Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Bunga Di Dapur Mama

Bunga Di Dapur Mama

Richan25

5.0
Komentar
534
Penayangan
6
Bab

~Kehormatanku terkoyak di tangan anak majikan Ibuku~ "Siapa kau?! Kenapa ada di dapur rumah ku?!" hardik Angger saat mendapati perempuan asing berada di dalam dapur rumahnya. "Ma-maaf Mas saya Bunga. Saya-!" "Mmmmmpphh ...!" Bunga tidak dapat melanjutkan penjelasannya karena Angger sudah terlebih dulu membungkam bibir Bunga dengan ciumannya. Ciuman yang menggebu dan menuntut itu membuat Bunga tidak berdaya. Apalagi tercium aroma aneh dan menyengat yang menguar dari mulut anak majikannya itu. "Tolong lepaskan saya Mas. Jangan melakukan ini kepada saya. Saya mohon!" Krekk- Bunyi kain terkoyak di dalam keheningan malam ini adalah awal nasib buruk yang menimpa gadis lugu bermata sayu itu. Malam ini Bunga harus rela kehilangan Kehormatannya di tangan anak majikan Ibunya sendiri. Di tempat yang tidak seharusnya yaitu dapur.

Bab 1 Prolog

"Kita akan menikah tapi jangan harap kau bisa menjadi istriku yang sesungguhnya karena kau hanya istri di atas kertas. Kau akan menjadi istriku hanya di depan kedua orang tuaku dan Ibumu saja karena selebihnya kau tak ubahnya seperti beban yang hanya bisa menyulitkan hidupku. Aku sudah memiliki Laura yang sangat aku cintai dalam hidupku dan jangan pernah berharap lebih dari pernikahan ini!" ucap Angger yang membuat Bunga terkesiap mendengarnya.

"Saya juga tidak pernah menginginkan pernikahan ini Mas. Saya datang ke kota ini hanya bertujuan untuk belajar dan mewujudkan cita - cita Ibu saya yang hampir saja gagal karena-"

Bunga tidak sanggup meneruskan kata - katanya. Ingatan tentang malam kelam itu benar - benar membuatnya muak dan trauma. Sehingga hanya air mata yang bisa mewakili perasaannya saat ini.

"Aku tahu, kau pikir aku juga mau melakukannya jika aku tidak dibawah pengaruh obat sialan itu. Ingat Bunga, malam itu adalah kesalahan yang seharusnya tidak terjadi. Karena aku juga sangat menyesal mengapa harus ada malam laknat itu dalam hidupku. Kalaupun aku bisa memilih aku juga tidak sudi menyentuh tubuhmu!" sentak Angger yang membuat Bunga semakin beringsut takut.

Bahkan air mata tampak semakin deras membasahi pipi mulus gadis itu akibat ucapan Angger yang semakin menyakiti hatinya.

Tidak tahukah pria itu tentang rasa trauma yang sedang Bunga rasakan sekarang. Jika Angger sebagai pelaku yang berbuat keji saja tidak suka dengan adanya malam kelam itu. Lalu bagaimana dengan Bunga yang sebenarnya adalah korban yang nyata. Bahkan impian Bunga untuk menjadi seorang sarjana hampir saja kandas akibat kelakuan pria yang telah merenggut paksa mahkotanya.

Namun Bunga bisa apa selain menangis. Apalagi ia hanya anak dari seorang pembantu. Yang pasti tidak akan pernah menang melawan kekuasaan seorang Angger Jaya Diningrat. Keturunan dan pewaris tunggal keluarga Jaya Diningrat.

"Aku akan membiayai sekolahmu hingga sarjana sebagai bentuk rasa tanggung jawabku dan juga anggap saja sebagai ganti rugi kehormatanmu yang tidak sengaja aku ambil. Tapi aku tekankan sekali lagi jika pernikahan kita hanya sebatas pernikahan di atas kertas. Kita akan segera bercerai setelah anak itu lahir. Jangan khawatir karena aku akan tetap bertanggung jawab secara penuh kepada anak itu meskipun kita berpisah nanti. Dan satu hal lagi yang harus kau ingat. Kau dilarang mencampuri kehidupan pribadi ku apalagi sampai mengacaukan kembali hubungan ku dengan Laura. Kau tahu kan jika aku sangat mencintai Laura lebih dari apapun dan pernikahan konyol ini tidak akan pernah bisa menghalangi ku untuk tetap bersama dengan Laura. Camkan kata - kata ku dengan baik!" imbuh Angger sarat akan ancaman.

Setelah mengucapkan kata - kata pedasnya, Angger segera pergi meninggalkan Bunga yang masih berdiri kaku di tempatnya. Sudah tidak terhitung lagi berapa banyak air mata yang Bunga keluarkan karena perkataan Angger yang selalu menyakiti hatinya.

Sebelum kemudian pandangan Bunga tertuju ke arah pemandangan di luar sana. Dari sebuah jendela kaca yang sangat besar, Bunga bisa melihat dengan mata kepalanya sendiri bagaimana lelaki yang sudah menyandang status sebagai suaminya itu memeluk dan mencium wanita lain dengan sangat mesra sebelum mereka masuk ke dalam mobil dan pergi entah ke mana.

Bunga mengusap perutnya yang masih tampak rata sebelum kemudian tubuhnya merosot ke lantai menangisi kisah hidupnya yang tragis. Bunga tidak tahu sebesar apa kesakitan yang akan diberikan oleh pria itu kedepannya nanti.

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh Richan25

Selebihnya

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku