Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Senior Vs Ketua Osis

Senior Vs Ketua Osis

Rintik Hati

5.0
Komentar
59
Penayangan
2
Bab

Edgar Xavier Marvelo, seorang senior siswa kelas 12 yang juga merupakan bad boy yang merangkap sebagai siswa genius di sekolahnya. Tentu saja wajah tampan itu sangat memikat hati para wanita di sekolahnya. Edgar memang terkenal dengan sifatnya yang keras kepala dan tak mau kalah, namun percayalah ia memiliki sisi yang sama sekali tidak di ketahui oleh orang lain bahkan sahabat-sahabatnya sendiri. Kayla Ghazea Amiera, merupakan siswi dari kelas 11 yang juga merupakan ketua osis baru di SMA Cendrawasih. Bagaimana ia bisa menjadi ketua osis? Tentu saja ini karena psinsipnya adalah "Wanita juga bisa memimpin" itulah kalimat yang selalu gadis itu tekankan. Berawal dari pencalonan yang secara tidak sengaja itu, membuat gadis itu berakhir menjadi ketua osis. Pertemuan keduanya yang di bilang tidak menyenangkan membuat Edgar begitu tidak menyukai ketua osis baru di sekolahnya. Namun berbanding terbalik dengan Kayla yang harus selalu berurusan dengan Edgar hingga membuat keduanya terlihat sering bersama. Apakah waktu yang mereka habiskan bersama juga akan mengubah status mereka yang dari awalnya senior dan ketua osis akan berubah? Inilah kisah dua manusia yang sama-sama tidak menyadari akan perasaannya sendiri.

Bab 1 Tragedi Pelemparan Sepatu

"Woyyy! Kembaliin nggak buku gue!"

"Aldo lo emang minta digetok sandal swallow emak gue ya! Sini nggak lo!" gadis dengan sepatu putihnya itu berlari mengejar siswa yang berlari lebih dulu di banding dengan dirinya. Matanya melotot, menyiratkan bahwa saat ini ia tengah marah. Tangannya terkepal kuat seolah sudah siap memukul teman sekelasnya yang kini sedang tertawa melihatnya marah.

Remaja laki-laki itu tertawa puas, bahkan kini ia tertawa dengan mata yang tertutup karena kedua matanya yang minimalis. Orang bilang, ia merupakan keturunan cina sehingga ia memiliki mata yang minimalis.

"Kay jangan marah-marah napa, lo kalau marah udah mirip genderuwo tahu nggak!" ejeknya yang semakin membuat tanduk Kayla muncul di kepalanya.

Kayla menghentikan langkahnya, kemudian ia menggulung lengan seragamnya ke atas. Tak lupa ia juga tersenyum miring, "Lo lupa gue anak karate? Gue bisa aja bikin semua tulang lo remuk dalam satu bogeman!" ancamnya yang membuat Aldo si mata minimalis meneguk liurnya susah payah.

"Nggak takut tuh gue!" jawabnya yang semakin membuat Kayla mendengus kesal.

Gadis itu lantas melepaskan salah satu sepatu putihnya dan melemparkan ke arah teman laknatnya itu. Namun dengan cepat, Aldo segera menghindari lemparan sepatu milik Kayla sehingga sepatu itu tidak mengenai sasaran. Yang lebih mengejutkannya lagi, sepatu itu justru mengenai kepala laki-laki yang Kayla sendirii tidak tau itu siapa.

"Awww," rintih cowok itu sambil mengusap bagian belakang kepalanya.

Gadis dengan rambut di kuncir kuda itu lanatas menutup mulutnya tak percaya, bagaimana bisa lemparan sepatunya malah meleset? Dengan sigap, Kayla membalikkan badan dan berjalan menjauh dari tempatnya dengan posisi menggunakan satu sepatunya.

Aldo yang masih syok dengan apa yang ia lihat hanya tertegunn di tempatnya, sebelum kemudian sebuah suara berhasil membuyarkan lamunannya.

"Woyy!" panggil cowok yang merupakan korban dari pelemparan sepatu itu.

Aldo yang masih terkejut itu kemudian langsung menghampiri cowok berbadan tinggi itu, "Iya Kak? Ada apa ya?" tanyanya dengan nada yang takut.

Kedua matanya menatap Aldo dengan tatapan kesal, "Lo yang udah lempar sepatu ini?" tanyanya sambil mengangkat sepatu putih itu.

Aldo lantas melambaikan kedua tangannya seolah mengatakan bahwa ia bukan meruupakan pelaku dari pemeparan sepatu itu, "Bukan gue kalik kak! Lo liat deh, sepatu gue aja masih utuh gini! Lagian tuh sepatu juga nggak bakalan cukup di gue, orang sepatunya aja kayak sepatu kurcaci gitu!"

Cowok yang merupakan kakak kelasnya itu berdecak kesal, "Ck, gue serius deh anjirr!"

"Udah sih Gar, Cuma masalah sepatu doang kalik nggak usah marah-marah juga." Cowok di sampingnya itu kini sedang menahan tawanya.

"Nggak bisa gitu dong Ram, lo tahu kan gara-gara nih sepatu sialan kepala gue jadi sakit. Yang lempar sepatu butut ini harusnnya tanggung jawab dong!" kesalnya.

Rama memberikan isyarat pada Aldo untuk segera pergi dari hadapan Edgar sebelum laki-laki itu akan berbuat lebih padanya.

Aldo pun segera meninggalkan mereka berdua sebelum Edgar menyadari kepergiannya, sedangkan Rama hanya mengangguk-anggukkan kepalanya mendengarkan omelan sahabatnya itu.

Edgar langsung menyadari bahwa kini Aldo sudah tidak ada di hadapannya, "Mana tuh anak? Lo yang usir dia Ram?" tanya Edgar dengan kesal.

"Iya gue yang usir sebelum lo makin gila nantinya, udahlah Gar lagian gue yakin tuh orang yang lempar sepatu nggak sengaja juga."

Edgar berdecih pelan, "Nggak sengaja ataupun sengaja seenggaknya dia minta maaf ke gue dong, kalau gini kan mood gue jadinya jelek."

"Heh nyadar kalik, emangnya kalau dia minta maaf sama lo, lo bakalan maafin dia gitu? Gue tahu banget ya sama lo, lo nggak akan semudah itu maafin orang!" cibir Rama.

"Udah ah, yuk buruan balik! Lo emangnya mau di hukum sama Bu Astrid gara-gara telat masuk kelas?"

"Bodo amat ahh gue mau bolos aja! Lo sono dah kalau mau masuk kelas, guenya males!" ucapnya sambil melambaikan tangannya pada Rama.

"Gar!!" panggilan Rama sama sekali tidak di hiraukan oleh Edgar. Bahkan cowok itu malah terus melanjutkan langkahnya dengan tangan yang masih memegang sepatu putih yang menjadi sumber moodnya memburuk

.............

Pintu kelas 11 IPA 1 di buka kasar oleh Aldo, membuat beberapa teman sekelasnya menatapnya dengan marah.

"Lo kalau mau buka pintu kelas bisa santai nggak sih Do? Berasa mau ngajak tawuran nggak sih?!" kesal Ara yang membuat Aldo hanya menyengir.

Aldo mengedarkan matanya, ia tesenyum ketika ia melihat Kayla tengah berjalan memasuki kelas dengan sebelah sepatunya.

"Woy kay!" panggil Aldo yang membuat Kayla mendengus kesal.

"Apa?" jawabnya dengan kedua mata yang melotot.

Aldo menjauhkan dirinya dari Kayla, "Widih santai dong, lo kok hobi banget marah-marah sih Kay? Kayak gue gini dong, orangnya kan sabaran nggak kek lo minim sabar!" cibirnya.

Kayla berdecak kesal, "Lo maunya apa sih? Beneran mau kena bogem gue lo?!"

"Lo dicariin noh tadi!" ucap Aldo pada akhirnya.

Kedua alis Kayla saling tertaut bingung, "Siapa yang nyariin gue?" tanyanya polos yang seolah lupa dengan kejadian beberapa waktu yang lalu.

"Ck, pura-pura bego lo Kay. Padahal lo anak olimpiade tapi kenapa otak lo kalau di waktu kayak gini lemot banget sih?" kata Aldo dengan nada yang mengesalkan, bagaimana tidak jika setiap hari Aldo selalu saja melontarkan kalimat-kalimat menyebalkan pada Kayla.

Kayla memegangi kepalanya, "Lo sekali lagu ngomong yang arahnya nistain gue, gue bogem beneran lo ya!" ancamnya yang kali ini tidak main-main.

Aldo tertawa, "Iya-iya gue bercanda doang Kay."

Cowok itu lantas menatap Kayla yang mengenakan satu sepatu, "Lo kan yang udah nimpuk kakak kelas kita pakek sepatu lo?" tuduh Aldo yang membuat gadis itu gugup.

"Emang yang tadi itu kakak kelas kita?" tanya Kayla yang memang sama sekali tidak tahu.

Aldo mengangguk semangat, "Iyaa, tadi dia tuh nuduh gue yang lempar sepatu itu. Enak aja, lo yang lempar tapi yang di tuduh malah gue!" katanya dengan nada tak terima.

"Lo ngasih tahu dia kalau gue yang lempar?" tanya Kayla hati-hati.

Aldo menggelengkan kepalanya, "Belum sempet sih. Tapi besok gue bakalan bilang kalau lo yang lempar sepatu itu bukan gue!" ucapnya yang membuat Kayla melotot.

"Heh awas aja ya kalau sampek lo ngadu-ngadu gitu!"

"Emang kenapa? Kan gue anak baik tuh, jadi gue harus jujur kalau itu tuh kelakuan lo bukan ulah gue!" tandas Aldo yang merasa tak terima dengan tuduhan yang ia terima.

Kayla berdecih pelan, "Dasar tukang ngadu lo!"

Aldo menjulurkan lidahnya, "Bodo amat. Yang penting gue bakalan ngasih tahu tuh kakel kalau yang lempar sepatu itu lo!"

"Jadi lo yang udah lempar sepatu itu?" suara seseorang berhasil membuat keduanya menoleh ke sumber suara dengan terkejut.

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku