Warning 18+ !! Bacaan untuk yang cukup umur! Harap Bijak memilih bacaan. "Apakah kamu tidak mempunyai hati nurani, Rama?" tanya Ratna dengan mata yang berkaca-kaca. "Tidak. Kurasa kamu yang harus memikirkan tentang hati nurani! Aku sudah bertahun-tahun berpacaran dengan Shinta!" seru Rama setengah berteriak. "Lalu? Kamu ingin aku menggugurkan janin ini?" tanya Ratna dengan pandangan penuh amarah. Rama terdiam sejenak. Mencoba untuk berpikir harus melakukan hal apa kepada sahabat termasuk selingkuhannya. Jujur saja ia sama sekali tidak sengaja melakukan kesalahan itu sehingga membuat kekacauan seperti sekarang. "Untuk sekarang jangan hubungi aku. Aku perlu waktu sebelum mengambil keputusan penting ini." "Kamu.. Benar-benar jahat," gumam Ratna dengan air mata yang menetes membasahi wajahnya. Dunianya hancur karena satu kesalahan kecil di malam itu.
Biasanya malam hari dihabiskan oleh Shinta untuk memeriksa laporan keuangan di rumah. Namun, tiba-tiba saja Rama mengajaknya untuk bertemu sepulangnya dari bekerja. Walaupun terasa capek, karena bertemu dengan orang terkasih, rasanya pegal itu tiba-tiba hilang. Bahkan, Shinta berniat untuk menginap di rumah Rama dan berbagi kehangatan seperti satu minggu lalu. Karena ia merindukan sentuhan intim dari kekasihnya.
Sekarang mereka sedang dalam perjalanan menuju restoran yang sudah di booking oleh Rama. Katanya restoran itu cukup terkenal dengan suasana dan pemandangan yang indah. Alasannya adalah karena berada di pinggir pantai Jimbaran. Pasti langit pekat bertabur bintang menjadi pemandangan tak terlupakan.
Selama di dalam mobil, Shinta melempar pandangan keluar jendela. Mengamati lalu lintas yang padat, sehingga membuat mobil Pajero yang dikendarai Rama harus mengantre memasuki daerah Jimbaran. Padahal bukan hari libur, tapi jalanan di sini cukup macet.
"Bosen ya, Sayang?" tanya Rama. Menoleh pada Shinta dan mengusap tangannya lembut.
"Nggak kok... Cuma lagi capek aja," jelas Shinta. Membalas senyuman kekasihnya dan menggenggam telapak tangannya.
"Tidur sebentar juga nggak apa.. Nanti aku bangunin," tawar Rama kepada Shinta.
Wanita muda itu mengangguk mengerti. Kemudian, menurunkan sandaran kursinya hingga bisa berbaring dengan nyaman. Ia pun memejamkan matanya. Mencoba mengusir rasa lelah yang sejak tadi dirasakan. Membuat laporan keuangan di akhir bulan terasa begitu berat. Meskipun begitu, Shinta harus bertahan karena masih mempunyai banyak tanggungan. Seorang adik dan ibu yang bergantung hidup padanya.
Rama tersenyum melihat wajah pulas dari kekasihnya. Benar-benar terlihat menggemaskan. Padahal mereka sudah berpacaran begitu lama, namun sedikit pun tidak ada rasa bosan di hati Rama. Baginya kekasihnya akan selalu menjadi nomor satu di kehidupannya.
Seperti sekarang, Rama melewatkan pertemuan bersama pengusaha lain di Bali, hanya untuk mengajak makan malam Shinta. Sudah lama mereka tidak makan berdua di luar. Apalagi dengan suasana yang romantis.
Meskipun macet, Rama masih menikmati waktu yang terus berjalan. Terdengar suara dengkuran pelan dari kekasihnya. "Sepertinya Shinta benar-benar lelah," gumam Rama pelan. Lalu, menjalankan mobilnya pada saat melihat sudah cukup lenggang.
Drrtttt... Drrrttt...
Sebuah pesan singkat masuk ke ponselnya. Sambil menyetir ia pun berusaha membaca pesan masuk.
'Kamu sibuk? Cepat hubungi aku' tulisan itu muncul dengan pengirimnya bernama Ratna.
Rama mengernyitkan dahi membaca pesan yang ada di dalamnya. Merasa was-was, ia menoleh pada kekasihnya. Untung saja Shinta belum bangun. Kalau tidak mereka pasti akan bertengkar. Karena kekasihnya tipe pencemburu, terutama pada Ratna. Mereka tidak pernah cocok, meskipun Rama pernah mengenalkannya pada kekasihnya. Baginya tidak ada hubungan pertemanan antara pria dan wanita.
Sementara di perjalanan menuju restoran. Rama tidak hentinya memikirkan pesan yang dikirimkan oleh Ratna. Wanita itu jarang menghubungi jika bukan karena hal penting. Dan, karena itulah ia menjadi benar-benar cemas pada kemungkinan yang ada. Ketakutan yang dirasakan oleh mereka sewaktu terakhir bertemu. Ia benar-benar tidak habis pikir bisa sebodoh itu.
Setelah menaruh kembali ponselnya, Rama menoleh pada kekasihnya yang masih tertidur nyenyak. Dalam hatinya merasa benar-benar bersalah telah berkhianat dan membuat masalah. Kalau memang Ratna sampai hamil, ia tidak akan pernah tahu yang terjadi. Ia benar-benar mencintai Shinta, namun di sisi lain tidak tega membiarkan Ratna menanggung semua masalah sendirian. Jujur saja ia akan kebingungan nantinya. Dalam hati berdoa kalau sahabatnya hanya ingin berbicara mengenai proyek yang ditawarkan terakhir kali.
***
Pengunjung memadati pantai Jimbaran. Mereka duduk pada kursi kayu dan memesan makanan sambil menikmati suasana di pantai. Karena hari telah gelap, angin bertiup cukup kencang dan langit dipenuhi bintang yang begitu indah. Rama telah sampai pada restoran yang sudah di booking. Blue Ocean Restaurant merupakan restoran seafood terkenal di Jimbaran. Tidak heran walaupun hari biasa dipenuhi pengunjung.
Ada dua pilihan tempat duduk. Indoor dan outdoor. Kalau outdoor, meja dan kursi diletakkan di pinggir pantai. Berada cukup jauh dari air pantai, namun dapat melihat dengan jelas pemandangan air pantai yang begitu tenang. Kalau indoor hanya ada meja kayu yang berjejer rapi lengkap dengan nomor meja. Dan, terdapat lukisan abstrak beserta foto-foto nelayan yang sedang mencari ikan di lautan.
"Kita mau duduk di mana?" tanya Rama setelah mereka berjalan menuju pantai dan sibuk memilih meja.
"Di sini saja," tunjuk Shinta pada sebuah meja dengan nomor delapan di dekat lampu pencahayaan restoran.
Baru saja duduk, mereka sudah dihampiri oleh pelayan restoran yang memakai seragam biru. Gadis muda itu tersenyum tipis sebelum menyerahkan buku menu.
"Silakan dipilih menu makanannya," ucap pelayan itu. Kemudian, berdiri di samping Shinta, menunggu pesanan dicatat.
"Kami pesan dua paket seafood bakar. Itu sudah termasuk ikan ya?" tanya Rama memastikan.
"Iya, Pak.. Paket seafood bakar untuk dua orang sudah lengkap. Termasuk ikan, udang, kerang, cumi-cumi, dan tumis kangkung," jelas gadis muda itu menerangkan dengan sabar.
"Oke. Kalau begitu kami pesan itu.." ucap Rama. "Ada tambahan nggak, Sayang?" tanya Rama menanyakan keinginan kekasihnya. Siapa tahu ingin menambah menu lain. Karena banyak sekali menu yang menggugah selera.
"Boleh deh Ayang.. Aku mau udang goreng mentega dan cumi goreng tepung. Untuk minumnya air mineral aja," pinta Shinta.
"Ya udah, mbak. Tambahannya udang goreng mentega dan cumi goreng tepung. Minumannya satu botol air mineral dan jus semangka," ucap Rama memberitahukan pada pelayan tersebut tambahan makanannya.
Gadis muda ini menulis dengan serius pada kertas memo yang dibawanya. Setelah mengulangi pesanan. Ia pun berpamitan.
"Kalau begitu saya duluan. Nanti pesanannya akan dibawakan oleh rekan saya dalam waktu tiga puluh menit. Mohon menunggu," jelas pelayan itu.
"Baik.. Terima kasih," ucap Rama dan Shinta berbarengan.
Setelah pelayan pergi, Rama tersenyum memandangi wajah Shinta. Ia benar-benar senang dapat pergi makan malam. Walaupun ada sedikit kekhawatiran menyelimuti hatinya mendapatkan pesan singkat tadi.
"Sudah lapar, Sayang?" tanya Rama perhatian pada kekasihnya. Menurut pemikirannya pasti Shinta belum makan, karena Rama menjemputnya setelah kekasihnya pulang kerja.
"Iya, lapar banget.. Hehe," ucap Shinta tersenyum tipis.
"Sabar ya..." balas Rama. Kemudian, mengulurkan tangannya untuk menyentuh telapak tangan Shinta lembut.
"Iya, Ayang," ucap Shinta dengan tersenyum simpul sambil menggenggam tangan Rama.
Selama mereka berpacaran, begitu banyak momen yang telah dilewati. Namun, baru kali ini Rama merisaukan hal lain di saat mereka bersama. Untung saja Shinta tidur selama perjalanan, kalau tidak pasti akan ada pertengkaran dan mereka batal untuk makan malam.
Ddrrttt.. Drrrttt...
Tiba-tiba ponsel milik Rama yang ada di atas meja bergetar. Hal itu membuatnya terlihat sedikit panik. Takutnya Shinta akan mencoba untuk membaca pesan masuk.
"Siapa?" tanya Shinta menarik tangannya.
"Ah, bukan siapa-siapa," jawab Rama setelah membaca pesan yang diterima.
Ia tersenyum tipis. Lalu, kembali menggenggam tangan kekasihnya. Padahal di dalam hati berusaha untuk menyembunyikan kekhawatirannya. Membalas pesan dari Ratna di saat sekarang bukanlah hal bagus. Yang terpenting ia harus melewati makan malam bersama kekasihnya. Barulah nanti akan mengurus perihal Ratna. Semoga saja hal-hal buruk yang dipikirkannya tidak terjadi. Karena kebohongan awal akan diikuti oleh kebohongan lainnya. Dan, hubungan mereka yang menjadi taruhannya.
Buku lain oleh madehilda
Selebihnya