Kebahagiaan dan waktu, mungkin terlalu mahal bagi seorang wanita yang memiliki arti nama dari pancaran nadi kutub yang membara. Aurora Chalonda, namanya. Bukankah itu nama yang mempunyai arti yang sangat bagus? Tentu saja. Namun, nama itu berbalik arah seiring dengan kehidupannya. Seorang wanita yang selalu kesepian, karena mengharapkan waktu bersama dari orang tuanya namun hanya menjadi akibat dari rasa sakit. Kekayaan bukanlah segalanya. Hingga Aurora memutuskan menjadi simpanan Sugar Daddy tanpa imbalan materi. CEO muda tersebut telah berhasil merebut aura pertama Aurora, meski kedua orang tuanya belum bisa menerima hubungan tersebut. Lalu, bagaimana kisah kelanjutan hubungan Aurora dengan Sugar Daddynya? Ayo, simak!
SINOPSIS
Aurora Chalondra, bukankah itu sebuah nama yang memiliki arti nan sangat indah? Tentu saja. Namun, nama dari seorang wanita berumur dua puluh dua tahun itu berbalik arah dengan takdir kehidupannya.
Sudah berumur hampir seperempat abad, wanita dengan iras cantik itu sama sekali belum pernah merasakan sebuah kebersamaan maupun kasih sayang dari kedua orang tuanya.
"Mama hari ini akan keluar kota. Kamu bisa mengisi hari dengan para pelayan atau teman-teman lain."
Baru saja membuka mata, berniat melihat sudah pukul berapa, ternyata sudah menerima pesan itu dari seorang wanita yang tak jarang tidak memberi waktu.
"Matahari saja masih mengintip malu, kenapa bukan ajakan makan bersama yang aku terima? Bukankah aku juga anaknya?" Sebuah ponsel berlogo buah apel terhempas dari genggaman.
Ponsel berlapis lima ratus berlian seratus karat dan panel belakang serta logonya terbuat dari emas dua puluh empat karat. Logo nan berisi lima puluh tiga berlian, tentu memberikan kesan mewah, juga tombol beranda terbuat dari berlian berpotongan tunggal 8,6 karat. Namun, itu semua tidak membuat puas bagi Aurora.
"Harta, uang, karir. Apa aku juga bukan termasuk dari hartanya?" Tentu pertanyaan lirih nan lembut tertuju pada sang Mama dari dalam lubuk hati.
Kamala Wilhelma, adalah sosok seorang ibu dari wanita yang selalu saja kesepian itu. Kamala selalu saja lebih mementingkan untuk membesarkan karirnya daripada harus memberikan sebuah kasih sayang pada putri keduanya.
Iya. Aurora memiliki seorang kakak lelaki yang lebih tua darinya tiga tahun. Pagi penuh kicau burung di hari ini, Aurora harus lagi mendengar kabar pamitan dari lelaki tersebut.
Alexi Emery, itulah namanya. Pintu tiga kali terketuk dari luar. Tubuh kecewa mencoba ditekan oleh rasa penasaran. Balutan selimut terhempas, lengan kiri sebagai tumpuan, kaki melangkah perlahan pada pintu coklat untuk memudahkan jemari lentik memutar knock.
"Jaga diri baik-baik. Kakak berangkat ke Negara Nehbul. Jangan tunggu kepulangan, tunggu saja kakak mengirim uang." Iras yang mulanya mengulas senyum, harus kembali murung akibat tiga kalimat memaksa masuk dalam telinga Aurora. Bahkan, sang kakak dengan umur yang terbilang masih muda itu sudah diberikan sebuah tanggung jawab besar dalam perusahaan keluarga Osric. Perusahan di bawah naungan Nicholas Osric Corporation.
"Oke." Jawaban singkat. Tak ingin lagi menaruh sebuah harap pada siapapun. Peluk hangat langsung diterima ketika kata persetujuan keluar dari bibir. "Tak apa. Aku masih bisa bertemu Papa nanti siang. Walau mungkin hanya melihat dari jauh ketika menenteng koper." Ungkapan itu bersamaan dengan tubuh Alexi yang semakin menjauh.
Pun Aurora memutar badan, kembali memasuki kamar dan meraih ponselnya. "Papa belum bisa pulang. Uang jajan sudah terkirim untuk satu bulan kedepan. Belajar yang rajin. Kelak, gantikan posisi Papa." Setetes air bening berhasil tumpah, kelopak matanya sudah tak dapat lagi membendung.
"Tinggalkan aku sendiri terus. Aku juga ingin waktu kalian." Jiwa sepi Aurora semakin meronta. Lagi-lagi harapannya kembali patah oleh Papa kandungnya. Nicholas Osric Al-Ehren, adalah seorang lelaki pemilik perusahan dalam kota Zyalora. Bahkan di seluruh penjuru negara, dia sudah memiliki anak cabang dari perusahaanya.
Namun, sesuai dengan nama yang terpampang dalam dirinya itu, sudah melekat jelas juga pada jati dirinya. Kemenangan. Nicholas selalu saja menuntut kedua anaknya agar menjadi seorang pemimpin(kelak). Begitu juga dengan sang istri tercinta. Namun, sebagai orang tua yang baik, mereka berdua terlupa akan satu hal; yaitu kasih sayang, waktu, serta perhatian. Mungkin semua itu tidak begitu diperlukan oleh anak pertamanya karena dia adalah seorang lelaki.
Tetapi, mereka melupakan jika wanita itu lebih memiliki dua otak yang saling seimbang. Aurora setiap saat hanya merasakan sebuah kasih sayang serta perhatian dari semua pelayan dan beberapa yang ditugaskan untuk menjaga dirinya sejak kecil hingga kuliah saat ini. Tentu saja tak ingin berlarut, Aurora langsung saja mengirimkan pesan pada semua sahabat.