Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Tentang Kita

Tentang Kita

3jho

3.5
Komentar
156
Penayangan
1
Bab

Pernikahan itu adalah sebuah komitmen dalam menjalin sebuah hubungan tapi bagaimana kalau hubungan itu di rusak oleh pihak ketiga? Bagaimana pula pernikahan itu tidak ada buah cinta? Semua tentang kita yang berasumsi sebagaimana baiknya. Adrian Admajaya adalah sosok laki-laki yang begitu mengagumi wanitanya. Namun dia harus terjalin hubungan atas dasar tanggung jawab Bagaimana jadinya dia bisa mengimbangi perasaan antara aura dan Asti? Semua itu akan terjawab di novel ini cus pantengi terus ya.....

Bab 1 Terkuak

Terkuaklah semuanya

Tidak terasa sudah Lima Tahun usia pernikahan Adrian dan Asti tapi mereka belum di karuniai anak tapi itu tidak membuat mereka kekurangan namun Adrian tidak tahu bahwa Asti berselingkuh dengan sahabatnya Rangga.

Asti selalu pintar memainkan waktu saat bersama Adrian dan Rangga entah apa yang membuat Asti selingkuh pada Rangga.

Padahal apa yang tidak di perbuat oleh Adrian terhadapnya bahkan ia rela meninggalkan keluarganya demi Asti.

Hari itu dia cepat pulang dari biasanya dia tidak sabar melajukan mobilnya pulang untuk menemui istri tercintanya.

Dia parkirkan mobil di pelataran halaman rumahnya. Dia menelusuri setiap ruang rumahnya. Entah suara apa yang membuat dia berhenti betapa terkejutnya dia melihat pemandangan yang tak lazim.

Dia melihat dua insan yang sedang di mabuk kepayang itu sangat menikmati sehingga mereka tidak tahu akan kehadirannya di sana. Dengan geram Adrian menghempaskan daun pintu kamar tempat dua insan itu berlabu.

Asti dan Rangga seakan tersentak kaget dan langsung memakai baju yang berserakan di lantai kamar itu.

Baku hantam pun terjadi.

"Elu anggap apa gue Ga, ini istri gue Ga, " sergah Adrian memukuli Rangga.

"Nggak, ini semua salah luh!...Asti ingin Anak. Sementara elu itu ga mampu!" Tangkas Rangga.

"Ga, sudah dong Ga sekarang kamu pulang," Isak tangis Asti memisahkan mereka.

"Untuk apa pernikahan ini kita lanjutin lagi dan elu bukan temen gue lagi." Teriak Radit sambil menunjuk Rangga. Dia pergi keluar rumahnya dia menggas mobil dengan kecepatan penuh.

Sudah dua minggu berlalu Rangga bebas berjalan bersama dengan Asti walau dia tahu Asti masih istri sah Adrian.

Sementara Adrian hidupnya hampah tanpa canda tawa Asti lagi. Dia bekerja seperti biasa dan dia sudah mantab untuk berpisah dengan Asti dalam benaknya tidak mungkin lagi diteruskan karena ini menyangkut harga diri sebagai laki-laki.

Di sidang pertama Asti tampak mesrah menggandeng selingkuhannya sedangkan dia hanya sendiri tidak ada yang menemaninya. Minggu ke minggu mereka telah resmi berpisah

"Ini sudah saatnya aku bangkit dari keterpurukan." Ucapnya optimis.

Sekarang dia ingin memeriksakan kesehatannya dia yakin bahwa dia laki-laki yang berguna.

"Pak ini hasil labnya pak sebenarnya Bapak ini bisa sembuh kok pak asal Bapak mau hidup sehat tidak merokok dan jangan sering begadang pak," kata dokter yang menanganinya itu seraya tersenyum simpul.

."T..terima...kasih dok, " gugup Adrian bahagia mendengar ucapan dokter barusan.

Dia mengayunkan langkah kakinya menuju mobil yang berada di parkiran.

"Aku akan buktikan sama kamu Asti bahwa aku laki-laki sehat," Batinnya menolog sendiri.

Satu bulan kemudian dia kembali ke rumah sakit untuk memeriksakan kesehatannya lagi.

Di sisi lain Asti dan Rangga masih seperti biasa.

"Aura, jadi loh daftar jadi biarawatinya?" tanya salah seorang temannya.

"Jadi dong, aku akan setia pada pendirianku Naya," Ucap Aura lembut pada temannya.

"Berarti kamu ga boleh nikah dong, sementara gue mau nikah dan punya anak yang manis dan lucu-lucu," Ucap Naya mantab.

."Iya Ra, aku aja pengen nikah tapi cowoknya aja yang ga ada," kekeh Mira.

"Ya , gimana ini udah perjalananku mungkin," ujar Aura tersenyum simpul menanggapi ucapan sahabatnya itu.

"Aura, kamu tuh cantik, pinter thebest deh dari kita-kita," puji Naya.

"Gaklah, kita semua cantik dan pinter kok cuma tujuan kita lain aja" jawabnya tersenyum enggan.

Di rumah sakit Aura harus mengitu tes karena masuk ke biarawati itu harus benar-benar suci, pemeriksaan pun berlangsung selama Dua jaman.

Aura pun pulang ke rumahnya (di rumah sakit dia tidak tau apa yang dilakukan Dua Dokter koas yang menanganinya karena dokter yang menanganinya tidak masuk).

"Pak Adrian, ini semple sperma Bapak yang kemarin saya minta sudah di tes di lab Bapak sudah di nyatakan sehat pak," Ucap Dokter sambil menjabat tangan Adrian.

"Te_terimakasih banyak dok," serunya sumringah mendengar ucapan Dokter itu dia merasa bermimpi saja untuk ucapan dokter yang menyatakan bahwa dia sehat.

Sudah tiga minggu perasaan Aura tidak menentu dia pusing sepertinya kurang enak badan dia di suruh oleh romo pembimbingnya pulang untuk istirahat.

"Anak Ibu kok pulang gimana, kamu masih yakin untuk ikut tes itu Nak?" Tanya Ibunya sambil duduk di sampingnya

"Ya ...masih dong bu ini aku baru pulang dari sana, aku agak pusing tadi Bu," ucapnya manja pada Ibunya.

Sebenarnya keluarganya tidak menyetujui keinginannya karena dia anak perempuan satu-satunya.

Aura tiga bersaudara dia anak kedua, namun demi anak mereka mengiyakan keinginannya.

Tiba-tiba Aura mual dan muntah dan berlari kewastafel dekat kamar mandinya.

"kenapa kamu Nak, " Ucap Ibu Aura panik

"Gak tau de bu" Ucap Aura lemas.

"Ya sudah, sebaiknya kita ke rumah sakit Ibu takut kamu kenapa-napa," Ucap Ibu Aura pun pergi ke rumah sakit bersama Ibunya.

Di rumah sakit betapa terkejutnya mereka berdua.

"Selamat ya Bu, anak Ibu tengah HAMIL." Ucap Dokter yang menangani Aura.

Betapa hancurnya Ibu mendengarnya begitu pula dengan Aura.

"Gak mungkin dok saya belum menikah dok, dan saya tidak pernah melakukan yang membuat saya mengandung Dok, " Tangis Aura pecah.

"Sayang, Ibu kecewa sama kamu," Isak Ibu tidak menyangka kalau putri satu-satunya akan mencoreng nama baik keluarganya.

"Ibu, Aku juga ga tahu bu demi apa pun bu saya tidak pernah melakukan yang di larang Ayah sama Ibu jangankan hal ini pacar aku aja ga ada bu," Tangis isak Aura merada terpojok.

Mereka pun meninggalkan rumah sakit tersebut.

Di rumah dia benar- benar di sidang.

"Ayo Nak, jujur sama Ayah, Ayah akan cari laki-laki yang ga bertanggung jawab itu," Lirih Ayahnya berkaca -kaca.

"Ayah maafin Aku Ayah, Aku tidak tau anak siapa ini Ayah," sesal Aura bersujud di kaki Ayahnya.

"Ayah terakhir aku ikut tes di rumah sakit mungkin di sana ada Jawabannya," Yakin Aura pada ayahnya.

Diapun membawa mobil ayahnya menuju rumah sakit Aura berlari menelusuri lorong-lorong rumah sakit tiba-tiba.

"Auuw........!" Aura memegang lengannya.

"Sory, saya ga sengaja," Ucap laki -laki acuh tak acuh.

"Gak apa aku yang salah, ga lihat kamu," ucap Aura pelan dan berlalu pergi meninggalkan laki-laki itu menuju ruangan tempat ia di periksa tiga minggu yang lalu.

"Dok tiga minggu yang lalu saya ke sini untuk mengikuti tes dok," ujar Aura gugup takut.

"Terus kenapa mbak?" tanya dokter itu.

" Dok, Sa...Saya ...sekarang lagi_"

"Dok, ini laporannya Dok," Ucap Dokter koas itu.

"Dok, dokter ini yang menangani saya dok kalau tidak salah mereka berdua Dok," Ucap Aura terbata-bata tapi dia yakin.

Dokter koas itu pun terkejut.

"Humm... Mbak maafin Saya, mbak saya bukan bermaksud buat mbak jadi," Ucap Dokter itu gugup.

"Maksudnya apa ini Dok?" Tanya Dokter itu penyasaran.

"Dok, sebenarnya semple sperma Bapak Adrian kami suntikkan ke mbak ini saat mbak ini tes keperawanan Dok," ucap Dokter koas itu terbata-bata.

"Ini ga adil Dok. Bagaimana nasib saya, Anak ini," Isak Aura histeris.

Saya mau tuntut rumah sakit ini dan terutama kamu." Ucap Aura tegas.

"Mbak saya tahu Ayah biologis yang mbak kandung ini sebaiknya kita harus cari solusinya mbak," Ucap Dokter itu menenangkan Aura.

"Dok, saya ingin menjadi Biarawati Dok, bagaimana mungkin saya Hamil " Tangisnya pecah Dia begitu frustasi oleh keadaan yang menimpa dirinya.

"Ini kartu namanya," Ujar Dokter sambil menyodorkan kartu nama pada Aura.

"Oh, Tuhan apa ini jawabanmu atas pertanyaanku mengenai baktiku kepadamu Tuhan," Batinnya bergumam .

Di mobil dia melirik kartu nama yang diberikan oleh dokter rumah sakit

" Adrian Admajaya mana mungkin aku datangin dia dan minta tanggungjawab siapa aku baginya lagi pula dia juga korban sama sepertiku tapi bagaimana nasibku terutama anak ini," Lirih Aura menjamah perutnya yang masih rata itu.

Di rumahnya.

"Bagaimana Sayang?" Tanya Ibunya langsung.

"Bu, Aura jadi korban malpraktek Bu," ucap Aura frustasi pada Ibunya.

"Jadi bagaimana apa rencana kamu, yang pasti Ayah akan tuntut rumah sakit itu," Ucap Ayahnya tegas.

"Yah, Aura ikut keputusan Ayah ajalah, Aura sudah bingung harus bagaimana lagi." Lirih Aura yang di peluk oleh Ibunya.

Keesokan harinya mereka pergi ke rumah sakit meminta pertanggungjawaban rumah sakit tersebut .

Di kantor Adrian di telepon seseorang.

"Hallo, iya saya Adrian Admajaya, ada apa Dok?"

"Apakah Bapak ada waktu ada yang ingin saya bicarakan,"

"ya bentar lagi makan siang bagaimana kalau kita ketemuan di caffe dekat rumah sakit. Lagi pula kantor saya tidak jauh dari sana Dok," Ucap Adrian mematikan ponselnya.

"Ada apa dok bukannya dokter sendiri yang bacakan hasil kesehatan saya," Tanya Adrian penyasaran.

Bersambung...

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku