(Bukan) Pembawa Sial
ibu lagi!" teriak Revan dengan w
tua. Dasar tidak sopan!" sahut Doko tidak kalah geram melihat an
firasatku itu memang benar, bapak memang mempunyai tujuan yang sangat buruk kepada darah daging bapak sendiri. Bapak dengan tega ingin
dari itu," jawab
larat. Tanpa ia intropeksi diri bahwa kemelaratan itu datang dari kelalaiannya untu
ahku sehingga balak begitu
mu itu sangat mirip denganku. Aku bahkan benci dengan wajahku sendiri dan entah sudah berapa lama aku tidak berani melihat ke arah cermin, ka
ada yang mau hidupnya sebagai pembawa sial bagi orang lain, Revan juga tidak diminta untuk dilahirkan ke dunia ini. Tapi sekarang kenapa Revan malah di
a pembawa sial karena dia belum bisa memberikan kesuksesan dan juga hasil apa-apa kepadamu, tapi aku harap suatu
mau aku beri pelajaran sekarang? Dasar istri tidak tau diri, bisany
asti aku tidak akan pernah setuju kalau anakku jauh dariku walaupun hanya sedetik. Aku yang sudah mengandung merekanyaw, melahirkan mereka serta m
ntang untuk melakukan apa yang aku mau, Lida. Hari ini juga aku akan menyerahkan anak sialan ini k
n menjadi pundi-pundi uang bagi kita. Kita akan bisa meminta uang sesuka hati kepada mereka dan jika me
keliruannya selama ini karena sudah mengabaikan nafkah untuk anak dan istrinya, tapi dia
udah tidak waras,
l
ajah istrinya itu. Doko benar-benar emosi m
t anak sialan ini sampai sekarang. Dan sekarang kau malah mengatakan
dak memukul Lida. Tapi geraka
atau aku akan melakukan hal yang diluar piki
an memukulku seperti yang aku lakukan kepada ibumu? Sebelum itu terjadi
karena aku sudah tidak peduli kalau pun aku mati nantinya. Yang terpenting ba
selalu menjawab perkataan orang tua. Aku ini adal
dan lagi pula Bapak juga tidak pernah menganggapku ada di dunia ini karena aku hanya pembawa sial bagi bap
baranku, Revan. Kalau tida
bapak ingat, Aku tidak akan pernah membiarkan bapak melakukan apa yang bapak mau, aku tidak akan pernah menuruti semua perkataan bapak. Selama ini aku sudah terlalu sabar meliha
ka dan sopan santun,
kali lagi dipo
i semua. Justru setiap hari Ibu menahan rasa laparnya agar kami semua anak-anaknya ini mendapatkan jatah makan. Ibu sudah merawat kami de
alian, apalagi melihat dirimu saja aku sudah tid
n orang lain atas