Sumpah Dalam Kubur
khirnya
iapkan makan malam, menu makanan mereka tidak lagi telor ceplok dan sayur bening, setelah Gun
k makan setiap hari. Rumah yang dulunya berdinding anyaman bambu j
liau katakan?" Susi langsung menghuja
ya sedikit cemas. Antara takut ketahuan oleh warga dan juga rasa b
enar uang bukan segalanya, tapi tanpa uang, mustahil mereka bisa bertahan. Apalagi pekerjaan pria itu yang hanya seor
a semangat. "Akang bingung, Si. Apa Akang lapor aja ke polisi, ya?
Akang gak takut kalo berani melawan,
kecukupan. Susi tidak mau kembali jatuh miskin hanya karena tindakan bodoh sang suami. Lagi
suatu saat si Hana ba
get ketika suaminya bilang telah membantu Bu Risma menguburkan Hana hidup-hidup. B
ut oleh kabar buruk tentang Hana yang simpang siur. Semua orang yang dulunya kagum
rin aja gimana caranya kita bisa terus hidup. Syukur-syukur kalau
, jangan berani membela, selain celaka, mereka bisa kehilangan mata pencahari
uhan Hana kepada polisi. Ketika Awan berniat melaporkan kasus itu pada pihak
polisi, jalanan dan kendaraan yang tidak memadai pun menj
ereka yang takut masa depannya terancam memilih untuk bu
tindakan kita u
ita itu membuat Awan
lah hidup miskin. Kalau akang mau menghadapi Bu Risma, sana perg
i mereka menikmati semua fasilitas yang orang kaya itu beri. Tentu, pos
lakukannya. Akang minta maaf." Awan mengal
ilangan Akang, si Usman juga baru kelas 2 SD, ma
a ingin hidup tenang. Lagipula sekarang kehidupannya sudah lebih dari cukup.
a, nasibnya memiliki keluarga yang buruk, membuat pe
*
enuh rasa percaya diri. Kulit putih, mata sipit, siapa yang tidak terpesona dengan
nyingkirkan Hana dari rumah memang merupakan sebuah keberuntungan. Tidak ada lagi yan
epit rambut berbentuk pita berwarna pink muda. Je
semua aksesoris mahal yang dibelikan Hadi semua diambil olehnya. Tak ada yang menghalangi niatnya karena sang
yang paling cantik. Tidak ada yang bisa mengalahkanmu, ba
dari dalam kamar. Lilis menutup hidungnya seketika
yengat sampai membuat perutnya bergolak menahan mual yang mendera. Padahal
ng tengah mematung di sudut kamar. Lilis mengucek matanya demi menjernihkan pe
ulai gugup. "Apakah
l. Hantu itu tidak ada. Lilis beralasan bahwa dia mungkin hanya salah lihat,
pun di sini,"
a tertuju ke arah ranjang yang tertutup kain putih. Di bagian
a darah tersebut, tercium bau
masih berfokus pada noda darah di ata
mnya, bahkan noda darah itu perlahan mulai meneteskan ke l
AA
utih penutup ranjang itu sudah menyembul ke atas. Seolah di dalam kain
dia menutupi wajahnya sambil t
putrinya saat mendengar jeritan ke
memeluk Risma, gadis itu gemetar
ang te
perkataannya tak jelas. "Di atas kasur
dur yang ditunjuk oleh Lilis, tidak ada apa pun di sana. Bahkan
apa pun
a benar, tidak ada apa pun di sana, tapi yang tadi dia lihat seperti kenyataan
kita lakukan padanya waktu itu." Risma memberi ancaman. "Seandainya ha
adi memang terkenal sebagai pria yang tegas. Dia tidak akan segan-segan
ubur di hutan angker, tak ada seorang pun yang
nasi semata. Sementara itu di luar jendela, tampak seorang perempuan dengan kepala ditutupi selenda