Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Sweet Revenge

Sweet Revenge

RnD Chn

5.0
Komentar
322
Penayangan
5
Bab

Bosan dengan kehidupan miskinnya, Cynthia ingin mengubah nasibnya. Hingga pada suatu saat dia bertemu dengan Bryan yang akan mengubah hidupnya. Bryan adalah seorang pria yang tampan, kaya dan romantis. Setelah berpacaran selama tiga bulan, hidup Cynthia berubah drastis sejak saat itu. Tapi semua keindahan itu hanya berlangsung sesaat. Cynthia mengalami tekanan hebat dengan keluarga Bryan yang tidak menyetujui hubungannya dengan pujaan hati hingga akhirnya Cynthia diusir secara kasar oleh keluarga Bryan. Mampukah Cynthia bangkit dari keterpurukannya dan membalas semua perlakuan jahat yang diterimanya?

Bab 1 Nasib Oh Nasib

"Sekarang kamu keluar!!"

Teriakan menggelegar itu berasal dari seorang pria kepada seorang wanita muda yang terlihat bersimpuh di hadapan pria itu.

"Ta-tapi... Aku kan sedang ham..." ucap wanita itu bergetar. Tangan kiri wanita itu memegang perutnya yang terlihat sedikit membuncit.

"Aku tak peduli! Aku sudah muak melihatmu! Cepat bereskan barangmu!" Dengan kasar, pria berbadan tegap itu merengkuh tangan wanita bunting itu dan mulai menyeretnya.

Terdengar rintihan dari sang wanita malang. "Ja-jangan Mas... Jangan usir aku..." ucapnya mengiba. Sang pria tidak mengindahkan rintihan wanita berambut panjang itu. Dengan tangan kasarnya, dia terus menyeret wanita itu hingga keluar dari kamarnya. Wanita malang itu berontak, berusaha melepaskan cengkraman tangan pria itu, tapi usahanya sia-sia, tangan pria itu terlalu kuat untuk dilawan.

"Nah benar begitu! Seharusnya sejak kemarin kamu melakukan itu, Bryan!" Tiba-tiba seorang wanita tua muncul entah dari mana. Wajah wanita tua itu terlihat sangat ketus dan matanya melotot lebar menyaksikan peristiwa pilu itu.

"Ibuuu..." tutur wanita itu bergetar. Wanita hamil itu berlari kecil menghampiri wanita tua itu dan bersimpuh di kakinya.

"Tolong, Bu... Maafkan aku. Tolong, jangan usir aku." Wanita hamil itu tak dapat menahan lagi tangisnya. Air mata berurai deras membasahi pipi chubbynya.

Tidak terlihat setitik pun rasa iba pada wajah wania tua itu. Kedua tangannya dilipat dan sama sekali tidak membantu wanita hamil itu untuk bangkit berdiri. Sang pria yang tertinggal di belakang, kembali menarik tangan wanita berambut hitam itu dari belakang.

"Ayo! Cepat keluar sekarang!" bentaknya. Dia membawa wanita malang itu menuju pintu keluar rumah yang besar itu.

"Mas, please Mas. Jangan lakukan ini," Sang wanita mengiba saat pria jahat itu membuka pintu kayu dengan gagang emas.

"Aaah. Banyak bacot kamu!" Pergi sana!" Dengan kasar, pria itu mendorong wanita berdaster biru itu hingga dia terdorong jauh dan terjatuh di lantai teras rumah berlantai dua itu.

Wanita itu menangis sejadinya. Dengan sisa tenaganya, dia mencoba bangkit berdiri dan mengetuk-ketuk pintu rumahnya.

"Please, biarkan aku masuk, Mas..." ucapnya dengan berderai air mata. Tidak ada respon dari balik pintu kayu itu. Tidak peduli seberapa keras wanita itu mengetuk pintunya, pintu itu tidak lagi terbuka untuknya.

Tangisan tak berhenti terdengar dari sang wanita. Dia merasa sangat hancur saat itu. Akhirnya dengan perasaan kalut, wanita malang itu berjalan perlahan menjauhi rumah itu. Kaki dan tubuhnya bergetar. Dia berusaha sekuat tenaga agar tidak jatuh pingsan.

Saat wanita itu baru berjalan beberapa langkah, tiba-tiba sebuah hujan deras menghampirinya seakan ingin menambah penderitaan wanita berparas cantik itu. Di tengah gyuran hujan, kaki wanita itu terus melangkah hingga akhirnya dia melewati pintu pagar yang menjulang tinggi.

'Aku bersumpah, kalian semua akan mendapatkan balasannya!' gumamnya sembari menatap rumah mewah itu penuh dendam.

***

[Lima bulan sebelumnya]

"Cynthiaaa! Cepat kemari!" pekik seorang pria bertubuh tambun. Dua detik kemudian, terdengar suara langkah kaki seorang wanita mendekat menghampiri pria yang sedang duduk di sebuah kursi malas berwarna coklat tua.

"Ya, ada apa, Boss?" tanya wanita berambut panjang dan berparas manis itu.

"Ini ada pesanan pizza. Kamu antarkan cepat ya! Jangan sampai terlambat." Wajah pria tambun itu sangat tidak enak dilihat. Wajahnya ditekuk seperti kardus bekas yang sudah tak terpakai.

Dengan cekatan, Cynthia mengambil pizza yang telah dibungkus oleh kantung plastik putih dan segera membawanya keluar dari restoran itu. Dengan menggunakan motor bebeknya yang berwarna merah, Cynthia menancap gas untuk mengantarkan pesanan.

Motor bebeknya meliuk-liuk lincah menghindari kemacetan ibukota siang itu. Sesekali Cynthia melihat jam tangan yang melilit di tangan kirinya.

'Tujuh menit lagi aku harus sampai' gumamnya. Terlihat peluh keringat mulai timbul di kening wanita berhidung mancung itu. Cynthia menancap gasnya lebih dalam lagi untuk mengejar waktu, hingga tujuh menit kemudian motor bebeknya berhenti di depan rumah seseorang.

Dengan helm merah yang masih melekat, Cynthia segera turun dari motornya. Tak lupa dia membawa pizzanya. Kaki rampingnya setengah berlari menuju rumah itu. Waktu terus berkejaran dengan dirinya. Mata Cynthia menatap tajam nomor rumah itu untuk memastikan dia tidak salah alamat.

Tok Tok Tok.

Cynthia mengetuk pintu rumah bercat putih itu. Tidak ada respon dari balik pintu kayu itu. Kedua jari Cynthia mengetuk sekali lagi. Kali ini lebih keras.

'Duh! Kemana sih orangnya! Ini sudah lewat waktunya' Cnyhtia kembali melihat jam di tangannya. Waktu yang ditentukan sudah lewat dua menit, hingga akhirnya seseorang membukakan pintu untuknya.

"Selamat siang, Bu. Saya yang mengantarkan pizza pesanan Ibu," ucap Cynthia dengan senyuman yang terlihat sedikit dipaksakan.Wanita setengah baya yang ada hadapannya melihat jam tangan emas miliknya.

"Kamu terlambat dua menit," tuturnya dengan wajah datar.

"I, iya. Maaf Bu. Tadi jalanan cukup macet." kilah Cynthia. Dia tidak mungkin menyalahkan wanita itu karena prinsip yang ditanamkan dari tempat kerjanya, konsumen adalah raja.

"Aku tidak mau tahu. Kamu sudah terlambat. Aku tidak akan membayar pizza ini."

"Ta, tapi Bu..."

BRAK! Wanita langsung menutup pintu itu dengan keras.

"Bu! Bu! Tolong Bu! Jangan begini..." teriak Cynthia dari balik pintu. Tidak ada respon lagi dari wanita berambut putih itu.

"Ergggh..!" Cynthia menggeram menahan amarahnya. Ingin rasanya dia menonjok pintu itu untuk melampiaskan kekesalannya.

Dengan perasaan dongkol, akhirnya Cynthia membalikkan badan dan berjalan kembali menuju motornya. Sepanjang perjalanan pulang ke tempat kerjanya, Cynthia terus mendumel. Raut wajahnya mengkerut bagaikan karpet yang baru dicuci.

Saat Cynthia hampir sampai di tempat kerjanya, tiba-tiba dari lawan arah, sebuah mobil sedan melaju kencang dan melindas genangan air kotor yang ada di tengah jalan.

PRATTT!

Wajah dan tubuh Cynthia terciprat air kotor itu. Cynthia begitu terkejut dan kehilangan keseimbangan. Hampir saja dia jatuh, beruntung kaki kirinya masih mampu menopang tubuh dan motornya.

"Heiii! Sialaannn! Liat-liat dong!" pekik Cynthia mengarah kepada mobil sedan itu. Mobil itu berhenti sejenak di sisi jalan, tapi beberapa detik kemudian, dia menancap gasnya kembali dan meninggalkan Cynthia jauh di belakang. Dengan penuh rasa kesal, Cynthia mengusap wajahnya yang kotor.

'Shit! Kenapa hari ini aku sial banget!'

Dengan tubuh yang kotor, Cynthia melanjutkan perjalanannya kembali ke restoran tempatnya bekerja. Dia melangkah masuk ke dalam restoran melalui pintu belakang dan langsung menemui bossnya.

"Boss, aku sudah mengantarkan pesanannya." Pak John yang duduk memunggungi Cynthia hanya berkata "Kamu terlambat dua menit kan? Jadi gaji kamu bulan depan, aku potong sesuai harga pizza itu." Memang restoran pizza tempat Cynthia bekerja menerapkan sistem jika pesanan pizza terlambat diantarkan, maka konsumen boleh tidak membayarnya.

"Ta-tapi, Boss..." Pak John memutar kursi malasnya dan menatap Cynthia. Bola matanya naik turun melihat wajah dan tubuh Cynthia yang kotor terkena cipratan air comberan.

"Pokoknya gaji kamu dipotong. Titik." ucap Pak John dengan nada tegas. Mulut Cynthia mengatup. Dia tahu benar watak dari atasannya itu. Keputusannya tidak dapat diganggu gugat.

"Sudah kamu kerja kembali sana! Nanti aku panggil jika ada orderan lagi." Perlakuan Pak John kepada karyawannya itu sangat dingin. Dia bahkan tidak bertanya mengapa wajah dan tubuh Cynthia penuh dengan kotoran.

Cynthia tidak berkata apa pun. Wajahnya tertunduk. Dengan perlahan, Cynthia balik badan dan berjalan menjauh dari Pak John. Langkah lunglainya pergi menuju bagian belakang restoran.

BUGH!

Cynthia memukul tembok untuk melampiaskan kekesalannya. Tanpa terasa, air mata menyembul keluar dari ujung matanya.

'Kenapa nasibku seperti ini, hiks hiks...'

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku