Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
CEO SANG PENAKLUK

CEO SANG PENAKLUK

Ricco Weise

5.0
Komentar
101
Penayangan
5
Bab

WARNING 21+++!!!! Adegan ini sarat akan fantasi seksual, steamy story, dan membuat Anda tidak berpikir jernih karena penuh dengan letupan hasrat. "Setiap kali aku melihat wanita itu, jiwaku membara, membangkitkan gairahku. Permainan malam yang dahsyat muncul di kepalaku." -Laiv Acarrdi, CEO Cariolla Corporation, New York. "Apakah kau meremehkanku? Kau berpikir aku juga ingin bercinta denganmu?!" -Daisy Ludovic, karyawan perusahaan. Darah Laiv selalu menghentak ingin segera dipuaskan oleh Daisy. Penolakan demi penolakan dari Daisy membuatnya mendidih. Ingin segera menangkupkan tubuh wanita itu ke dalam rengkuhnya. Namun, Daisy sama sekali tak tertarik. "Aku hanya ingin tidur dengannya satu kali atau mempermainkannya sebagai wanitaku. Penghinaan penolakan darinya, tak akan pernah aku lupakan." Di balik wajah tampannya, Laiv menyimpan niat buruk-untuk mendapatkan hati Daisy dengan cara apa pun, bahkan yang paling kejam sekalipun. Mampukah Daisy bertahan menghadapi kekejaman Laiv? Ataukah Laiv akan berhasil dalam usahanya yang penuh tipu muslihat dan kekejaman?

Bab 1 Laiv Acarrdi, Sang Diktator Sesungguhnya.

"Jangan sekali pun kau mencari masalah dengan Tuan Laiv Acarrdi,"

Itulah syarat pasti untuk hidup selamat ketika bekerja di Cariolla Corporation, perusahaan industri fashion nomor satu yang terletak di Kota New York.

Daisy Ludovic menelan ludahnya dengan keras. Ia bersama dengan staf-staf lainnya berdiri berjajar di depan perusahaan, sigap menyambut Tuan Laiv Acarrdi yang selalu digaungkan namanya.

Sebagai karyawan baru, Daisy beberapa kali mendengar nama Tuan Laiv di berbagai situs media sosial. Ia cerdas dan terkenal.

Sebuah limusin berhenti tepat di depan perusahaan. Sepatu hitam mengilap keluar dari mobil. Keluarlah seorang pria bertubuh tegap dengan kulit sawo matang, tubuhnya tegap, janggut rapi kecil-kecil menitik dagunya.

"Hei, menunduk!" bisik Violetta dengan menyenggol lengannya. Buru-buru Daisy membungkukkan badan, sebagaimana karyawan lain lakukan.

Seorang sekretaris lelaki maju menuntun langkah Tuan Laiv, "Beberapa karyawan baru sudah hadir. Kami melakukan proses seleksi rekrutmen yang ketat selama Tuan Laiv berada di Hungaria."

"Itu bagus."

Tuan Laiv berhenti sejenak, ia mengamati sejumlah karyawan baru yang menunduk. Daisy semakin tenggelam menunduk, tak berani untuk menatap matanya sedikit pun.

Jantung Daisy berdebar. Berita burung tersebar, pria ini sangat kejam. Mampu memecat siapa pun, bahkan tanpa memedulikan kontrak kerja. Ia diktator yang mengerikan!

Daisy – tak boleh – sekali pun – membuat – kesalahan! Itulah pusaran pikiran Daisy.

"Siapa namamu?"

Sebuah sepatu mengilap berhenti tepat di depan Daisy.

Daisy mendongak. Jantungnya serasa jatuh di tempat. Tuan Laiv memandangnya, ternyata ia jauh-jauh lebih tinggi darinya. Ia seperti kurcaci di hadapan pria ini!

"Siapa namamu?" tanyanya sekali lagi, dengan intonasi yang berubah –tak sabaran.

"-Daisy Ludovic." jawabnya tersekat.

Ia mengendus. "Kuharap kau bisa bekerja dengan baik."

Entah itu sindiran atau ejekan, Daisy tidak tahu. Pria itu berlalu begitu saja. Diikuti oleh jajaran staffnya yang lain.

"Sungguh! Itu sangat mengerikan!" Violetta menghembuskan napas lega ketika mereka sudah berhasil pergi dari kekakuan itu.

Daisy mengelus dadanya sendiri. Kuharap, aku tidak berpapasan dengannya lagi. batin Daisy sungguh-sungguh.

*

Menjadi seorang karyawan baru di Perusahaan Cariolla adalah prestasi membanggakan. Butuh proses rekrutmen yang panjang dan berlapis. Daisy baru saja memindahkan barang di mejanya, ia berada di Styling Departement. Hanya dia satu-satunya orang baru di departemen ini.

Ini pasti menjadi hari yang panjang, pada hari pertama.

Daisy memandang ke arah luar jendela. Pemandangan Gedung Empire State terlihat sejauh mata memandang dari ketinggian 500 kaki. Ia sungguh bersyukur bisa bekerja di tempat luar biasa ini.

Kecuali, dengan keberadaan Tuan Laiv tentunya.

"APA KAU BILANG?"

Sebuah suara keras memekakkan telinga. Seluruh mata tertuju pada sumber suara, Tuan Laiv. Tak terkecuali Daisy.

Tuan Laiv Sang Diktator sedang memarahi karyawan perempuan di depannya. Ia membawa setumpuk kertas di tangan. "Aku sudah menjelaskan padamu."

"Sebentar lagi musim dingin akan tiba. Kau harus membuat desain yang cocok untuk musim dingin."

"Aku bahkan pergi ke Hungaria untuk mendapatkan kualitas bulu angsa terbaik!"

Perempuan itu tertunduk. Ia menyeka air matanya sesekali.

"Sudah kuberikan waktu sebanyak satu minggu penuh untuk membuat desain baru! Tetapi, hanya ini hasilnya?!"

"Sudah kuberikan kesenjangan waktu untukmu berpikir bahkan mengubah desain ini. Tetapi, tidak ada inovasi baru dari jaketmu."

Semua orang di dalam ruangan itu tercengang. Mereka bahkan tak bisa berkata-kata. Terlalu takut untuk mengeluarkan suara. Bahkan, mereka menyembunyikan napas. Mencoba untuk kasat mata.

"Aku sudah merevisi bagian-bagiannya, Tuan ..."

"Tidak. Kau hanya menambah detail kecil. Itu tidak berguna apa pun."

Daisy melihat tangan wanita itu bergetar hebat. Ia seakan turut merasakan penderitaan wanita itu.

"Kurasa, hanya sejauh ini idemu berjalan."

"Bersyukur sekali performamu jelek ketika ada karyawan baru. Mulai saat ini, kau diberhentikan."

"Tuan!"

Tubuh Daisy seketika kaku. Semudah itu? batinnya.

Rumor yang diberikan kepada Tuan Laiv bukanlah hanya ciutan tanpa dasar. Melainkan bukti valid yang nyata.

"Segera pergi keluar dari kantor ini!"

Wanita itu menangis, ia berteriak beberapa kali. Akan tetapi, Tuan Laiv menghiraukannya begitu saja.

Tuan Laiv membalikkan badannya. Ketika itulah, mata Daisy bersitatap dengannya. Dari jarak lima meter, Tuan Laiv menunjuk ke arahnya. "Hei karyawan baru! Kau!"

Daisy menunjuk dirinya sendiri.

"Ya!"

"Mulai saat ini, kau bergabung dalam departemenku."

"Apa?"

"Kau masuk ke departemen Fashion and Design." Tuan Laiv segera pergi meninggalkan area kubikel.

Sementara itu, sekujur tubuh Daisy merinding. Violetta menepuk bahunya, "Selamat datang di neraka."

Senyuman tipis muncul dari sudut bibir Violetta. Daisy menghela napas. Apakah ia masih bisa hidup di neraka nantinya?

"Doakan aku tidak mati di neraka."

"Hei, tidak ada orang yang masih hidup tinggal di neraka." Violetta tertawa kecil yang entah mengapa terdengar pahit.

*

Daisy memasuki ruangan departemen. Ruangan ini dibuat dengan interior khusus yang luar biasa, sofanya bahkan sangat empuk. Daisy yakin, harganya lebih mahal daripada biaya hidupnya sebulan.

Tuan Laiv duduk dengan dokumen di tangannya. Sekilas, seperti tidak ada yang salah dengan pria itu. Ia tampan –bahkan sangat tampan. Pria ini berdarah Italia yang keras. Bahkan Daisy bisa membayangkan betapa seksinya janggut itu ketika menyapu wajahnya. Sensasi kecil nan menggelitik pasti muncul, membuatnya semakin membara.

Buru-buru Daisy menggelengkan kepalanya. Pikiran itu harus dibuang jauh-jauh. Terlepas dari fisiknya yang mahasempurna, pria ini diktator yang kejam.

"Kenapa kau berdiri seperti patung di situ?"

Pertanyaan ketus pertama. Apakah tidak bisa laki-laki ini bertanya dengan sikap yang normal?

Memaksakan senyuman di wajah, "Hanya sedang beradaptasi dengan situasi ini."

"Tidak perlu beradaptasi. Sekarang ini, kau akan menjadi bawahanku persis. Kita bekerja hanya lima orang. Tugas utamamu untuk membuat desain."

Secara langsung? batin Daisy serasa skakmat.

"Tetapi, karena kau belum memiliki kemampuan untuk itu."

Daisy menghela napas, ia juga tidak tahu mengapa ia pindah ke departemen ini secara tiba-tiba.

"Kau sengaja dipilih karena hanya kau yang berasal dari jurusan desain di departemenmu sebelumnya."

Wanita itu membelalak, seolah-olah Tuan Laiv bisa memeriksa isi otaknya.

"Aku sengaja memecatnya karena sudah tak mampu lagi berkembang. Sekarang, kau harus belajar referensi produk di sini."

"Ketiga orang lainnya sedang merencanakan desain baru untuk kategori jaket dan mantel."

Daisy melihat sekretaris Marcus masuk ke dalam ruangan membawa troli pakaian. Tuan Laiv berdiri dari tempat duduknya. Ia berjalan mendekat ke arah troli, menyentuh troli yang ada di sampingnya.

"Tugasmu sekarang hanya mencoba pakaian ini."

Tuan Laiv mengangkat salah satu pakaian dari hanger. Daisy menegukkan ludahnya.

"Aku? Mencoba itu?"

"Ya. Kau pikir aku yang akan mencobanya?"

Daisy menahan napasnya. Sungguh kesialan luar biasa. Di hari pertamanya, ia harus mencoba sebuah lingerie musim dingin.

* * *

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Godaan Sang Mantan

Godaan Sang Mantan

Romantis

5.0

WARNING 21+‼️ (Mengandung adegan dewasa) "Ughh..." Marina melenguh sambil mencengkram pergelangan tangan Willem. "Sakit, Will." "Kamu mendesah barusan," bisik Willem. Marina menggigit bibirnya menahan senyum yang hendak terbit. Willem segera menegakkan punggungnya, menatap Marina dengan penuh cinta di bawah kendalinya. "Tapi sakit, jangan terlalu keras... ahhh," ucap Marina. Belum selesai ia berucap, tiba-tiba ia mendesah saat Willem menghentakkan pinggul dengan lembut. "Ahhh..." *** Seiring berjalannya waktu, Marina semakin yakin bahwa keputusannya untuk menghindari pertemuan dengan mantan kekasihnya, Willem Roberto, adalah langkah yang tepat. Luka yang dalam akibat keputusan Willem di masa lalu membuat Marina merasa hancur dan ditinggalkan begitu saja setelah ia menyerahkan segalanya kepadanya. Meski Marina berusaha sekuat tenaga untuk menjauhi Willem, takdir mempertemukan mereka kembali setelah tujuh tahun berpisah. Pertemuan ini tidak bisa dihindari, dan Marina pun merasa tergoda oleh pesona mantan kekasihnya. Walaupun hatinya masih terluka, Marina terbawa dalam nostalgia dan hangatnya kenangan masa lalu. Keduanya larut dalam kenangan manis dan berbagi momen intim di dalam kamar hotel. Willem terus menggoda Marina dengan daya tariknya yang memikat, membuat wanita itu sulit untuk menolaknya. Marina pun berada dalam kebimbangan, diantara kerinduan akan cinta yang dulu dan ketakutan akan luka yang mungkin kembali menghampirinya. Kisah cinta Marina dan Willem kembali terjalin, namun kali ini dipenuhi dengan ketidakpastian dan keragu-raguan. Marina harus segera memutuskan apakah ia akan terus terjebak dalam kenangan yang menyakitkan atau memilih untuk bangkit, memperbaiki diri, dan menempatkan kebahagiaannya di atas segalanya.

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku