Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Talak tiga suami idaman ku

Talak tiga suami idaman ku

Adilah alawiyah

5.0
Komentar
239
Penayangan
2
Bab

Ternyata se pahit ini jatuh cinta pada orang yang sama?, jika berkenan memilih!, lebih baik cinta yang dikemas sedemikian indah ini tak pernah jatuh pada orang yang selama ini aku sebut nama nya dalam doa, pada orang yang aku resahkan dalam setiap luka nya. Mungkin raga mu seutuhnya milik ku, tapi hatimu masih menjadi milik nya, ku relakan engkau bersama nya biar aku yang menanggung luka disetiap cinta. Aku titipkan cinta dalam balutan doa, membiarkan sebuah kenangan hanya menjadi tulisan di sebuah kertas yang telah usang.

Bab 1 Cinta pertama

Pagi yang indah dikota Kembang, diiringi kicauan burung serta mentari yang bersinar malu-malu menunjukan kehangatan nya mengubah warna langit perlahan lahan menjadi jingga.

Alika kini sedang duduk dibalkon kamarnya, dengan segelas kopi hangat ditangan nya, tenang itulah yang dirasakan Alika, Alika datang ke kota kembang hanya sekedar menikmati suasana kota ini, kota kelahiran nya yang bertahun tahun telah dia tinggalkan bersama kenangan nya.

Hari ini adalah hari pertama, Alika memutuskan untuk mengunjungi alun - alun, dengan bekal air minum dia mengayuh sepedanya dengan santai, menikmati tidak harus segera sampai bukan?. Alika tau ada sedikit kenangan yang indah dikota ini, cinta pertama memang selalu melekat dalam jiwa meski sudah terjeda dengan beberapa kisah cinta setelahnya.

Dikota ini ada seorang lelaki cinta pertama dimasa putih abu, Raga raditya sakya si lelaki tampan berparas sempurna dengan banjiran prestasi yang sangat luar biasa bahkan mendapatkan gelar pemain terbaik plus termuda di dunia Badminton indonesia. Sudah bertahun tahun tidak pernah bertegur sapa bahkan bertemu saja mustahil rasanya, Alika hanya memedam rasa menumpahkan semuanya dalam doa.

Alika kini sedang menunggu teman masa kecilnya yang bernama Manda, seorang perempuan berambut panjang dengan pipi chubby serta mempunyai lesung pipi. Setelah sekian lama menunggu akhirnya Manda datang, Alika dan Manda pun melepas dahaga kerinduan dengan saling berpelukan, ini normal bukan? mereka sahabat lama pastas saja jika selagi bertemu langsung bergembira mesra. Bertemunya dua orang teman lama perempuan apalagi yang akan dilakukan selain mencurahkan setiap kenangan, dan mencurahkan rasa dalam bentuk kata?. Sekarang Alika dan Manda sedang duduk di kursi yang tersedia di alun alun, sambil menikmati suasana kota kembang, Alika dengan seksama mendengarkan Manda sahabatnya bercerita, Manda memang cantik pantas saja lelaki terkesima saat melihatnya, itulah pandangan Alika kepada temannya yang bercerita perihal orang yang kini ia cintai. Saat sedang asik bertukar kabar serta saling terbuka mencurahkan isi hati, tiba tiba datang seorang lelaki menyapa Alika dan Manda.

"Raaga!?, looo Raga?. Tanya Alika memastikan bahwa lelaki cinta pertama nya memang benar benar di depanya.

Alika rasa ini adalah hari yang sempurna mood nya sudah bagus sejak dari tadi pagi, bahkan kali ini semesta memberikan kejutan mempertemukan kembali dirinya bersama cinta pertamanya, Alika sangat gugup melebihi kegugupan saat sidang skripsi bersama dosen. Wajah yang sempurna wajah yang dia rindukan sudah berada di depan mata, tapi satu pertanyaan menjanggal dalam hatinya, apakah dia merasakan hal yang sama?.

Sore ini adalah sore yang sangat spesial bagi Alika, selepas pulang dari pertemuan tanpa sengaja tadi, Raga mengajak nya jalan sore hari, ditemani angin yang berhembus mesra memberi kesejukan tersendiri untuk hati, Raga terlihat sangat tampan apalagi saat dirinya sedang memainkan rambutnya, rasanya ingin Alika memeluknya tapi apa daya greget nya hanya sebatas harapan, yang entah akan terkabulkan apa justru akan tetap menjadi angan. Dua sejoli itu terus berjalan tanpa arah menelusuri jalanan, dengan beberapa kali tawa kecil menyelimuti perjalanan mereka, bahkan kini tangan mereka sudah saling tertaut seolah olah memberi secercah cahaya harapan untuk Alika. "Astagaa ya Tuhan, aku harap ini bukan mimpi". Beberapa jajanan sudah mereka coba, langit pun sudah berubah warna menjadi sedikit gelap, kode alam agar kedua insan itu segera pulang.

"Alika, makasih ya waktunya, hmm sebenarnya aku ngajak kamu itu mau nitip ini buat Manda, dia ulang tahun dua hari lagi, tolong kasih ke dia ya, oh ya kenalin Manda itu calon doi gue hehe, gak sabar pengen gue bawa tu anak ke rumah ketemu sama nyokap".

"Lo suka sama Manda? Sejak kapan Raga?". Tanya Alika sambil menerima kotak yang diberikan Raga dengan perasaan yang gemuruh.

"Sejak waktu kita sekolah, gimana menurut lo serasi kan gue sama manda?". Jawab Raga dengan antusias sambil menunjukan deretan gigi nya karena gemas.

Tatapan Alika terlihat kosong bibir nya tak menunjukan senyuman nya lagi dia menjawab sambil melangkah kan kaki nya pergi tak berniat mendengarkan jawaban Raga "iya cocok, gue duluan ya".

Malam yang panjang akhirnya terlewati, pagi ini Alika berniat meninggalkan kota ini, kota kembang seribu kenangan, Alika paham Manda belum tau perasaan Raga padanya, tapi mengetahui bahwa orang yang kita cintai mencintai orang lain pasti rasanya sakit bukan? tidak ada yang salah disini, bagi Alika ini adalah pelajaran, cinta pertama tidak selamanya akan menjadi cinta terakhir.

Rumah nuansa abu itu kini menjadi sepi, Alika mengendarai mobil nya dengan cukup kencang, beberapa pengendara bahkan sempat menegurnya. Alika hari ini memutuskan pergi ke Jakarta, melanjutkan perkerjaan nya menjadi dokter, Alika tau berlama lama di kota kembang hanya akan menambah luka nya menjadi lebih menganga.

"Hallo?". Ucap Alika sambil menempelkan telpon genggam nya yang berdering cukup lama.

"Lika lo dimana? hari ini jadi kan kita nonton?".

Alika terdiam sejenak, menghela napas lalu berkata lagi "maaf Manda, hari ini ada keadaaan darurat di rumah sakit, jadi gue sekarang sedang dalam perjalanan pulang".

"Astaga!, lo pulang tanpa pamit? gila baru aja sekali ketemu udah pulang lagi lika !".

"Emmm ya gimana lagi Man ini darurat kapan kapan lagi yaaa, oh ya ada titipan dari Raga buat lo gue udah kirim lewat gojek".

"Dari Raga?".

"Iya dari Raga entar lo juga tau, udah ya gue lagi nyetir, Assalamu'alaikum".

~Jakarta ~

Suasana riuh ibu kota sudah terendus, beberapa pengguna jalan sudah berlalu lalang memenuhi ibu kota, sore hari adalah suasana terburuk, jalanan macet polusi pun tak bisa dihindarkan, Alika menutup kaca mobilnya menatap lurus pada jalanan yang penuh dengan mobil yang sedang merayap agar sampai ditujuan.

"Kalau tau seperti itu yang akan terjadi, mengapa kita dipertemukan kembali Raga?, rasa ini gue tahan bertahun tahun bahkan belum sempat tersampaikan ia bahkan sudah patah ditengah jalan, dulu aku hanya retak tapi sekarang aku sudah patah". Lirih Alika berbicara sendiri sambil menekan dada nya yang terasa sesak karena patah hati dengan deraian air mata yang tak sempat terbendung turun tanpa meminta izin.

Langit sudah gelap, Alika sudah sampai di rumah yang ia beli. Di rentangkan tangan nya ke atas dengan kaki yang sedikit berjinjit, merubah arah rentangan tangan nya ke kanan dan kiri untuk melepas lelah setelah seharian di perjalanan, sebenarnya dari Bandung ke Jakarta tak membutuhkan waktu yang cukup lama hanya saja Alika di perjalanan beberapa kali terhenti sengaja memperlambat perjalanan pulangnya.

"Eh non udah pulang, kok gak bilang bibi" Ujar seorang perempuan paruh baya itu sambil menghampiri Alika yang kini duduk di sopa.

"Iya maaf bi, Alika gak sempet bilang". Jawab Alika sambil tersenyum dengan manis meski tak terlihat seperti biasanya.

"Maaf non, bibi belum sempet masak, bibi masak sekarang ya" Perempuan paruh baya itu berbicara sambil bergegas pergi menuju dapur dengan tangan yang membawa koper milik majikan nya.

"Bi gak usah masak, kita beli aja keluar, kasian bibi udah malem istirahat aja yaa" Ujar Alika sambil menyusul wanita tua bernama Asih itu. "Sini kopernya biar Alika aja yang bawa, ini berat bi, bibi beli makanan aja abis itu kita makan bareng" Ucap Alika lagi sambil membawa kopernya menuju tangga lantai dua rumahnya.

"Iya non makasih, jangan lupa shalat isya dulu ya non". Ucap bi Asih setengah berteriak.

Makanan sudah dihidangkan, Alika sudah turun dari kamarnya memperhatikan sekeliling rumah besarnya dengan hampa, lagi lagi sepi tak seperti dulu saat kedua orang tua nya ada. Sekarang hanya ada beberapa pekerja tukang dan pembantu yang mengisi rumah besar nya menghempas pelan sebuah kesepian di hati Alika.

Alika makan bersama bi Asih, seorang pembantu yang sudah setia bersama nya semenjak ibu dan ayahnya meninggal, bi Asih juga sudah Alika anggap sebagai kerabatnya, tidak ada perbedaan kasta dirumah milik Alika.

"Makanan nya enak bi, beli dimana?" Tanya Alika memecah keheningan dimeja makan yang terisi dua orang ini.

"Biasa non, bibi beli di depan" Jawab bi Asih sambil menambah lauk ke piring milik Alika.

Alika tersenyum, dirinya mengambil sesuap nasi lalu memakan nya kembali "Bi! Alika mau tanya boleh?".

Bi Asih terlihat kaget saat melihat ekpresi Alika menjadi murung "Boleh dong, mau tanya apa non?".

"Kalau Cinta kita bertepuk sebelah tangan apa yang harus kita lakuin bi?, Alika lagi patah hati hehe" Ucap Alika sambil terkekeh geli atas pengakuan nya.

"Kalau bibi sih, maju aja non selagi jalur kuning belum melengkung kita masih bisa menikung!" Jawab bi Asih dengan semangat "Bi Asih aja dapetin mang Kasno hasil nikung loh non, eh!". Ucap bi Asih lagi sambil menutup mulutnya.

"Ya Allah bi Asih gak baik tau nikung, hahaha!" Alika tertawa puas saat mendengar ucapan bi Asih yang masih bisa semangat membicarakan tentang cinta diusia nya yang sudah beranjak tua.

"Gak papa lah non, selagi tikungan nya berhasil mah gas keun" Ucap bi Asih sambil ikut tertawa bersama Alika.

Begitulah malam ini selesai, Alika terhibur dengan keadaan bi Asih meski hatinya masih sedikit perih, Alika melangkah kan kakinya menuju kamar milik nya, menarik selimut, berdoa lalu memejamkan mata mengejar mimpi menyambut hari esok yang masih menjadi misteri.

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh Adilah alawiyah

Selebihnya

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku