Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
JANJI DI BALIK KEBOHONGAN

JANJI DI BALIK KEBOHONGAN

Tetesan Fajar

5.0
Komentar
Penayangan
5
Bab

Seorang istri yang selalu setia mengetahui bahwa suaminya berselingkuh selama bertahun-tahun. Ketika kebenaran terungkap, ia mulai merencanakan pembalasan yang akan mengubah hidup suaminya selamanya.

Bab 1 Kepingan Kenangan

Pagi itu, sinar matahari menyelinap masuk melalui tirai jendela, menciptakan pola cahaya yang indah di ruang tamu rumah Mira dan Daniel. Dengan penuh semangat, Mira menyiapkan sarapan, menu kesukaan Daniel: roti panggang dengan selai stroberi dan segelas jus jeruk. Suara dering ponselnya memecah ketenangan pagi.

"Selamat pagi, sayang!" sapa Mira saat Daniel muncul dari kamar tidur, rambutnya berantakan, tetapi senyumnya tetap memikat.

"Pagi, Mira. Aroma sarapan ini bikin aku lapar!" Daniel menjawab sambil mencium pipi Mira.

Mira berusaha membalas senyum itu, meskipun hatinya bergetar. Ada sesuatu yang mengganggu pikirannya-perasaan yang sulit untuk dijelaskan. "Semoga kamu suka," jawabnya, menyajikan sarapan di meja.

Mereka duduk, dan Mira memperhatikan Daniel yang mulai melahap makanan. Setiap kali tatapannya tertuju pada suaminya, ingatan akan momen-momen indah bersama berkelebat di benaknya. Namun, belakangan ini, momen-momen itu terasa semakin samar. Ada jarak yang tidak bisa dijangkau, meskipun mereka berbagi satu meja.

"Jadi, rencana apa hari ini?" tanya Mira, berusaha menjaga percakapan tetap hidup.

Daniel mengunyah roti panggang, lalu menjawab, "Aku ada rapat siang ini. Mungkin pulang agak larut."

Mira menahan napas. "Larut? Bukannya biasanya kamu selesai lebih cepat?"

"Proyek ini penting. Aku harus fokus," jawab Daniel, matanya seakan menatap sesuatu yang jauh di luar jendela.

Mira merasakan jantungnya berdebar. Ia tahu bahwa proyek itu sering dijadikan alasan Daniel untuk pulang terlambat. "Baiklah, asal kamu tidak terlalu lelah. Kita harus mencari waktu untuk... bersantai bersama," ungkap Mira, berusaha menutupi kecemasannya.

Daniel mengangguk tanpa banyak bicara, dan Mira merasa seolah-olah ada dinding yang semakin tinggi antara mereka. Ketika mereka selesai sarapan, Daniel bangkit dan bersiap untuk berangkat.

"Mira, aku pergi dulu, ya. Jaga diri," ucapnya sambil meraih jaket.

Mira menatapnya, sebuah senyum dipaksakan menghiasi wajahnya. "Iya, hati-hati di jalan. Sampai jumpa nanti."

Begitu Daniel pergi, Mira merasakan kesepian menyelimuti rumah itu. Dia membersihkan meja makan, tetapi pikirannya melayang ke keraguan yang menggerogoti hatinya. Ia mengambil ponsel dan mulai melihat foto-foto mereka dari masa-masa bahagia. Tawa, cinta, dan kebahagiaan terekam dalam bingkai yang menghangatkan hatinya.

Namun, saat menelusuri foto-foto itu, satu gambar muncul yang membuatnya terhenyak: Daniel tersenyum lebar, dengan seorang wanita lain di sampingnya. Wanita itu memiliki senyum yang sama, dan dalam sekejap, rasa takut menggelayuti pikirannya. "Apa yang terjadi pada kita?" gumamnya pelan.

Ponselnya bergetar. Sebuah pesan dari sahabatnya, Rina, muncul di layar: "Ayo, kita jalan-jalan! Butuh refreshing."

Mira menjawab dengan cepat, meskipun hatinya masih terombang-ambing. "Ya, mungkin itu ide yang bagus."

Setelah berpikir sejenak, Mira merapikan rumah dan menyiapkan diri untuk bertemu Rina. Mungkin, untuk sesaat, dia bisa melupakan semua keraguan ini. Namun di dalam hatinya, dia tahu, kebenaran yang menunggu akan segera mengubah segalanya.

Ketika pergi, Mira melirik ke arah foto Daniel di meja. "Apa yang kau sembunyikan dariku?" bisiknya, seolah-olah foto itu bisa memberi jawaban.

Dengan langkah mantap, Mira melangkah keluar dari rumah, menyisakan semua pertanyaan yang tak terjawab di dalamnya. Dia berharap, di balik kebohongan yang menggelapkan pernikahannya, masih ada secercah harapan untuk menemukan cinta yang tulus.

Mira tiba di kafe kecil tempat ia dan Rina sering bertemu. Aroma kopi segar memenuhi udara, dan suara tawa dari pelanggan lain seolah menjadi latar yang menyenangkan. Saat melihat Rina melambai dari sudut kafe, senyumnya kembali merekah.

"Hey! Akhirnya kamu datang! Aku hampir memesan kopi untuk dua orang," ujar Rina, memeluk Mira dengan erat.

"Maaf, tadi agak sibuk," jawab Mira, berusaha menampilkan semangat yang tidak sepenuhnya ia rasakan.

"Mau pesan apa?" tanya Rina sambil mengangkat menu.

"Cappuccino saja. Cukup untuk menghangatkan suasana," Mira menjawab, lalu duduk di seberang Rina.

Setelah pesanan datang, Rina langsung mengamati wajah Mira. "Kamu kelihatan berbeda. Ada yang mengganggu pikiranmu?"

Mira menundukkan kepala, mengaduk cappuccino-nya. "Aku hanya... merasa sedikit terjebak, Rina."

Rina mengerutkan dahi. "Terjebak? Dalam arti apa?"

"Dalam pernikahan. Sepertinya Daniel semakin jauh dariku. Dia lebih sering pulang larut, dan aku merasa dia menyimpan sesuatu," ungkap Mira, suaranya hampir bergetar.

Rina menghela napas, meraih tangan Mira. "Mira, kamu tahu, kadang-kadang kita harus bicara. Jika ada masalah, jangan diam saja. Beri dia kesempatan untuk menjelaskan."

"Tapi... bagaimana jika yang aku curigai benar?" tanya Mira, mata bersinar dengan kekhawatiran.

"Kamu perlu bukti sebelum mengambil keputusan besar," Rina menegaskan. "Kita bisa menyelidikinya, jika perlu."

Mira tersenyum tipis. "Aku tidak ingin menjadi detektif, Rina. Tapi... entah kenapa, rasa ingin tahuku semakin menguat."

"Mari kita lakukan ini dengan cara yang benar. Kita akan cari tahu apa yang sebenarnya terjadi," jawab Rina, semangatnya kembali membara.

Setelah berbincang lebih banyak, Mira merasa sedikit lebih tenang. Namun, saat mereka berbicara, kenangan indah bersama Daniel terus melintas dalam pikirannya, menyelimutinya dengan keraguan. Dia tidak ingin kehilangan semua yang telah mereka bangun, tetapi perasaan khawatir itu terus menghantui.

"Jadi, bagaimana rencanamu selanjutnya?" tanya Rina, menepuk tangan Mira.

"Entahlah. Mungkin aku akan mencoba berbicara langsung dengan Daniel, jika aku punya keberanian," Mira menjawab, napasnya dalam.

Rina mengangguk. "Kamu pasti bisa. Dan ingat, apapun yang terjadi, aku ada di sini untukmu."

Setelah menghabiskan waktu bersama, Mira kembali ke rumah dengan pikiran yang berputar. Dia teringat pada pesan Daniel yang terkadang terasa misterius. Apa yang dia sembunyikan? Ketika tiba di rumah, dia melihat foto Daniel lagi, senyumnya yang cerah kini terasa seperti bayangan kelam.

Dalam hati, Mira berjanji untuk menemukan kebenaran, tidak peduli seberapa menyakitkan itu. Dia akan menyiapkan diri untuk konfrontasi yang mungkin akan mengubah hidupnya selamanya.

Di sudut hatinya, ada rasa harapan untuk cinta yang tulus, tetapi rasa sakit yang akan datang sepertinya tak terhindarkan. Mira tahu, perjalanan ini baru saja dimulai.

Malam hari tiba, dan Mira duduk di ruang tamu, menatap layar ponselnya. Setiap dering notifikasi terasa seperti tamparan, membangunkan rasa khawatir yang mengendap. Daniel belum juga pulang. Seperti biasa, suasana sunyi menyelimuti rumah mereka, seolah mengisyaratkan ada sesuatu yang tidak beres.

Dengan ragu, Mira mengangkat telepon dan memutuskan untuk menghubungi Daniel. Namun, panggilannya tidak dijawab. Jantungnya berdebar kencang, rasa takut mulai merayap. Dia merasa terjebak dalam jaringan kebohongan yang sulit dipahami.

Akhirnya, dia memutuskan untuk membuka aplikasi media sosial. Mencari tahu lebih banyak tentang kegiatan Daniel, berharap menemukan petunjuk. Tiba-tiba, matanya tertuju pada sebuah foto. Daniel, tersenyum lebar di samping wanita lain, sedang berdiri di dekat sebuah mobil. Wanita itu mengenakan gaun merah yang membuatnya tampak menawan. Komentar-komentar di bawah foto itu menggugah rasa ingin tahunya.

"Wow, kemesraan yang baru," tulis seorang teman.

"Daniel, kamu beruntung banget!" tulis yang lain.

Mira merasakan rasa sakit yang menyengat di dadanya. Sudah cukup jelas, tetapi dia tidak ingin percaya sepenuhnya. Tanpa berpikir panjang, Mira segera menghubungi Rina lewat pesan.

Mira: "Rina, kamu harus lihat ini."

Tak lama kemudian, ponselnya bergetar. Rina membalas dengan cepat.

Rina: "Apa itu? Kirim fotonya."

Mira segera mengirim foto Daniel bersama wanita itu. Tak lama kemudian, Rina membalas.

Rina: "Kita harus melakukan sesuatu. Ini bukan hal yang bisa dibiarkan begitu saja."*

Mira merespons, "Aku tahu, tapi aku tidak bisa langsung menghadapi Daniel tanpa bukti."

Sepersekian detik, sebuah ide muncul di benaknya. Dia harus mencari tahu lebih banyak tentang wanita itu. Siapa dia? Apa hubungan mereka sebenarnya?

Mira menutup ponselnya dan bertekad untuk tidak membiarkan perasaan ketidakpastian menguasai hidupnya. Dia mengambil napas dalam-dalam dan memutuskan untuk keluar mencari informasi.

Di tengah malam, dia mengenakan jaket dan bergegas keluar rumah. Tujuannya adalah kafe tempat biasanya Daniel dan teman-temannya nongkrong. Mungkin dia bisa mendapatkan informasi dari orang-orang di sekitar.

Saat tiba di kafe, suasana ramai dan penuh tawa. Mira melihat sekelompok teman Daniel duduk di sudut, tertawa dan bercanda. Dia mengumpulkan keberanian dan menghampiri mereka.

"Hai, guys!" sapa Mira dengan senyum yang dipaksakan.

"Oh, Mira! Apa kabar?" tanya salah satu teman Daniel, Arif.

"Baik, kok. Daniel ada di sini?" Mira bertanya dengan nada casual, meskipun hatinya berdebar.

"Belum datang. Dia bilang mau menyusul setelah rapat," jawab Arif, tidak curiga.

Mira mencoba bertanya-tanya dengan obrolan ringan sambil menyelidiki lebih jauh. "Eh, siapa sih wanita yang ada di foto Daniel itu? Dia terlihat akrab," tanya Mira, berusaha tampak santai.

Semua orang di meja terdiam sejenak, saling memandang. "Oh, itu si Rina! Dia baru saja pindah ke sini. Dia teman baru kami," jawab Arif.

Mira terkejut. "Rina? Teman baru?" Dia berusaha mencerna informasi ini.

"Ya, dia sangat baik. Daniel sering cerita tentang dia. Kenapa? Apa ada yang salah?" tanya Arif, tampak bingung.

Mira menggeleng, meski pikirannya berkecamuk. "Oh, tidak. Hanya penasaran saja."

Setelah beberapa saat bercengkerama, Mira merasakan perasaan tidak nyaman. Dia harus pergi. Semakin banyak dia mendengar, semakin banyak kebohongan yang menggerogoti hatinya.

Saat melangkah keluar dari kafe, dia tahu satu hal: dia harus menemukan Rina, wanita yang tampaknya mengancam hidupnya. Dia tidak akan membiarkan dirinya terjebak dalam kebohongan lebih lama lagi.

Dengan tekad yang bulat, Mira bersiap untuk menyelidiki lebih dalam. Malam itu, di bawah cahaya bulan, dia merasakan kombinasi antara ketakutan dan keberanian. Dia harus mengetahui kebenaran, apapun yang terjadi.

Bersambung...

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh Tetesan Fajar

Selebihnya

Buku serupa

Cinta yang Tersulut Kembali

Cinta yang Tersulut Kembali

Romantis

4.9

Dua tahun setelah pernikahannya, Selina kehilangan kesadaran dalam genangan darahnya sendiri selama persalinan yang sulit. Dia lupa bahwa mantan suaminya sebenarnya akan menikahi orang lain hari itu. "Ayo kita bercerai, tapi bayinya tetap bersamaku." Kata-katanya sebelum perceraian mereka diselesaikan masih melekat di kepalanya. Pria itu tidak ada untuknya, tetapi menginginkan hak asuh penuh atas anak mereka. Selina lebih baik mati daripada melihat anaknya memanggil orang lain ibu. Akibatnya, dia menyerah di meja operasi dengan dua bayi tersisa di perutnya. Namun, itu bukan akhir baginya .... Bertahun-tahun kemudian, takdir menyebabkan mereka bertemu lagi. Raditia adalah pria yang berubah kali ini. Dia ingin mendapatkannya untuk dirinya sendiri meskipun Selina sudah menjadi ibu dari dua anak. Ketika Raditia tahu tentang pernikahan Selina, dia menyerbu ke tempat tersebut dan membuat keributan. "Raditia, aku sudah mati sekali sebelumnya, jadi aku tidak keberatan mati lagi. Tapi kali ini, aku ingin kita mati bersama," teriaknya, memelototinya dengan tatapan terluka di matanya. Selina mengira pria itu tidak mencintainya dan senang bahwa dia akhirnya keluar dari hidupnya. Akan tetapi, yang tidak dia ketahui adalah bahwa berita kematiannya yang tak terduga telah menghancurkan hati Raditia. Untuk waktu yang lama, pria itu menangis sendirian karena rasa sakit dan penderitaan dan selalu berharap bisa membalikkan waktu atau melihat wajah cantiknya sekali lagi. Drama yang datang kemudian menjadi terlalu berat bagi Selina. Hidupnya dipenuhi dengan liku-liku. Segera, dia terpecah antara kembali dengan mantan suaminya atau melanjutkan hidupnya. Apa yang akan dia pilih?

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku