Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
PROMISE (Janji Cinta di SMA)

PROMISE (Janji Cinta di SMA)

nilaneiill

5.0
Komentar
2.1K
Penayangan
21
Bab

Di lorong sebuah sekolah, sepasang murid sedang berdiri saling berhadapan. Siswi itu hanya mampu menatap lantai saat siswa yang berdiri di depannya sedang berbicara dengannya. "Maaf, saya tidak bisa menerima hadiah ini. Saya yakin, jam tangan ini pasti sangat mahal. Saya tahu kamu membelinya dari uang tabunganmu. Nanti, setelah tiga atau empat tahun lagi. Kamu boleh memberikan ini kepada saya kembali. Seandainya jam tangan ini masih kamu simpan. Seandainya kita bertemu kembali," ucap pria tersebut tersenyum tipis. Empat tahun kemudian mereka kembali dipertemukan. Pertemuan yang membuat Chelia harus mengikhlaskan perasaan cintanya kepada pria itu. Karena takdir mempertemukan mereka sebagai kakak dan adik ipar. "Kak Varo, empat tahun sudah berlalu. Rasa itu masih tetap sama, hanya do'a nya saja yang berubah." Akankah Chelia mampu melupakan dan mengubur perasaan itu?

Bab 1 Satu

Di lorong sebuah sekolah, sepasang murid sedang berdiri saling berhadapan. Siswi itu hanya mampu menatap lantai saat siswa yang berdiri di depannya sedang berbicara dengannya.

"Maaf, saya tidak bisa menerima hadiah ini. Saya yakin jam tangan ini pasti sangat mahal. Saya tahu kamu membelinya dari uang tabunganmu. Nanti, setelah tiga atau empat tahun lagi. Kamu boleh memberikan ini kepada saya kembali. Seandainya jam tangan ini masih kamu simpan. Seandainya kita bertemu kembali," ucap pria tersebut tersenyum tipis.

🍂🍂🍂

Chelia sedang duduk menyandar di kepala tempat tidur di dalam kamarnya. Matanya menatap nyalang kepada benda persegi yang berada di ujung kakinya. Kenangan itu teringat kembali ke dalam pikirannya.

"Sudah empat tahun berlalu,kak. Tapi takdir tidak juga mempertemukan kita. Apa kabar mu, kak?"

Gadis itu meraih kotak yang berisi jam tangan yang dulu pernah ingin diberikan kepada seorang pria. Pria yang dia sudah sukai sejak masih SMP. Akan tetapi, di SMA lah gadis itu baru berani mengutarakan isi hatinya.

Suara hujan di luar sana membuat suasana semakin sendu untuk Chelia. Dia menarik selimut menutupi tubuhnya lagi.

"Tidak ada yang berubah dari kotak ini, sama seperti hatiku, masih tetap sama."

Ketukan pintu kamar memecahkan lamunan Chelia pada masa sekolah dulu.

Gadis itu berdiri dan membuka pintu kamar dengan cepat.

"Kamu sudah makan malam?"tanya mama di luar kamar.

"Sepuluh menit lagi Cheli ke bawah, ada makalah kampus yang harus di kirim ke Abel."

Tadinya gadis itu memang sedang mengerjakan sebuah makalah kampus yang akan dikumpulkan saat liburan berakhir. Tapi suasana hening di dalam kamar membuatnya mengingat masa lalu.

***

"Kamu kapan mulai kuliah?"tanya papa Chelia saat makan malam berlangsung.

"Senin depan, Pa."

"Besok kita akan berangkat ke tempat om Gery, penerbangan pagi. Kamu tidak ada janjian dengan teman-teman mu yang lain,kan?"

Kening Chelia berkerut."Kenapa tiba tiba sekali, Pa? Om Gery sedang sakit?"

Papa Chelia menggeleng."Tidak, tapi besok adalah pertemuan Rachel dengan calon suaminya."

"Kak Rachel akan menikah?"tanya gadis itu sangat antusias dan bahagia.

"Kamu doakan saja, semoga Rachel kali ini setuju dengan calonnya,"sela mama Chelia.

"Ah mama! Jangan begitu dong dengan kak Rachel. Bagaimanapun juga cinta itu tergantung hatinya, tidak bisa dipaksa."

"Kamu akan selalu membela Rachel,"sindir mama Chelia tersenyum mengalah.

Dengan senyuman lebar Chelia menjawab."Oh pastinya, aku sangat menyayangi kak Rachel. Walau kami sudah mulai jarang bertemu tapi kak Rachel sedikit dari banyak sepupu yang dekat denganku. Tapi Chelia bahagia, kalau untuk hal satu ini, Chelia akan cancel semua janji dengan teman teman, Pa."

"Jangan begadang lagi nanti malam, kita sudah harus berangkat dari rumah shubuh."mama nya menyipitkan mata mengingatkan.

Chelia mengacungkan kedua jempolnya penuh semangat.

"Besok Abimana yang akan menjemput kita di bandara sana,"ucap papa Chelia melanjutkan.

"Bang Bima sudah ada di sana?"tanya Chelia dengan sangat sangat antusias.

"Iya, kemarin papa memintanya untuk langsung ambil penerbangan ke tempat Rachel. Tadi sore sudah sampai di sana, tidak semua keluarga berkumpul di sana. Hanya beberapa, nanti kalau sudah oke baru kita berkumpul bersama."

***

"Rindu, brother!"seru Chelia berlari memeluk Abimana saat sudah keluar dari Bandara.

"Apa kabar mu?"tanya Bima lembut kepada adik bungsunya.

"Bang Bima tidak lihat aku kehilangan berat badanku beberapa kilo, karena merindukan kakak tertua ku yang kerja serabutan di luar sana karena patah hati,"jawab Chelia menggoda Bima.

Bima menggetok pelan kepala Chelia karena selalu mengingatkannya kepada masa lalunya.

Bima mengangkat sebelah alis mata sambil melirik sinis dengan kilatan mengejek kepada Chelia.

"Kalau jam tangan itu masih belum bertemu dengan pemiliknya, lebih baik kamu serahkan kepadaku, dek." Kali ini Bima balas menyindir.

Pria itu tahu tentang kisah jam tangan yang selalu dibawa adiknya itu kemanapun dia pergi. Menurut Chelia mana tahu dia bertemu dengan pria itu secara tiba-tiba. Walau Bima tahu tentang kisah cinta adiknya yang bertepuk sebelah tangan itu. Akan tetapi sampai sekarang Chelia masih mampu menyembunyikan siapa pria tersebut.

"Idih, bang Bima bisa beli sendiri, atau minta ama papa dan mama aja."

Bima mengacak-acak rambut Chelia dengan gemas.

Bima menyalami kedua orangtuanya dan membantu memasukan koper ke dalam mobil.

"Loh, mobil kita pisah sama mama dan papa?"tanya Chelia bingung.

"Kamu temani abang dulu beli baju buat acara nanti malam. Kalau mama dan papa biasa ada pertemuan para orangtua. Anak anak jangan kepo,"jawab Bima.

"Asyik jalan jalan dulu,"kata Chelia sangat bahagia.

Setelah memastikan mobil kedua orangtua mereka keluar bandara. Bima dan Chelia melanjutkan perjalanan mereka dengan mobil yang lain.

"Sudah puluhan tahun berlalu dia masih belum ditemukan? Sampai kapan kamu akan menantinya,dek?"tanya Bima sedikit berlebihan saat di dalam mobil.

Chelia memainkan kotak jam tangan di tangannya. Gadis itu memandangi kotak tersebut dengan tenang.

"Kalau hatiku sudah berhenti dengan namanya bagaimana, bang?" Chelia balik bertanya.

Bima menimpali dengan pelan."Bagaimana kalau dia sudah milik orang lain?"

Gerakan tangan Chelia terhenti mendengar pertanyaan Bima. Dia pernah terpikirkan ke arah itu, tapi hati kecilnya selalu menepis perasaan tersebut.

"Bagaimana Chelia? Bagaimana kalau pria itu sudah memiliki seseorang yang dia cintai?"

Dengan senyuman terpaksa gadis itu bernyanyi sebagai jawaban atas pertanyaan Bima.

"Jika Tuhan mau begini, robahlah semua jadi yang kumau. Karena kuingin semua berjalan seperti yang kumau." Gadis itu bersenandung (lagu krisdayanti)

Bima tertawa."Sepertinya kamu melupakan beberapa liriknya. Jangan memaksakan ini, jika memang bukan yang ini. Karena sesuatu yang peka, buat kita jadi masalah."Bima melanjutkan beberapa liriknya.

Mereka berdua tertawa bersama karena saling mengejek.

***

"Selamat kak Rachel,"ucap Chelia dengan penuh bahagia sambil memeluk Rachel kakak sepupunya.

"Terima kasih kamu mau datang adik ku sayang," Rachel tidak kalah bahagia melihat kehadiran Chelia.

"Cantik sekali, mentang ketemu ama calon ayang beb," goda Chelia melihat polesan make up Rachel yang dibantu oleh seseorang.

Rachel mencebikan bibirnya melihat Chelia. "Kamu cantik juga malam ini, dek."

Gadis itu mengenakan dress berwarna kuning pastel dengan motif bunga.

"Pasti kak Rachel deg deg kan parah sekarang." Chelia menaik turunkan alis matanya.

"Suatu saat kamu akan merasakan hal ini juga. Jika waktunya tiba kakak yang akan menggoda mu sampai wajahmu memerah seperti kepiting rebus."

***

Halaman belakang kediaman Rachel sudah dihias secantik mungkin. Mereka sepakat makan malam outdoor karena cuaca juga mendukung.

Chelia juga sibuk membantu mama dan tante nya, serta berkumpul dengan para sepupu yang hadir malam ini.

Rachel turun dengan anggunnya menuju halaman belakang. Senyuman di wajah Chelia tidak pernah pudar sedikitpun menatap memuja kepada kakak sepupunya itu.

Keluarganya sudah berkumpul di halaman belakang selagi menunggu keluarga pria. Chelia kembali ke kamar atas untuk mengambil tas kecil miliknya. Yang pasti isi tas itu adalah ponsel dan jam tangan yang selalu dibawanya.

"Mereka datang,"terdengar suara penuh bahagia dari keluarganya menyambut tamu yang sudah mereka nanti nantikan.

Gadis itu pun tidak ingin ketinggalan momen bahagia sedikit pun. Dia mengeluarkan ponselnya untuk memotret setiap momen yang indah. Dia berlari melewati tangga dan menyusul beberapa anggota keluarga yang lain.

"Kamu cantik malam ini," ucap seorang pria kepada Rachel.

Dengan senyum mengambang Chelia mengarahkan kamera ponselnya ke arah Rachel dan pria itu.

Tapi saat gadis itu melihat dengan jelas siapa pria yang sedang menyanjung Rachel. Dadanya terasa nyeri dan sangat sesak melihat pria itu. Pria yang dirindukannya setiap hari, pria yang diharapakannga hadir setelah perpisahan mereka empat tahun lamanya. Pria cinta pertama yang tidak bisa dilupakan oleh Chelia.

Air mata mengenang di pelupuk matanya, terlebih saat pria itu menolehkan kepala ke arah Chelia. Mata mereka bertemu, cukup lama mereka saling menatap. Sampai akhirnya Chelia menyerah dan mengalihkan tatapannya.

Gadis itu mundur selangkah demi selangkah untuk mengurangi kecurigaan keluarganya yang sedang penuh bahagia. Saat sudah sepi Chelia berlari ke luar rumah dengan air mata yang telah membasahi wajahnya.

"Rochelia," panggil Bima penuh heran.

Pria itu baru saja ingin masuk ke dalam rumah setelah memikirkan mobil. Tapi melihat adiknya berlari dengan penuh air mata, dia mengejarnya.

"Chelia!"seru Bima setengah berteriak.

***

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh nilaneiill

Selebihnya

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku