/0/20663/coverorgin.jpg?v=6507e060d3a914b4ee3ce8a3a17b8c3f&imageMogr2/format/webp)
"Anda mau memberinya obat tidur?"
Pria berjas hitam dengan rahang tegas itu menarik kedua sudut bibir, pandangannya menatap lekat pada seorang gadis cantik mengenakan hoodie berwarna abu-abu dan celana jeans yang duduk sendirian di sofa memanjang.
"Ya, dia targetku malam ini."
Sang bartender muda mengangguk patuh dan mulai memasukkan obat yang dibawa pria di depannya. Ia kemudian beranjak menuju gadis yang dimaksud oleh pelanggan setianya itu.
Agatha Marvelly menopang dagu dengan mimik lesu. Insiden di mana ia menjatuhkan ponsel iPhone milik senior kampusnya teringat lagi di otak. Agatha berulang kali mengembuskan napas panjang, belum lagi ia disuruh ganti rugi dalam waktu satu Minggu.
Sebagai mahasiswi semester akhir yang tinggal di kos-kosan, bagaimana bisa ia mendapatkan uang 15 juta dalam waktu sesingkat itu?
Maka untuk pertama dan terakhir kalinya, malam ini Agatha memutuskan ke bar guna menenangkan akal sehatnya.
"Mungkin ini bisa membantu Anda tenang."
Agatha yang sedang melamun alih-alih frustasi mengangkat kepala begitu melihat segelas minuman diletakkan di depannya. Ia reflek meneguk ludah. Sekilas terlihat menyegarkan dan menggoda rasa hausnya untuk segera meneguk.
"Gadis cantik seperti Anda tidak perlu membayarnya," celetuk bartender tampan itu dengan senyum ramah.
Agatha mengernyit heran, bingung karena tiba-tiba mendapat minuman padahal ia tidak memesan. Tetapi belum sempat ia membuka suara, bartender itu sudah berlalu pergi. Agatha menatap segelas minuman berwarna kuning keemasan dengan buih-buih putih di permukaannya. Tanpa harus bertanya pun, mahasiswi seperti dirinya sudah tahu itu minuman apa.
"Meminumnya sekali tegukan tidak akan membuatku mabuk, kan? Benar, aku hanya ingin membasahi tenggorokan saja. Lagi pula aku tidak boleh menyia-nyiakan minuman gratis ini."
Agatha mengangguk untuk meyakinkan diri dan berpikir positif. Wajah si bartender tadi tidak mencurigakan, jadi ia pikir bir yang sudah ada di genggamannya itu tidaklah berbahaya.
Agatha merapal doa, lalu meneguk bir itu sekali. Kernyitan di dahinya reflek muncul, ternyata rasanya tidak seenak yang ia bayangkan. Begitu ia meletakkan kembali bir itu yang masih tersisa banyak ke meja, tiba-tiba kepalanya terasa berdenyut.
"Astaga. Apa aku baru saja tertipu?" ringis Agatha sambil memegangi kepalanya yang semakin pening.
/0/16421/coverorgin.jpg?v=b0886871611b20d2f1997bedcfcc4a1a&imageMogr2/format/webp)
/0/17129/coverorgin.jpg?v=c7133c7cf7386821f7350d0c81edca4d&imageMogr2/format/webp)
/0/20880/coverorgin.jpg?v=f4ed48f47c771795688fc1986665b888&imageMogr2/format/webp)
/0/5544/coverorgin.jpg?v=0dd2b2fd0f9e5757b748e583621ca1b8&imageMogr2/format/webp)
/0/4847/coverorgin.jpg?v=dd3116c0aa640dfd499afed5dd0fb31a&imageMogr2/format/webp)
/0/13523/coverorgin.jpg?v=bed2aa4320bf88c7538cbfd9cb2362b1&imageMogr2/format/webp)
/0/2402/coverorgin.jpg?v=e0a0067615d192cf6689c8ec8af147f1&imageMogr2/format/webp)
/0/19138/coverorgin.jpg?v=5581d4ff3954c3bd791f2405f7b0e669&imageMogr2/format/webp)
/0/5427/coverorgin.jpg?v=5c98c390153178972cc76f6842603e36&imageMogr2/format/webp)
/0/4346/coverorgin.jpg?v=e99ad841c1d7ed14fd14bd07f0817b0f&imageMogr2/format/webp)
/0/13507/coverorgin.jpg?v=38da432f69ee9f0aa700787786fd7b13&imageMogr2/format/webp)
/0/18075/coverorgin.jpg?v=22197f456e123d64a5ab781d0f0a5bb5&imageMogr2/format/webp)
/0/16824/coverorgin.jpg?v=ede1f76b400f3cfd57bd9b253e5f1fd4&imageMogr2/format/webp)
/0/2351/coverorgin.jpg?v=33bc23e32df7f5ac3937c4479d10eeea&imageMogr2/format/webp)
/0/14868/coverorgin.jpg?v=ed691902cab62c9f9016d20bc582a957&imageMogr2/format/webp)
/0/12753/coverorgin.jpg?v=30f189ccce34b86d3dfb76da73c6e95f&imageMogr2/format/webp)
/0/23788/coverorgin.jpg?v=49b7e99d293c396a41c9a16456321089&imageMogr2/format/webp)
/0/17274/coverorgin.jpg?v=1da3b24971bfb3a9b1dc9acb56b5a671&imageMogr2/format/webp)
/0/7036/coverorgin.jpg?v=3768f1a05ad69c5323f0572622993a69&imageMogr2/format/webp)
/0/7674/coverorgin.jpg?v=e866ee1b29c1e01e154519c8586ac548&imageMogr2/format/webp)