/0/24057/coverorgin.jpg?v=fd1094b94f91e88087ae939108913a37&imageMogr2/format/webp)
Kanya terbangun dari tidurnya dengan perasaan aneh. Ia seperti bermimpi , namun mimpinya terasa nyata. Seolah ia bisa merasakan setiap sentuhan, aroma dan suasana yang terjadi dalam mimpinya. Bukan...bukan mimpi buruk, karena hatinya penuh dengan rasa sukacita yang membuncah. Ia memijat dahinya berusaha mengingat tentang apa mimpinya tersebut, namun semakin ia berusaha mengingatnya semakin ia merasakan desakan di dadanya. Suatu luapan kebahagiaan yang ia sendiri tak tahu mengapa dan karena apa. Akhirnya ia memutuskan ke dapur untuk membuat coklat panas agar pikirannya lebih tenang.
Ia menghirup aroma coklat dalam dalam, berharap agar ingatan akan mimpinya kembali, namun nihil. Ia mengenal setiap detail dalam mimpinya. Sangat menyatu dengan jiwanya hingga ia sulit mengungkapkan apa yang sebenranya ia rasakan. "Itu mimpi apa kenyataan ya? Apa aku tidur sambil berjalan?"gumamnya sambil menatap cangkir coklat hangatnya. "Rasanya ada seseorang yang ku kenal dimimpiku, Tapi, siapa ya?" Ia kembali bertanya pada dirinya sendiri.
Kanya memejamkan matanya, mencoba membayangkan sentuhan yang ia rasakan dalam mimpinya. Sentuhan hangat. Terlalu hangat hingga ia merasakan kenyamanan. "Apakah itu sebuah pelukan? Seseorang memelukku?" batinnya. Ia tersenyum membayangkan seseorang memeluknya dengan erat, namun ia lalu menepis khayalannya. " Astaga! Kanya sadar!!! Kamu sudah punya tunangan." Ia meneriaki dirinya ketika bayangan Asad, tunangnanya berkelebat dalam otaknya. "Huff" Kanya menghembuskan nafas kesal karena rasa penasaran yang belum tertuntaskan. "Apa jangan jangan aku memimpikan Asad?" terkanya. "Masa sih Asad?' ketidakyakinan menhampirinya karena aroma yang ia cium bukanlah aroma parfum Asad.
Sudah hampir sebulan Kanya bermimpi yang sama. Ia juga selalu terbangun dengan perasaan yang sama. Bahagia sekaligus penasaran. Tak jarang ketika ia membuka matanya ia mendapati senyuman di bibirnya. Senyuman yang membuat hari harinya terasa berbeda. Ada semangat baru yang menyelimuti dirinya. Semangat yang membuatnya terarah dalam melakukan pekerjaannya sebagai seorang announcer di radio . Ia menjadi tepat waktu, fokus bekerja dan tidak bawel seperti biasanya.
"Ouch" Kanya merasakan kepalaya berdenyut. Ia bergegas menghabiskan coklat panasnya, kemudian kembali ke kamarnya. Saat sakit kepalanya kembali datang, ia buru buru berbaring dan berusaha menutup mata. "Sakit kepala yang aneh" gumamnya. "Sakit kepala kok datangnya setiap terbangun dari tidur." Lanjutnya sambil memegangi kepalanya. Akhirnya tak lama kemudian sakit kepalanya hilang dan rasa kantuk yang luar biasa kembali datang. Setelah menguap, Kanya pun tertidur lagi.
***
"Kanya..." Kanya menoleh dan ada seraut wajah pria yang ia rasa mengenalnya namun ia lupa siapa gerangan yang memanggilnya dengan lembut itu. Jari-jari pria itu menggenggam erat tangannya seolah tak rela jika ia harus terbangun dari mimipinya. "Aku merindukanmu..." bisiknya dan membuat Kanya tersipu. Dalam hatinya ia pun merasakan kerinduan yang sangat luar biasa, namun ia masih bingung. Bingung karena ia merasa begitu dekat dan nyaman dengan si pemilik suara lembut itu, namun ia lupa dimana mereka pernah bertemu dan berkenalan.
Keduanya terdiam. Hanya irama syahdu yang mengalir ke pembuluh darah mereka. Mereka saling menikmati genggaman yang semakin erat dan sentuhan kulit mereka saat duduk berdampingan. Kanya ingin bertanya, namun ia mendadak bisu. Bibirnya terkunci rapat. Ia hanya mampu memandangi wajah tampan yang sedang tersenyum ke arahnya. "Kamu siapa?" tanyanya dalam hati.
/0/5555/coverorgin.jpg?v=55f45defe89597208f904df1f82688bf&imageMogr2/format/webp)
/0/2370/coverorgin.jpg?v=fc84010920cfb4248fc26fc6b51ab972&imageMogr2/format/webp)
/0/8482/coverorgin.jpg?v=895b3f8836708e13a7b45abf024eaa8d&imageMogr2/format/webp)
/0/16298/coverorgin.jpg?v=03367bf62e8269022f36944919d8b2a8&imageMogr2/format/webp)
/0/2709/coverorgin.jpg?v=07e5e78525664dd3080a36ee9ef3a2de&imageMogr2/format/webp)
/0/16417/coverorgin.jpg?v=acfa1c699f975e424d62fe219f50fdf8&imageMogr2/format/webp)
/0/5372/coverorgin.jpg?v=4eaf7c3a92872235760effad81f63dd7&imageMogr2/format/webp)
/0/8004/coverorgin.jpg?v=571ac2712872ce049b52fca5f42c3171&imageMogr2/format/webp)
/0/3623/coverorgin.jpg?v=f54b8723bde25d7c963d0c773b7bcb3d&imageMogr2/format/webp)
/0/16304/coverorgin.jpg?v=cceec5014ad6d8da23556a1c127c9c50&imageMogr2/format/webp)
/0/16328/coverorgin.jpg?v=d621b9f745cfe09fda0812c94cb92730&imageMogr2/format/webp)
/0/9210/coverorgin.jpg?v=635725120b5e334dd24e213c953a9dc7&imageMogr2/format/webp)
/0/14949/coverorgin.jpg?v=17739a5c922082348d1a124f2c1024cf&imageMogr2/format/webp)
/0/5064/coverorgin.jpg?v=452ee13c83c4b13e8f97a417724e0bd5&imageMogr2/format/webp)
/0/6005/coverorgin.jpg?v=75a354dc154877d293dfffe9ea6d2402&imageMogr2/format/webp)
/0/4331/coverorgin.jpg?v=26485793c73693ad6fb3d6d317a52d2e&imageMogr2/format/webp)
/0/18664/coverorgin.jpg?v=327f1070479f3e709a32c952a4cf3f13&imageMogr2/format/webp)
/0/2910/coverorgin.jpg?v=8484824ad50f6edeab09765db6be0df9&imageMogr2/format/webp)