Nika adalah seorang gadis SMA yang punya kelebihan hormon dan mengakibatkan dia punya asi sebelum waktunya. Seorang cowok kaya bernama Leon, punya penyakit aneh yang bisa disembuhkan hanya dengan minum asi milik seorang gadis. Dan gadis pilihannya itu adalah Nika. Karena bantuan dari Leon, akhirnya Nika bisa tetap sekolah. Dia dan neneknya juga tinggal di rumah Leon. Nika sangat ingin bisa lepas dari Leon. Tapi bagaimana kalau ternyata Leon sudah kecanduan asi milik Nika?
"Astaga Nika. Lihat apa yang terjadi sama dada kamu!" Nek Ijah membelalak dengan suara tercekat. Wanita tua itu menatap pada dada cucunya dengan raut wajah terkejut.
"A ... ada apa, Nek?" Gadis berwajah cantik alami bernama Nika itu terlihat sangat terkejut mendengar pertanyaan dari neneknya.
"Nika, asi kamu keluar lagi?" tanya Nek Ijah lagi, saat ia melihat Nika yang tengah bersiap pergi ke sekolah.
Nika merasakan debaran hatinya meningkat. Wajahnya tertunduk, mata tertuju pada seragam sekolah yang telah basah oleh rembesan asi. Sebuah kondisi hormonal yang tidak biasa yang telah menimpa dirinya di usia remaja, meskipun ia belum pernah menikah atau memiliki anak.
"Astaga! Iya, Nek. Aduh, bagaimana ini?" kepanikannya makin menjadi, sambil memandang jam dinding yang menunjukkan waktu sudah sangat siang, sedangkan dia tak ada baju ganti lain.
Dengan tenang, Nek Ijah mendekat dan merangkul bahunya.
"Sabar, Nak. Coba sekarang kamu ganti seragamnya, pakai kain tebal di dada. Semoga itu bisa menahan asi kamu," sarannya dengan lembut.
Nika menggeleng cepat, kebingungan masih terlukis jelas di wajahnya, berat menerima kenyataan yang dihadapinya. Gadis itu menghela nafas berat, matanya nanar menatap seragam sekolah yang sudah basah karena rembesan asi.
"Ini seragam terakhir yang aku punya, Nek," suaranya pelan, hampir tak terdengar.
Rasa cemas bercampur kepasrahan tergambar jelas di wajah tanpa riasan itu. Di sudut rumah yang sederhana tersebut, Nek Ijah menggumam keras, mencoba mengumpulkan solusi.
"Coba kamu kenakan seragam SMP-mu, Nak. Itu lebih baik daripada kamu tidak sekolah sama sekali. Para guru pasti akan mencarimu, dan kamu tidak ingin kehilangan beasiswa hanya karena sering absen kan?"
Meskipun tawaran itu keluar dari mulutnya, dalam hati, Nek Ijah sendiri terasa hampa, sama kesulitan menemukan jalan keluar bagi cucu tercintanya yang hanya bermodalkan keuletan dan tekad kuat demi masa depan yang lebih baik.
"Nenek benar. Lebih baik aku pakai seragam SMP saja, daripada aku nggak masuk sekolah."
"Cepatlah, Nak!"
Setelah mendapat saran dari Nek Ijah, Nika cepat-cepat masuk ke kamar untuk berganti seragam. Baju seragam SMP nya sudah polos dan tak ada atribut apapun, sehingga Nika bisa mengenakannya untuk pergi ke SMA.
Beberapa saat, gadis berwajah cantik dan imut itu sudah keluar dari kamarnya. Baju SMP di tubuhnya terlihat sangat pas, dan bahkan terkesan kekecilan sehingga memperlihatkan dada Nika yang menonjol sangat besar. Wajar saja, karena di usianya yang baru 16 tahun, ia sudah memiliki dada besar dengan ukuran 40.
Pinggangnya ramping, leher dan kakinya jenjang dalam balutan kulit putih mulus. Pinggulnya juga besar, membuat bentuk tubuh Nika sangat sempurna bak gitar spanyol paling mahal.
"Kamu sudah siap, Nika ?" tanya Nek Ijah dengan lembut.
"Sudah, Nek. Mana sumpalannya?" jawab Nika dengan antusias.
"Biarkan Nenek yang memasangkannya," ujar Nek Ijah sambil menyumpal kedua dada Nika dengan kain tebal, membuat penampilannya terlihat lebih penuh.
Kancing baju di bagian dada Nika bahkan tak muat untuk dikancingkan, namun hal itu tak mengurangi semangat Nika untuk pergi ke sekolah. Meskipun kini tubuhnya terlihat semakin seksi dan menantang.
"Sudah siap, sekarang kamu bisa berangkat ke sekolah," kata Nek Ijah sambil merapikan penampilan Nika .
"Iya, Nek. Aku berangkat dulu. Hati-hati di rumah," balas Nika sambil berlalu menuju sekolah.
Setelah berpamitan kepada neneknya, Nika cepat-cepat berangkat ke sekolahnya dengan berjalan kaki. Karena kebetulan jarak sekolahnya juga tak terlalu jauh.
***
"Astaga! Kenapa rasanya nggak nyaman banget? Apa asi ku merembes lagi?" Nika berjalan cepat melalui koridor sekolah dengan perasaan cemas, karena ia merasa bahwa baju seragamnya mulai basah lagi.
Nika berjalan cepat, melalui beberapa cowok yang kini sedang mematung menatapnya. Tatapan mereka sangat liar dan tak bisa berkedip saat melihat keindahan tubuh Nika dalam balutan seragamnya yang kekecilan.
"Wow, Nika ," ujar salah seorang cowok yang tiba-tiba langsung menghadang langkahnya.
Nika tersentak kaget. Namun, ia berpura-pura tidak ketakutan dan justru tersenyum menatap pada cowok itu.
"Hey, Kak Aldi. Apa aku bisa lewat? Maaf, tapi kamu menghalangi jalanku," tegur Nika dengan sopan.
Tatapan Nika terlihat risih saat berhadapan dengan Aldi, karena ia tahu bahwa Aldi adalah cowok yang terkenal paling nakal di SMA nya. Di SMA favorit seperti ini, tentu cowok sekelas Aldi bisa saja diterima karena dia adalah anak orang kaya.
"Oh mau lewat ya?" Aldi menyeringai dengan senyum liciknya.
"Iya."
"Boleh saja, asalkan ...." Aldi mengusap bibir bawahnya dengan ibu jarinya.
Matanya tak hentinya memandang dada Nikayang membusung sangat besar dan kencang.
"Asalkan apa?" Firasat Nika mulai tak enak.
"Asalkan boleh menyentuh milikmu yang sangat menggoda itu," tunjuk Aldi yang bersiap mengarahkan telapak tangannya ke dada Nika .
Nikat terkejut dengan perlakuan Aldi. Refleks ia langsung mengangkat tangannya tepat di wajah cowok tampan itu.
Plakk!
"Jangan kurang ajar, Kak!" sentak Nika marah.
"Ah, sialan kamu, Nika !" pekik Aldi marah, karena Nika baru saja menamparnya.
Nika gemetar ketakutan dan segera berlari meninggalkan Aldi beserta kawan-kawannya.
"Bos Aldi, lo baik-baik saja?" tanya seorang temannya.
"Gue baik-baik saja, tapi awas aja tuh cewek. Gue pasti akan beli harga dirinya," geram Aldi marah.
"Iya, Bos. Cewek kayak gitu emang harus dikasih pelajaran," kata yang lain menimpali.
Aldi terus menatap ke arah Nika yang sedang berlari menjauh. Sejurus kemudian, sebuah seringai aneh tercipta di bibirnya.
"Aku pasti akan dapetin kamu, Nika ," desis Aldi licik.
Setelah hampir mendapatkan pelecehan dari Aldi, seharian ini Nika memilih untuk tidak istirahat keluar kelas. Dia takut jika sampai bertemu dengan Aldi di luar kelas, dan cowok itu akan kembali melakukan perbuatannya yang tertunda.
Nika memilih untuk tetap berada di kelasnya walaupun jam istirahat. Ia yang masih kelas 2 SMA itu, tentu takut pada Aldi yang merupakan kakak kelasnya karena sudah kelas 3.
Akhirnya tak terasa jam pulang pun tiba. Semua siswa berhamburan pulang, dan begitu juga dengan Nika . Ia pulang berjalan kaki bersama sahabatnya yang bernama Arumi.
"Arumi, kenapa kamu nggak minta dijemput saja sama sopirnya papa kamu?" tanya Nika saat berjalan berdua di bawah terik matahari bersama Arumi.
Nika merasa tak enak, karena sebenarnya Arumi adalah anak orang kaya. Tapi ia malah memilih menemani Nika berjalan kaki dan panas-panasan seperti ini.
"Nggak apa-apa kok, Nika . Nanti setelah sampai di depan rumah kamu, aku juga bakalan dijemput kok. Lagian aku kasihan karena kamu jalan kaki sendirian." Aruna tersenyum.
"Terima kasih banyak ya, Arumi. Kamu sangat baik."
"Sama-sama, Nika ."
Sambil terus ngobrol, tanpa terasa kedua gadis itu pun sudah tiba di gang dekat rumah Nika . Benar saja!
Tak lama, datanglah sebuah mobil yang menjemput Arumi. Nika melambaikan tangan pada sahabatnya itu dan bergegas hendak memasuki gang ke rumahnya.
Namun, baru saja Nika melangkah, tiba-tiba ia merasakan sepasang tangan yang membekap mulutnya dengan sesuatu hingga membuat Nika merasa pusing. Gadis itu pun berontak dan meronta-ronta, tapi tubuhnya mulai terasa lemas.
"Lepas!" teriak Nika tertahan, dan setelah itu ia tak tahu lagi apa yang terjadi padanya.
Buku lain oleh Callista Ivan
Selebihnya