tentang kekayaan dan kekuasaan mereka. Terutama pada Marvelino Katuari, sosok populer yang sedang naik daun belakangan ini. Namun, takdir justru membawa Claara bertemu dengan Marvel secara tak sengaja. Pertemuan itu membuat Marvel penasaran karena di antara banyaknya wanita yang ingin dekat dengannya, Clara justru terang-terangan tidak tertarik padanya sedikitpun. Hingga insiden dalam Club Culture, tempat Clara bekerja mempertemukan keduanya lagi dan lagi. Bagaimana Clara akan menghadapi Tuan Mudan yang sedang penasaran padanya itu? Simak keseruan mereka dalam buku ini yaa... - Wintermyne 2022
BAB 1
"Nona, maaf. Semua kuponmu ini sudah tidak berlaku lagi. Apa kau ingin membayar dengan uang tunai saja?" tanya kasir pada seorang wanita cantik yang berdiri mengantri itu.
"Benarkah? Bahkan dengan kupon diskon?" Clara bertanya tidak percaya, menunjuk ke semua kupon kusut yang dia letakkan persis di depan kasir itu.
"Nona, kau hanya dapat menggunakan satu per satu, mereka tidak dapat dijadikan satu dalam struk tagihan bersama," kata kasir, terdengar kesal. Clara memelototinya, matanya yang besar dan pupil hitam legam yang mengesankan itu membuat dirinya tampak menakutkan.
Kasir itu kemudian bergumam pelan, "Itu ada di Syarat dan Ketentuannya, Nona. Jadi, tolong jangan buat masalah untukku." Lirihnya dengan takut.
Clara menghela nafas dan merasa kasihan pada dirinya sendiri, dia mencoba mengingatkan dirinya sendiri untuk tidak marah pada kasir paruh baya itu. Pria malang di hadapannya itu juga sama seperti dirinya, orang dewasa yang menyedihkan bekerja dengan gaji yang begitu kecil untuk memenuhi kebutuhan hidup di kota yang mahal ini.
"Baiklah," Clara bergumam setelah dirinya berpikir beberapa saat. "Lalu, jika aku melakukan pembelian terpisah tidak apa-apa kan?" tanyanya penuh harap.
"Huh, iya. Boleh, tapi--"
"Kalau begitu aku ambil ini dulu," potong Clara dengan cepat sambil menunjuk satu kotak aspirin saat ia tau apa yang akan dikatakan kasir itu padanya. "Dan aku akan kembali lagi nanti." lanjutnya lagi.
"Baiklah, kalau begitu.." ucap kasir, dan ia segera membantunya memindai pembelian Clara.
Setelah itu, Clara menyerahkan sedikit uang receh yang dia ambil dari saku jaketnya. Sementara di belakangnya, ada beberapa gadis remaja yang terlihat tidak terlalu senang dengan keterlambatan antrian di kasir. Mereka bahkan sudah mulai sinis membicarakan Clara.
"Ya Tuhan, bagaimana bisa satu pembelian memakan waktu begitu lama?"
"Ssst... dia pakai kupon diskon, tentu saja memakan waktu lebih lama." Sahut temannya.
"Apa satu kupon untuk satu item? Kau pasti bercanda. Aku tidak menyadari bahwa ada orang-orang seburuk itu." Sanggah yang lainnya.
Clara berbalik dan terus memelototi mereka, mendapat tatapan menakutkan dari Clara membuat mereka yang tadinya mencicit dan menggosip bising, kini berakhir dalam kesunyian yang memalukan.
Hingga tiba-tiba ada orang lain yang menimpali pembicaraan mereka, suaranya yang melengking membuat Clara mengalihkan atensinya. Terdengar begitu angkuh.
"Permisi, Nona? Bisakah kau mempercepatnya? Beberapa dari kita tidak ingin membuang waktu yang berharga hanya untuk mengantri. Aku punya pacar yang mengesankan dan sedang menunggu ku di pesta nanti." Ucap orang itu.
Clara berbalik untuk menatap orang yang berbicara dengannya. Ternyata seorang wanita jangkung yang saat ini sedang menatapnya dengan angkuh, hidungnya mengerut, dan tampak tak senang, seolah-olah Clara adalah kotoran berbau busuk yang begitu menjijikkan bagi orang yang ada di sekitarnya.
Clara memutar kedua bola matanya dengan malas, ia harus menanggapi wanita ini dulu rupanya. Wanita dari tempat pesta yang kemungkinan besar dirinya harus bersikap sopan di tempat itu ketika dia sedang kerja. Tapi, saat ini dia tidak sedang bekerja, jadi dia bisa mencemooh dan membalas, bersiap untuk mempermalukan wanita sombong ini.
"Lalu mengapa pacarmu tidak membelikan sesuatu yang berharga untukmu? Apakah dia tidak cukup mencintaimu?" serang Clara meremehkan.
"Omong kosong. Tentu saja dia mencintaiku, dia bahkan membelikanku tas Gubbi ini!" Wanita itu berkata dengan bangga. Bahkan dengan sengaja melambaikan tas Gubbi-nya yang bermerk di depan wajah Clara, seolah-olah itu bisa menghilangkan kemiskinan di sekitarnya.
Clara mendengus saat dia melihat tas wanita itu dan langsung tersenyum meremehkan.
"Nona, lebih baik kau berharap perasaan pacarmu padamu lebih nyata daripada tas Gubbi palsu yang kau bawa itu." Clara berkata tanpa perasaan, mengabaikan helaan napas kaget dari para gadis-gadis tadi dan juga kasir yang ketakutan.
"Sembarangan sekali kau berbicara! Ini benar-benar asli. Kau bisa aku tuntut karena berani menuduhku!" Wanita itu mulai meneriaki Clara dan semua orang yang ada di sana melihat keributan itu. "Dan lagi, kekasihku tidak akan mungkin memberi aku barang palsu seperti yang kau katakan, gadis gila!" lanjut si wanita dengan menekankan perkataannya sangat yakin.
"Sayang sekali, kau cantik tapi sangat bodoh ternyata," sahut Clara dingin, dan menatap wanita angkuh itu dengan tatapan kasihan. "Logo di tas milikmu bahkan sudah jelas terlihat bahwa itu bukan perpaduan warna yang tepat."
Sekarang wanita sombong ini harus tahu bahwa selama ini Clara selalu melayani bajingan kaya setiap hari, dan beberapa dari mereka dengan senang hati mengajarinya cara membedakan barang palsu dengan barang yang asli, selain itu juga banyak rekan kerjanya yang ikut membantu menambah pengetahuan tersebut.
Sebelum wanita itu bisa berdebat lebih jauh, Clara kembali menyerangnya lebih dulu. "Tas Gubbi-mu memiliki logo dengan nada Kuning yang pusar, tetapi logo tas Gubbi yang asli iu seharusnya memiliki logo oranye yang tampak terang dan mengkilap. Jika aku jadi dirimu, aku akan marah pada pacarmu. Jangankan dia memberimu tas yang asli, dia bahkan tidak memberimu barang palsu yang cukup berkualitas!"
Mendengar segala apa yang dikatakan oleh Clara membuat wanita itu menjerit marah, dan Clara setengah berharap wanita itu akan memukul dirinya, sehingga dia akan mencoba melawan wanita itu dengan sekuat tenaga nantinya. Ini karena sudah lama dia tidak memukul seseorang akhir-akhir ini. Haruskah dia memulainya lebih dulu? Jangan bercanda, ini akan njadi masalah besar nantinya.
Setelah banyaknya scenario yang ada dibayangan Clara, ternyata wanita sombong itu hanya pergi dalam keheningan dan keadaan yang begitu memalukan. Para siswi yag bergerombol itu membuka mulut karena terkejut dengan semua perkataan yang tadi diucapkan oleh Clara.
"Nona, pembelianmu sudah selesai di scan," kata kasir dengan ragu-ragu.
"Terima kasih, Pak," ucap Clara, "sekarang aku ingin membeli ini juga," Clara menunjuk ke paket kertas tisu yang awalnya dia ambil. Dia tidak boleh mengenal kata malu untuk mendapatkan barang yang ia butuhkan dengan harga diskon. "Kupon itu harus berlaku sebelum masa tukarnya habis."
Clara juga tidak perduli kekecewaan dan apa saja yang akan dikatakan oleh gadis-gadis yang ada di belakangnya, tetapi mereka jelas belajar dari apa yang tadi sudah mereka lihat sebelumnya. Gadis-gadis itu sudah tidak lagi membicarakan Clara lagi. Mereka kini justru sedang membicarakan gosip selebritas yang saat ini sedang naik daun.
Memangnya siapa di Negara ini yang tidak mengenal Aktor terkenal yang sedang naik daun bernama Marvelino Katuari?
"Apa kau sudah mendengar berita soal Marvelino baru-baru ini? Aku dengar, dia membeli sebuah pulau untuk ulang tahunnya yang ke-25!" seru salah satu gadis di situ.
"Iya, bahkan aku juga dengar dia mengundang setiap wanita cantik ke pulau itu!" sanggah yang lain.
"Sungguh pria yang telahir dari sendok emas. Dia pasti pernah menyelamatkan seorang Raja di kehidupan sebelumnya,"
"Jujur, aku merasa sangat iri pada gadis yang bisa diundang ke pesta itu. Aku ingin pergi ke pesta itu juga!"
"Kau ingin pergi ke pesta itu? Hanya jika dia membayar operasi plastik untuk wajahmu yang – ADUH!!-"
Satu pukulan mendadak didapatkan gadis itu,"kenapa kau memukulku!" kesalnya tak terima.
"Kau pantas mendapatkannya," balas gadis yang memukul temannya."Kalau aku tidak meminta banyak dari Tuhan, aku hanya ingin menikah dengannya!"
Err, itu bahkan terdengar seperti orang yang tak tahu diri.
Sementara Clara yang sedari tadi mendengarkan obrolan gadis-gadis remaja itu hanya memutar kedua bola matanya dengan malas. Semua yang ia dengar itu tampak seperti omong kosong belaka. Membicaarakan tentang Marvel? Pembahasan yang terdengar sungguh menyebalkan.
Clara sebenarnya sama sekali belum pernah bertemu dengan pria yang sedang ramai dibicarakan itu, tetapi setelah dirinya berulang kali mendengar semua rumor buruk tentang sosok bernama Marvel ini, membuat Clara tak pernah ingin bertemu dengannya. Bahkan dalam mimpinya sekalipun.
Pria itu terdengar seperti hantu yang menghantui semua orang di Neo City, dan sialnya Clara sangat teramat membenci hantu, terutama mengatakan bahwa hantu adalah pria tampan kaya yang memiliki dunia di ujung jari mereka, tetapi masih terus menyia-nyiakan semua potensi mereka. Semua itu bahkan tampak lebih buruk dari hantu bagi seorang Clara.
Hampir semua pengusaha kaya yang mabuk membual tentang betapa beruntungnya mereka, selalu berbicara tentang bagaimana ayahnya adalah seorang miliarder, mentraktir banyak orang dengan segala minuman yang mahal, kemudian berkencan dengan siapapun yang mereka mau, dan secara konsisten memenangkan semua taruhan yang menjadi mainan mereka.
'Persetan dengan bajingan-bajingan kaya itu. Mereka bahkan tak akan pernah tau bagaimana caranya menggunakan kupon diskon." pikir Clara.
Buku lain oleh Wintermyne
Selebihnya