Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
(Bukan) Pembawa Sial

(Bukan) Pembawa Sial

Harni Zulesta

5.0
Komentar
929
Penayangan
52
Bab

Menjadi titisan bapak, anak yang serupa dengan ayahnya dalam sebagian tradisi dan kepercayaan masih saja dipercayai akan membawa nasib buruk nantinya. Anak itu dianggap sebagai ancaman bagi orang yang ia serupai, terutama jika ia mirip dengan ayah kandungnya. Revan, anak yang dilahirkan di keluarga sederhana. Anak yang seharusnya menjadi kebanggaan bagi keluarga, harus merasakan nasib yang tidak adil karena kepercayaan tentang mitos di lingkungan tempat ia tinggal. Wajah yang sangat serupa dengan ayahnya membuat Revan akhirnya memilih menjauh dari semua orang yang ia sayang. Bukan ia tak ingin hidup bersama mereka, tapi mereka lah yang seolah menjaga jarak dengan dirinya. Bagaimana kehidupan Revan selanjutnya? ayo ikuti kisah selengkapnya...

Bab 1 Salah Siapa

Dua puluh lima tahun silam...

Hangat mentari di pagi itu sedang menyinari bumi, setelah semalaman basah kuyup diterpa hujan badai. Di kediaman keluarga Doko yang sederhana, saat ini sedang ramai karena semalam Bu Lida, istri Doko yang sudah melahirkan 4 orang anak, malam tadi kembali melahirkan anaknya yang kelima.

"Wah, anakmu mirip sekali dengan bapaknya, Lida! Takutnya nanti malah akan membawa kesialan di dalam keluargamu. Sekarang saja keluarga ini sudah dilanda kekurangan, aku gak tau deh gimana nanti kedepannya," ujar Bu Sodah, tetangga yang paling julid di sana.

Dia selalu ingin tahu semua kehidupan orang lain dan selalu merasa bahwa ia harus ikut campur di dalam segala hal. Karena ia juga adalah orang yang cukup kaya dan terpandang di kampung itu, jadi ia merasa semua orang harus menghormati dirinya dan menuruti semua yang ia katakan.

"Jangan selalu tongos lah mulut kau itu, Sodah! Kau pikir itu si Lida tak lelah baru saja melahirkan. Dia masih kesakitan dan sekarang kau malah menambah bebannya dengan berkata macam itu. Kasar kali muncung kau bah, Sodah!" sela Bu Siska ikut menimpali dengan logat bataknya.

Di tempat mereka tinggal, banyak yang berasal dari berbagai daerah dan juga suku bangsa yang berbeda-beda. Ada yang dari suku Mandailing, Batak, dan keluarga Rivold atau Lida sendiri berasal dari tanah Minang. Jadi bahasa yang sehari-hari pun masih banyak menggunakan bahasa daerah mereka masing-masing. Meski di dalam lingkungan mereka akan menggunakan bahasa yang bisa dipahami oleh lawan bicaranya.

"Hei, Bu Siska! Aku mengatakan apa yang seharusnya dikatakan. Jangan sampai mereka menyesal nantinya karena sudah terlanjur merawat anak pembawa sial ini," ujar Bu Sodah semakin menjadi-jadi.

"Cukup, Uni Sodah! Apa pun yang dikatakan orang tentang anakku, aku akan tetap merawat anak ini. Dia mirip sama bapaknya karena dia adalah anak bapaknya. Darah daging dari bapaknya, jadi tidak ada sangkut paut dengan mitos yang Uni Sodah katakan. Maaf, Uni Sodah! Jika Uni Sodah hanya ingin mengatakan hal yang buruk tentang anakku, silahkan Uni Sodah pulang saja!" usir Bu Lida yang sudah emosi mendengar anaknya dikatakan sebagai anak pembawa sial.

"Jangan sombong kau, Lida! Kau tau betul anakmu itu akan membuat hidup kalian sengsara nantinya, dan aku sudah memperingatkan kau dari sekarang. Karena kita juga berasal dari kampung halaman yang sama, itu sebabnya aku memperingatkan dirimu, Lida. Aku berkata seperti itu karena aku tidak mau hidup kalian semakin bertambah susah," sahut Bu Sodah.

"Ampun, Uni! Kecek uni tu batua bana. Kini pailah barangkek dari rumah ambo. Pulanglah, Uni Sodah!" usir Lida secara halus.

Ya, Lida dan Sodah berasal dari kampung halaman yang sama, yaitu dari tanah Minang. Mereka sama-sama perantau ke daerah Riau yang kebetulan bertemu di sana. Sodah sudah jauh lebih lama tinggal di sana dibanding dengan Lida dan keluarganya. Dulu Sodah dipinang oleh seorang pria kaya yang berasal dari Riau dan pinangan itu langsung di sambut baik oleh keluarga Sodah. Setelah lamaran itu, Sodah dan pria itu langsung melaksakan pernikahan dengan meriah di kampung halaman Sodah. Lalu setelah menikah, Sodah diboyong oleh suaminya ke kampung halamannya di Riau.

Sejak saat itu, Sodah merasa bahwa ia sudah sukses dan kaya. Sikapnya menjadi sombong kepada semua orang. Sebenarnya Lida juga masih sepupu dekat baginya, tapi ia seolah tidak mau mengakui itu di hadapan orang-orang, karena nasib Lida yang kurang beruntung.

Tapi karena nasib yang kurang menguntungkan di keluarganya, juga karena perselisihan antara sesama saudara di kampung. Lida dan suaminya memutuskan untuk pindah dari tanah Minang untuk mencari kehidupan baru di rantau orang. Mereka memilih pergi ke Riau untuk mengundi nasib disana. Tidak sama sekali terpikir oleh mereka akan bertemu dengan Sodah dan keluarga barunya disana. Karena Lida yang pergi dengan hati sedih dari kampung halaman akibat ketidakadilan yang ia dapatkan dari keluarga.

Dimana-mana pasti bukanlah hal tabu lagi tentang perebutan harta warisan antara sesama saudara. Warisan terkadang membawa kesejahteraan dan tidak jarang pula warisan itu membawa petaka. Bagi Lida warisan itu justru menjadi petaka bagi kehidupannya. Karena warisan itu hubungannya dengan saudaranya jadi renggang. Orang tua yang kurang bersikap adil kepada semua anaknya membuat hati putih Lida terluka. Itu sebabnya dia memilih pergi menjauh daripada ia tetap di sana menahan hati dan juga nanti malah akan melawan orang tuanya. Lida tidak mau ia sampai menjadi durhaka hanya karena harta. Itu sebabnya ia memilih menjauh untuk sementara.

Namun setelah ia menjauh, semakin menjauhlah keluarganya darinya. Lida sudah bagaikan anak terbuang, sementara saudara-saudaranya menikmati harta warisan di kampung sana dengan hati bahagia. Mereka tidak tau hidup yang dijalani Lida dan keluarganya sangat menderita di rantau orang. Makan sesuap saja harus dicari dengan cara membanting tulang.

Berangkat pagi, pulang sore bahkan terkadang sudah malam hari. Itulah yang dilakukan Lida setiap hari demi mencari sesuap nasi untuk anak-anaknya di rumah. Ia tidak akan pulang sebelum mendapat makanan untuk anak-anaknya. Lida selalu menahan rasa haus dan laparnya sepanjang hari, semua itu demi anak-anaknya dirumah agar mendapatkan makanan dengan hasil yang ia dapat hari ini.

Rasa lelah dan lapar Lida akan lenyap ketika ia melihat anak-anaknya makan dengan lahap. Semua lelahnya terbayar dengan rona kebahagiaan di wajah anak-anaknya menyambut ia saat ia pulang mencari nafkah. Ia mencari nafkah sudah seperti tulang punggung keluarga, padahal ia masih mempunyai seorang suami yang tetap dan gagah. Lalu apa saja yang dilakukan suaminya?

Suaminya hanya tau bersenang-senang dan menghabiskan uang yang didapatkan oleh Lida saja. Selain itu sikapnya juga sangat kasar dan tidak akan segan memukul Lida ketika dia marah. Tapi Lida masih bertahan demi anak-anaknya tidak kehilangan sosok ayah. Padahal anak-anaknya juga sangat geram melihat perlakuan ayah mereka yang kasar pada ibu yang sudah melahirkan mereka itu.

Lida berjuang sendirian untuk menghidupi anak-anaknya. Sekarang saat ia melahirkan buah hatinya yang kelima, orang malah mengatakan bahwa anak itu pembawa sial, hanya karena anak itu sangat mirip dengan ayahnya. Tentu saja Lida tidak terima hal itu, jelas ia menolak mitos seperti itu. Ini bukan salah Lida ataupun anak-anaknya. Lalu ini salah siapa?

"Itu benar, Bu Sodah! Sebaiknya Bu Sodah pulang ke rumah, karena Bu Lida juga butuh istirahat dan baru tadi malam dia melahirkan bayinya. Tentu saja dia saat ini sedang membutuhkan banyak istirahat, jadi jangan membebani pikirannya dengan perkataan Bu Sodah yang tidak menimbang perasaan orang itu!" ujar ibu-ibu yang lain kepada Bu Sodah.

Akan tetapi ia yang merasa tidak salah sama sekali, bahkan ia mencibir mereka semakin menjadi-jadi.

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku
(Bukan) Pembawa Sial
1

Bab 1 Salah Siapa

27/07/2024

2

Bab 2 Awal Mula

27/07/2024

3

Bab 3 Pertengkaran Hebat

27/07/2024

4

Bab 4 Masih Saja Bersikap Sinis

27/07/2024

5

Bab 5 Bukan Pembawa Sial

28/07/2024

6

Bab 6 Dasar Tidak Tahu Diri

28/07/2024

7

Bab 7 Emosi Yang Sama

28/07/2024

8

Bab 8 Revan Anugerah, Bukan Pembawa Sial!

28/07/2024

9

Bab 9 Pertengkaran Lida dan Sodah

29/07/2024

10

Bab 10 Akan Ke Mana

29/07/2024

11

Bab 11 Tidak Di Sini Atau Di Sana!

29/07/2024

12

Bab 12 Biarkan Aku Pergi, Ibu!

29/07/2024

13

Bab 13 Tolong Bawa Aku Pergi

29/07/2024

14

Bab 14 Hanya Kenangan

29/07/2024

15

Bab 15 Mencoba Melupakan

30/07/2024

16

Bab 16 Apakah Ada Batasan

30/07/2024

17

Bab 17 Berdebat Dengan Si Kepala Batu

30/07/2024

18

Bab 18 Ke Mana Revan Akan Pergi

31/07/2024

19

Bab 19 Tulang Rusuk Yang Menjadi Tulang Punggung

01/08/2024

20

Bab 20 Apakah Setelah Ini, Aku Akan Menjauh, Bu

02/08/2024

21

Bab 21 Rencana Lida

02/08/2024

22

Bab 22 Kepergian Revan

03/08/2024

23

Bab 23 Terpaksa Mandiri Diusia Dini

04/08/2024

24

Bab 24 Tiba Di Kampung Halaman

05/08/2024

25

Bab 25 Rahasia Terpendam

06/08/2024

26

Bab 26 Kehadiran Yang Tidak Diharapkan

07/08/2024

27

Bab 27 Tidak Akan Dipercaya

08/08/2024

28

Bab 28 Seorang Ibu Yang Selalu Merindukan Anaknya

09/08/2024

29

Bab 29 Tumbuh Menjadi Anak Yang Baik

10/08/2024

30

Bab 30 Janji Wika

11/08/2024

31

Bab 31 Mendaftar Sekolah

12/08/2024

32

Bab 32 Sesuatu Yang Sulit Diungkapkan

13/08/2024

33

Bab 33 Diterima

15/08/2024

34

Bab 34 Karena Aku Anak Ibuku!

15/08/2024

35

Bab 35 Memberi Kesan Yang Baik

16/08/2024

36

Bab 36 Kamu Anak Yang Baik

17/08/2024

37

Bab 37 Tidak Akan Menjadi Benalu Lagi

19/08/2024

38

Bab 38 Melanjutkan Sekolah

20/08/2024

39

Bab 39 Impian Wika

21/08/2024

40

Bab 40 Ingin Mengatakan Sesuatu

22/08/2024