Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Mencintai Pembantu Dadakan

Mencintai Pembantu Dadakan

Fitria Sulaeman

5.0
Komentar
1.3K
Penayangan
7
Bab

Dewa Sasongko (32), seorang pria yang hidup dengan dendam dan sakit hati selama bertahun-tahun. Sikapnya yang dingin dan arogan, berawal dari sebuah pengkhianatan yang dilakukan oleh Meyra dan Hezen. Kekasih juga sahabat yang bermain api di belakangnya. Merajut kasih tanpa sepengetahuannya. Dalam suasana hati yang buruk, Dewa berjumpa dengan seorang gadis bernama Nurmala (26) Gadis yang tak sengaja menggores mobil mewah miliknya. Hingga kejadian itu berlanjut pada sebuah kertas berisi surat perjanjian yang mengharuskan Nurmala menjadi seorang pembantu untuk mengganti rugi kerusakan mobil Dewa. Selama Nurmala menjadi pembantu. Dewa tak hentinya mengeluarkan kata-kata kasar, hinaan dan cacian kepada Nurmala sebagai bentuk pelampiasan. Hingga, suatu ketika ia menerima karmanya sendiri. Dewa, malah jatuh hati kepada Nurmala. Akankah Nurmala membalas perasaan cinta seorang Dewa, setelah apa yang Dewa lakukan padanya?

Bab 1 Lari dari masalah, malah menemukan masalah baru.

Bab 1

Lari dari masalah, malah menemukan masalah baru.

"Aaa... Tidak! Jangan sampai mereka semua menemukanku!" ucap seorang gadis yang tengah bersembunyi di samping mobil Lamborghin, salah satu mobil termahal yang ada di Indonesia.

Gadis itu membekap mulutnya sendiri dengan kedua tangan, kala beberapa orang yang mengejarnya, sudah berada tepat di seberang mobil yang sedang ia pakai untuk bersembunyi. Deru napas gadis itu terdengar tersengal-sengal. Namun, sebisa mungkin ia atur, agar orang-orang yang mengejar tak menemukan di mana keberadaannya.

"Hei, Nurmala! Di mana kau? Awas kau ya, jika aku temukan nanti, akan kubuat kau menyesal!" teriak salah seorang pria yang mengejarnya. Ia berujar dengan napas yang terengah-engah sambil sedikit berjongkok karena kelelahan mengejar -ngejar seorang gadis bernama Nurmala.

Nurmala memejamkan mata. Rasa takut semakin menyeruak ke dalam dada. Bagaimana tidak! Satu gadis di kejar beberapa pria. Pria sangar dan garang. Siapa yang tidak takut? Apalagi yang mengejarnya itu, bukan orang sembarangan. Mereka adalah orang-orang yang suka memperjualbelikan wanita. Mereka di suruh untuk mencari Nurmala, karena Nurmala adalah salah satu aset berharga yang mereka punya.

Gadis yang baru saja dijual oleh ibunya sendiri.

"Aku mohon, pergilah! Usir mereka dari sini ya Tuhan!" ucapnya pelan. Dirinya sudah tidak tahu lagi, harus lari ke mana lagi, jika dirinya diketahui sedang berada di sini.

"Tidak ada Bos! Mungkin, dia sudah lari, dan pergi jauh dari sini!" ucap pria berwajah sangar dengan kulit hitam legam yang semakin membuatnya terlihat menyeramkan.

"Kalau begitu, ayo! Kita cari dia sampai dapat! Jangan sampai ia kabur lebih jauh lagi. Bisa marah dan ngamuk Mami Lorenza nanti!" jawab pria yang di panggil dengan sebutan Bos.

Orang-orang yang mengejar Nurmala pergi.

Dadanya merasakan rasa lega yang luar biasa. Napas Nurmala kembali normal, seirama dengan detak jantungnya yang juga kembali normal. Namun, saat hendak bangkit berdiri, gelang emas yang berada di tangan Nurmala, menggores sisi mobil yang baru saja Nurmala jadikan sebagai tempat bersembunyi.

Gadis itu terlonjak. Menatap tak percaya pada apa yang baru saja terjadi. Detak jantungnya yang tadi sudah kembali normal, kini berubah kembali, seirama dengan keterkejutannya melihat keadaan mobil yang jadi berbeda dari sebelumnya.

"Ya Tuhan! Ya Tuhan! Apa yang aku lakukan?" tanya Nurmala sendiri, sambil menutup mulutnya dengan kedua tangan, benar-benar tidak menyangka.

Gadis itu memerhatikan dengan saksama. Mobil Lamborghini yang harganya sangat mahal itu, tergores oleh gelang yang ia kenakan, karena Nurmala oleng saat hendak berdiri. Tubuhnya lemas karena sedari pagi belum terisi. Di tambah lagi dengan kejadian buruk yang membuatnya harus berlari dan bersembunyi dari kejaran para orang-orang yang berniat jahat terhadap nya.

Nurmala menengok ke kanan dan ke kiri. Mencari-cari, siapakah pemilik mobil mahal ini? Apakah ia ada di sini? Seperti apakah pemilik mobil ini? Apakah jahat, kasar, bermulut lemes, atau bahkan baik hati? Nurmala bertanya-tanya sendiri dalam sepi.

"Masalahmu sudah banyak Nurmala. Jika pemilik mobil ini tau, mobil mahalnya tergores olehmu. Maka, matilah dirimu!" gumam Nurmala pelan. Wajahnya meringis seperti merasakan sakit.

"Tapi, jika aku lari dari tanggung jawab... Orang macam apa aku ini? Ah!" Nurmala mendesah berat. Dirinya serba salah. Ingin lari dari masalah. Malah menemukan masalah baru. Ingin menghindari masalah baru, dirinya tidak seburuk itu.

Beberapa detik Nurmala terdiam sambil memikirkan sesuatu. Suara bariton dari orang yang tidak ia kenal sama sekali, membuatnya terlonjak. Ia terkejut bukan main.

"Kau!" seorang pria menunjuk wajah Nurmala dengan satu jari telunjuknya, "siapa kau? Dan sedang apa kau berada di sebelah mobilku?" tanya pria itu sengit. Sedangkan pria di sebelahnya terlihat lebih tenang dan kalem. Bahkan, wajahnya tidak menunjukkan ekspresi apa pun kala melihat Nurmala.

"A-aku..." ucap Nurmala tergagap. Ia bingung harus mengatakan apa pada pria yang Nurmala yakini, adalah pemilik dari mobil mewah ini. Mobil yang tak sengaja ia gores hingga menyisakan bekas.

"Aku apa?" tanyanya penuh selidik, "Kau mau maling ya?" tuduh pria tampan itu kemudian pada Nurmala. Nurmala membulatkan mata. Seumur-umur, baru dialah yang menuduhnya sebagai maling.

"Enak saja! Jangan sembarang menuduhku Om. Aku ini bukan maling! Jangankan untuk maling, berniat untuk maling saja aku tidak pernah!" sanggah Nurmala tidak terima. Nurmala memasang wajah geram, karena pria pemilik mobil mewah itu menuduhnya sebagai seorang maling.

"Siapa yang kau sebut dengan sebutan Om hah? Kau pikir, aku setua itu hah? Lagi pula, aku bukan adik dari ibu atau ayahmu. Jadi, jangan sok akrab denganku!" lanjut pria itu tidak terima dengan sebutan yang Nurmala sematkan padanya.

"Ah, iya... Maaf ya, maaf..." balas Nurmala akhirnya. Dirinya tidak punya tenaga lebih untuk berdebat hal yang menurutnya tak penting.

"Lalu, sedang apa kau di dekat mobilku?" tanya pria itu lagi, masih dengan wajah penuh selidik. Kening mengerut, juga mata yang menyipit.

"A-aku... Aku... Aku hanya-"

"Hanya apa? Hanya mau melihat-lihat dulu maksudmu? Jika sudah aman, kau akan mengambilnya. Begitu?" ujar pria itu memotong ucapan Nurmala. Masih dengan tuduhan yang sama. Namun, dengan kosa kata yang berbeda.

"Enak saja! Sudah aku bilang bukan. Aku ini bukan maling!" tekan Nurmala.

"Sudah sore Tuan! Eyang pasti sudah menunggu," ucap pria di sebelah pria yang menuduh Nurmala maling. Akhirnya, pria itu angkat bicara dan memberitahukan sesuatu sambil menunjuk jam di pergelangan tangannya.

Pria yang diberitahu menoleh sambil memerhatikan jam yang berada di tangan pria di sebelahnya.

"Baiklah... Ayo Zain," ajak pria itu kemudian.

Pria bernama Zein langsung mengangguk dan mempersilahkan Tuannya masuk terlebih dahulu.

"Minggir! Kau menghalangi jalanku!" ucap pria sombong itu begitu ketus. Namun, saat hendak dibukakan pintu oleh pria bernama Zein, gerakan Zein di hentikah oleh tuannya.

"Ada apa Tuan?" tanya Zein.

"Singkirkan tanganmu itu dari pintu mobilku Zein!" perintah sang Tuan.

Deg!

Jantung Nurmala seakan hendak copot dan meledak di tempatnya. 'Bagaimana kalau ketahuan?' pikir Nurmala.

"Baik Tuan!" jawab Zein yang langsung melakukan apa yang Tuannya perintahkan.

"Apa ini?" Teriak si pria yang selalu Zein panggil dengan sebutan Tuan. Matanya membulat dengan sempurna. Gigi bagian atas dan bawahnya saling beradu. Menandakan jika pria itu benar-benar marah dengan apa yang saat ini sedang ia lihat.

"I-itu... Ah! Bagaimana ya, aku menjelaskannya? Itu... Ah, aku... Aku-" Nurmala tak dapat berkata apa-apa. Kala mata pria itu menatap tajam ke arahnya, dengan gigi yang bergemulutuk saling beradu.

"Kau!" tunjuk sang pemilik mobil Lamborghini itu pada Nurmala. Matanya nyalang menatap ke arah Nurmala, seperti hendak memangsanya.

Bersambung...

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku