Hana dikubur hidup-hidup oleh mertua dan iparnya tanpa sepengetahuan Hadi, sang suami. Berita kehilangan Hana merebak ke seluruh desa, Hadi yang tidak kunjung menemukan istrinya akhirnya jatuh sakit. Semua warga desa percaya Hana menghilang karena dibawa lari oleh pria lain. Saat mertua dan iparnya semakin serakah memanfaatkan keadaan. Akankah Hana akan menuntut balas kepada semua orang yang berada di balik kematiannya?
Tendangan demi tendangan terus dilayangkan oleh dua wanita, mereka terus menghantam seluruh tubuh Hana. Wanita itu berkali-kali meminta ampun. Namun, bukannya berhenti, tendangan dan injakan itu justru semakin brutal menyakiti tubuhnya.
Seluruh tubuh Hana benar-benar terasa sakit. Darah segar berkali-kali keluar dari mulutnya. Namun, mereka malah tertawa dengan keras melihat Hana yang terlihat lemah tak punya daya untuk melawan.
Salah satu dari dua wanita itu menjambak rambut Hana lalu dengan sekuat tenaga menyeretnya. Perih, seluruh tubuh Hana nyaris mati rasa.
"Bu ... am-ampun, Bu ...," ujar Hana terbata-bata, telinganya berdengung sakit karena beberapa tendangan yang berhasil mengenai kepalanya.
"Apa? Aku tak bisa mendengar suaramu." Wanita di sebelahnya tertawa.
Dua wanita itu menyeret Hana ke hadapan sebuah lubang yang telah digali sebelumnya. Hana menggeleng dengan kuat saat menyadari niat buruk kedua wanita itu.
"Ti-tidak, Bu ... jangan kubur aku!"
"Kenapa? Tempat terbaik untukmu ada di balik tanah ini, bukan di rumahku!" desis Lilis, wanita yang ia kenal sebagai adik iparnya. Hana menggeleng lalu menangkup tangan Lilis dengan pandangan penuh permohonan.
Lilis menarik tangannya, mengibas dengan jijik kemudian melirik pada sang ibu agar segera menyingkirkan Hana yang sudah babak belur tak berdaya.
"Kami sudah muak melihatmu, perempuan tak tahu diuntung! Aku sangat menyesal karena sudah merestui putraku untuk menikah denganmu. Dasar jalang mata duitan!" kata Risma--ibu mertua Hana--sambil menarik rambut sang menantu lalu mendorongnya sampai tersungkur ke tanah hutan yang lembab itu.
Hana menitikkan air mata. Tangan dan seluruh tubuhnya gemetar ketakutan memikirkan kematian yang sebentar lagi akan merenggut nyawanya.
Mereka membenci Hana karena menganggap wanita itu tidak pantas menjadi bagian dari keluarga besar Kusuma.
Sejak awal, Hadi lah yang kekeuh ingin menikahinya, dia sama sekali tidak pernah mengincar harta pria itu. Hana sudah berkali-kali memutuskan hubungannya dengan Hadi. Namun, pria itu malah mengancam akan bunuh diri jika sang ibu masih tidak merestui, dengan berat hati, Bu Risma pun memberikan restu pada anaknya.
Dua tahun usia pernikahan mereka, bukan kebahagiaan yang Hana dapatkan. Namun, penindasan dari mertua dan ipar. Hadi tidak pernah tahu penderitaan sang istri selama ini, Risma dan Lilis terlalu pandai berakting di hadapan pria itu, seolah mereka adalah mertua dan ipar berhati malaikat.
Lalu sekarang, apa lagi kesalahannya hingga ia yang harus dikorbankan sampai separah ini?
Hana bangkit tertatih. Ia memandang Risma yang menatapnya dengan penuh kebencian. Lalu beralih ke Lilis yang fokus pada kamera, perempuan itu sedang merekam keadaan dirinya.
"Bu, Lis, a-apa salahku pada kalian kali ini?" tanya Hana penuh keberanian, tubuhnya yang setengah remuk dipaksa untuk berdiri.
"Kau ini wanita menjijikan!" Bu Risma menatap sinis. "Apa bagusnya anak yatim dan miskin sepertimu sampai Hadi begitu tergila-gila bahkan berani melawan perintah orang tuanya?"
"Kalau ibu mau begitu, aku akan meninggalkan Mas Hadi," kata Hana dengan tubuh gemetar menahan sakit akibat penyiksaan dua orang itu. Bukannya peduli, ibu dan anak itu malah tertawa dengan keras.
Lilis langsung menendang pangkal lutut Hana sehingga perempuan itu tersungkur ke tanah. Wanita itu merintih kesakitan dan menangis pilu dengan apa yang sudah keluarga suaminya lakukan.
"Jangan berharap bisa lolos dari sini, lebih baik kau pergi saja ke neraka!" Lilis semakin murka. Setiap kali melihat wajah Hana, hatinya selalu sakit.
Masih hangat dalam ingatan Lilis bagaimana marahnya Surya kepadanya tempo hari ketika Lilis dengan sengaja menumpahkan air panas dan berhasil melukai punggung tangan Hana. Gadis itu marah karena Surya lagi-lagi selalu membela Hana.
Apalagi ketika dia mengetahui fakta kalau sang kekasih diam-diam menaruh hati pada istri kakaknya. Lilis yang dimabuk cinta langsung patah hati sekaligus murka. Lilis bersumpah akan membunuh Hana tanpa ampun.
"Kau mengguna-guna Mas Hadi dan Surya. Iya ... dasar murahan! Seharusnya dari awal aku sudah membunuhmu, kaulah yang merusak semuanya! Kau wanita iblis! Anak haram!"
Lontaran kalimat penuh hinaan dilayangkan pada Hana, perempuan itu menahan sakit di hatinya. Jadi, karena alasan itulah dia harus menerima penyiksaan sekeji ini? Percuma saja berteriak meminta tolong. Ibu mertua dan iparnya membawa Hana ke tengah hutan angker yang jauh dari pedesaan, mustahil untuknya melarikan diri.
Kebencian Lilis pada Hana sudah berakar sejak lama. Hana yang selalu lebih unggul dari Lilis dalam segala bidang hal itu menyebabkan kecemburuan di hatinya. Lama-kelamaan dendam dalam hati Lilis tumbuh semakin subur. Dia ingin Hana mati, ditambah perkataan para tetangga yang selalu membandingkannya dengan Hana.
Banyak orang yang menyukai Hana, dia termasuk seorang istri dan perempuan yang ramah. Terkecuali Bu Risma dan Lilis. Karena itulah dia menuduh Hana memakai guna-guna sehingga Surya dan Hadi jatuh hati padanya.
"Seharusnya sejak awal kau tak masuk di keluarga kami, Hana!" Ibu mertuanya menambahi.
Air mata berjatuhan membasahi wajah penuh lebam Hana. Hatinya terbakar amarah dan benar-benar sakit karena diperlakukan secara keji oleh dua wanita berhati setan di hadapannya.
"Aku akan meminta bayaran atas semua yang kuterima ini." Hana berjanji dalam hati. Dia menatap tajam ibu mertua dan iparnya.
Hama berjanji akan meminta bayaran atas semua yang sudah dilakukan oleh mertua dan iparnya. Bahkan meski dia harus bersekutu dengan iblis sekali pun.
"Kenapa menatapku begitu? Berharap bisa kembali pulang dan memeluk Mas Hadi?" Lilis menginjak kepala Hana dengan kuat.
"Sudahlah!" Bu Risma memberi kode agar segera mengakhiri siksaan ini. "Awan, kubur dia hidup-hidup sekarang!"
Bu Risma menyuruh pria bertubuh kekar yang merupakan orang kepercayaannya untuk segera menyingkirkan Hana. Lilis mundur, membiarkan pria itu melempar tubuh Hana ke dalam galian tanah. Hana berontak. Namun, kekuatannya tidak sebanding, terlebih perempuan itu sudah benar-benar kehilangan tenaga akibat penyiksaan yang dilakukan oleh ibu mertua dan iparnya.
Hana menatap lesu, pandangan semakin kabur, tubuhnya penuh luka dan lebam. Ibu tiri dan iparnya terkekeh sinis menantikan detik-detik kematian Hana. Tidak ada sedikit pun sisi kemanusiaan dari dua wanita itu, seolah mereka sudah menantikan kematian Hana sejak lama.
"Bagaimana kalau ada yang tahu Hana dikuburkan di sini?" tanya Lilis pada sang ibu.
"Tenang saja, hutan ini terkenal angker, tak ada satu pun orang yang berani mendatangi hutan ini. Mayat wanita itu tidak akan ditemukan."
Lilis tersenyum puas mendengar penjelasan ibunya. Tatapannya kembali tertuju pada Hana yang kini terkapar tanpa daya di dalam lubang kuburan.
Gunawan--atau yang biasa dipanggil Awan--mencangkul tanah di sisi lubang kuburan, tanah itu menimbun tubuh Hana yang sudah kehilangan separuh kesadaran. Bayang-bayang penyiksaan Lilis dan bu Risma menari-nari dalam kepalanya, membuat dendam di hati Hana semakin memuncak.
Hana benar-benar sudah pasrah dengan hidupnya, tidak ada lagi yang tersisa. Pandangannya gelap dan sesak, tanah itu mengubur tubuhnya semakin dalam. Ingin keluar pun tak ada daya, hingga napas terakhirnya, Hana akan terus mengingat kejadian itu.
"Awan, kau harus memastikan untuk tutup mulut. Tidak boleh ada siapa pun yang mengetahui kejadian ini selain kita."
Bu Risma mulai membuat peringatan pada kaki tangannya, pria itu hanya mengangguk dengan kepala sedikit merunduk, sebenarnya dia kasihan melihat istri majikannya dihajar habis-habisan oleh dua wanita itu, tapi apa daya, dia sendiri tidak berani untuk melerai karena dia tahu seperti apa sifat Bu Risma jika sudah murka.
"Upahmu akan kutambahkan. Jadi, tutuplah mulutmu selamanya tentang kematian Hana, jangan biarkan siapa pun tahu apalagi Hadi."
"Baik, Bu. Saya mengerti."
Setelah merasa puas dan memastikan kalau Hana benar-benar sudah mati, Bu Risma langsung beranjak dari sana.
"Ayo kita pergi. Biar dia mati dan tubuhnya dimakan binatang buas di hutan ini."
Awan tak berani membantah. Lilis pun mempercayai semua yang dikatakan dan dilakukan ibunya. Ketiga orang tersebut memasuki mobil yang terparkir di sisi jalan dekat hutan, mobil itu melaju meninggalkan tubuh Hana yang terkubur di dalam tanah seorang diri.
Bab 1 Menantu yang Terkubur
22/04/2022
Bab 2 Kegaduhan Warga Desa
22/04/2022
Bab 3 Mendatangi Dukun
22/04/2022
Bab 4 Hana Bangkit Kembali
22/04/2022
Bab 5 Keresahan Para Petani
22/04/2022
Bab 6 Aku Belum Mati
22/04/2022
Bab 7 Tragedi Dimulai
22/04/2022
Bab 8 Korban Pertama
22/04/2022
Bab 9 Meneror Lilis
22/04/2022
Bab 10 Hana Bertemu Surya
22/04/2022
Bab 11 Korban Kedua
22/04/2022
Bab 12 Kelemahan Hana
22/04/2022
Bab 13 Amarah Hana
22/04/2022
Bab 14 Kematian Lilis
22/04/2022
Bab 15 Pertarungan Hana dan Dukun Tua
22/04/2022
Bab 16 Melarikan Diri
22/04/2022
Bab 17 Air Mata Hana
24/04/2022
Bab 18 Hana Kembali
25/04/2022
Bab 19 Cerita Diana
26/04/2022
Bab 20 Amarah Hadi
26/04/2022
Bab 21 Hana, Tolong Aku!
05/05/2022
Bab 22 Hadi Dalam Bahaya
10/05/2022
Bab 23 Hana Tertangkap
15/05/2022
Bab 24 Di Ambang Kematian
28/05/2022
Bab 25 Kekuatan Baru
02/06/2022