/0/24661/coverorgin.jpg?v=629f8f88baba399a125ab8ef389ce989&imageMogr2/format/webp)
"Apapun akan kulakukan untuk membuatmu tetap berada di sisiku Sakha ... kau milikku ..." ucap Jena malam itu. Satu rencana sudah ia susun demi bisa menahan sahabatnya Sakha yang baru ia kenal beberapa bulan belakangan.
Kini, pria tampan berkulit putih dengan garis rahang tegas dan bibirnya yang kemerahan itu sudah berubah bak singa kelaparan. Tubuh atletisnya mulai mengukung tubuh Jena. Ia terus menciumi wajah cantik Jena, sebelum akhirnya menyatukan bibir mereka.
Namun saat adegan itu berlangsung, tiba-tiba kesadaran Jena kembali, begitu ia teringat pada ayahnya yang sedang sakit.
"Mas Sakha stopp, tunggu-tunggu jangan lakukan ini!!" pekik Jena saat tangan Sakha mulai mengoyak atasannya, namun hal itu sama sekali tak diindahkan oleh pria di atasnya.
Dan kini pria itu justru memberikan sentuhan di telinga Jena yang membuat gadis itu menggelinjang hebat. Belum lagi sentuhan tangan Sakha di dadanya.
"Enghhh .... " desah Jena saat bibir Sakha kembali menyentuh lehernya. Jiwa raganya melayang menembus awan. Rasa geli sekaligus nikmat menjalari sekujur tubuhya.
Semakin lama ia semakin pasrah, kini sudah tak ada sehelai benangpun yang menempel di tubuhnya. Jena jelas tahu akan kemana arah yang mereka lalui saat ini, tapi entah kenapa ia menjadi takut, namun kini semuanya sudah terlambat.
Jena sudah kehilangan akal. Kedua tangannya menekan rambut tebal Sakha saat pria itu mengulum ujung berwarna pink di atas dadanya yang bulat sempurna.
"Ahhh Masss .... "
Jena semakin lupa diri saat tubuh bagian bawahnya dipermainkan dengan begitu gilanya oleh jemari kokoh milik sang dokter tampan. Tak sampai disitu, bibir Sakha semakin bergerak ke bawah menelusuri perut rata Jena, membuat jantung wanita 21 tahun itu berdetak kencang, dan benar dugaannya.
Bibir Sakha berhenti di titik terindah miliknya. Tempat yang selama ini selalu ia rawat dan ia jaga dan kini sudah menjadi bulan bulanan sahabatnya sendiri.
Bibir Jena sudah tak bisa terkendali, terlebih saat sesuatu yang keras menerjang bagian itu.
"Akhhhhhh ..."
Suara erangan turut keluar dari bibir Pria tampan bernama Arshaka Maheswara itu ketika kelelakiannya berhasil menerobos milik Jena.
"Maasss sakiitt!!" teriak Jena tanpa sadar kalau sejak tadi suaranya sangat keras, namun Sakha sama sekali tak peduli, ia terus mengguncang tubuhnya. Seiring berjalannya waktu tak ada lagi teriakan kesakitan di antara keduanya, yang ada tinggalah kenikmatan demi kenikmatan.
Sapuan lidah Sakha di sekujur tubuhnya membuat Jena lupa akan segalanya. Desahan lembut terus keluar dari bibirnya, dan hal itu membuat Sakha semakin menggila.
Untuk yang kedua kalinya tubuh laki laki itu menegang menuntaskan segala hasratnya di dalam rahim wanita di bawahnya.
"Aku mencintaimu mass," kalimat itulah yang pada akhirnya terucap lirih dari bibir tipis Jena setelah permainan usai dan mereka masih saling menatap satu sama lain.
Mendengar itu Sakha hanya menatap sendu. Otaknya tak bisa berpikir dengan benar, efek obat perangsang yang Jena berikan. Hasratnya pun masih menggebu, karenanya ia meraup kembali dengan kasar bibir Jena hingga membuatnya menjadi bengkak. Aksi mereka terhenti ketika mendengar teriakan seseorang dari balik pintu.
"Jena!!"
Teriak seorang laki-laki dari balik pintu kamar. Seketika Jena berjingkat kaget dan menahan kepala Sakha agar tak kembali mencumbunya.
"Kenapa?" lirih Sakha dengan suara parau.
/0/21133/coverorgin.jpg?v=2b3e2c16ec5b819069c407f4a87beb9d&imageMogr2/format/webp)
/0/12837/coverorgin.jpg?v=7dc61bacc0aca4d5f83426a32992dded&imageMogr2/format/webp)
/0/20513/coverorgin.jpg?v=4e99c7b3cee02d796cd9844c1bcb0cb8&imageMogr2/format/webp)
/0/16377/coverorgin.jpg?v=238b16ee91e65703d56b689b7e8063b6&imageMogr2/format/webp)
/0/12863/coverorgin.jpg?v=01781a4c11a73d5c2378bb441d2543b1&imageMogr2/format/webp)
/0/6203/coverorgin.jpg?v=20250120175042&imageMogr2/format/webp)
/0/29430/coverorgin.jpg?v=8e86c699cec428f3b4eb4b4f9f811d64&imageMogr2/format/webp)
/0/16704/coverorgin.jpg?v=d5c2877c62f02be8cddc10bb73713c32&imageMogr2/format/webp)
/0/29118/coverorgin.jpg?v=548802810fb8fee18c2bf17503f30e30&imageMogr2/format/webp)
/0/5006/coverorgin.jpg?v=cbd43d6bd1c5acf0ab82d896b3f5446d&imageMogr2/format/webp)
/0/15546/coverorgin.jpg?v=68e49a6799763f5b881a1460afd503d4&imageMogr2/format/webp)
/0/10756/coverorgin.jpg?v=3ee4f31b7180293031102e707680e6a6&imageMogr2/format/webp)
/0/5053/coverorgin.jpg?v=10956731975730da070c19fa4f539b70&imageMogr2/format/webp)
/0/21154/coverorgin.jpg?v=c2835f25ab9d458a0e17f5115dd93e12&imageMogr2/format/webp)
/0/10823/coverorgin.jpg?v=5247a829c4e0bc6ba9e8c95469614a5d&imageMogr2/format/webp)
/0/18744/coverorgin.jpg?v=80fadf347cc81c364fa3ac91215c8e85&imageMogr2/format/webp)
/0/16989/coverorgin.jpg?v=80f6edfeb2bee3d2c08b5130edf9f85b&imageMogr2/format/webp)
/0/7597/coverorgin.jpg?v=cefc29f6d11655747ae502fe3d49070f&imageMogr2/format/webp)