Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Gairah Sahabat Suamiku

Gairah Sahabat Suamiku

Penulis Gabut

5.0
Komentar
3.5K
Penayangan
5
Bab

Awas hanya untuk 21+ Ketika seorang istri selalu disakiti oleh suami dan selalu diperlakukan dengan kasar, mendapatkan kelembutan dan perhatian dari sahabat suami iyang tinggal di rumahnya yang ternyata adalah seorang mafia, sehingga membuat benih-benih cinta tumbuh dengan subur. Namun yang sangat di luar nalar adalah, ternyata sang suami ingin menjual istrinya sendiri. Bagaimana kelanjutan ceritanya? Yukk ikuti terus ceritanya hanya di sini.

Bab 1 Hubungan Terlarang 21+

"Emmhhh ... ahh ... nikmat Sayang," rintih Kinan saat Rama menggigit dan menjilat telinganya.

"Tubuhmu sangat manis Sayang, membuatku candu," bisik Rama semakin membuat gairah Kinan memuncak.

Rama melanjutkan aksinya. Ia menjilat seluruh wajah Kinan tanpa terkecuali, tubuh istri sahabatnya itu bagaikan permen yang terasa manis di lidahnya. Kinan yang juga mulai menyukai perlakuan manis dan lembut Rama juga menikmati dan terbuai dengan kenikmatan yang diberikan oleh sahabat suaminya ini.

"Mas, jangan disesap ya," ucap Kinan saat Rama mulai menjilati lehernya.

"Iya Kinan, kamu takut jika suamimu curiga ya," balas Rama yang sangat pengertian dengan Kinan.

"Iya Mas," balas Kinan manja sambil mengangguk.

"Kalo ini boleh?" balas Rama sambil menyentuh ujung gunung kembar milik Kinan.

"Boleh Mas," balas Kinan dengan senyuman.

Mendapat ijin dari Kinan, Rama langsung menyesap ujung gunung yang mengeluarkan ASI itu. Saat ini Kinan memang sedang hamil tujuh bulan.

Rama menyedot ASI yang keluar dari gunung kembar Kinan tanpa rasa jijik, ia bahkan meneguknya seeprti sedang minum air.

Perut Kinan yang sudah membesar membuat sensasi tersendiri bagi Rama. Rama menyukai bersenggama dengan Kinan yang sedang hamil tua.

"Ahhh ... ohhh ... emmhh ...," Rintih Kinan saat Rama menyesap dan meremas gunung kembarnya bersamaan.

"ASImu sangat enak Kinan Sayang," ucap Rama yang masih terus melanjutkan aksinya.

Kinan meremas rambut Rama untuk menyalurkan hasratnya yang menggebu saat Rama memainkan kedua gunung kembarnya.

"Emmhh ... ahhh ... nikmat Mas ... ohh geli ...," Kinan merancau saat Rama memberikan kenikmatan yang bertubi-tubi.

Setelah puas memainkan kedua gunung kembar Kinan, kini Rama berpindah memainkan perut Kinan yang sudah besar itu.

Rama mengusap lembut perut Kinan dan beberapa kali menciumnya. Aksi Rama seperti seorang suami yang bertingkah manis kepada istrinya yang sedang hamil.

"Kinan, aku mau menjadi ayah dari anakmu ini Kinan," ucap Rama sambil terus menciumi perut Kinan yang sudah membesar itu.

"Emmhhh... iya Mas," balas Kinan yang kelojotan.

Rama membuka kaki Kinan lebar-lebar. Ia memandangi lubang kenikmatan Kinan yang bentuknya sudah tak indah lagi, namun sangat membuat candu dirinya.

"Aku jilat ya Sayang?" ucap Rama yang selalu meminta ijin Kinan sebelum melakukan sesuatu pada tubuh Kinan.

"Iya Mas ...," balas Kinan yang mengijinkan Rama untuk menjilati liang senggamanya.

Mendapatkan ijin dari Kinan, Rama segera melancarkan aksinya. Ia mengawali aksinya dengan menjilat bibir kemaluan Kinan sebagai pemanasan.

"Emmm ... Mas ... ohh ...," baru bibirnya saja Kinan sudah melenguh karena begitu nikmat.

"Bentuknya menggemaskan ...," celetuk Rama ditengah aksinya.

"Aku sangat menyukainya Sayang," lanjut Rama yang terus mengungkapkan kekagumannya terhadap liang senggama istri sahabatnya yang sudah menjadi miliknya itu.

Setelah berhasil membuat Kinan terangsang dengan pemanasannya, Rama melanjutkan aksinya dengan lebih intens.

Rama menusukkan lidahnya kedalam lubang senggama milik istri sahabatnya yang sekarang menjadi candunya itu.

Mendapatkan serangan itu, Kinan menggelinjang dan kelojtanan.

"Emm ... ahhh ... ohh ... lidahmu sangat enak Mas ohh ...," Kinan merancau kala Rama menusuk-nusukkan lidahnya di lubang senggamanya.

"Nikmatilah Sayang. Aku akan membuatmu mencapai puncak dengan lidahku," ucap Rama kala ia menjilati paha mulus Kinan.

Rama kembali menjamah liang senggama Kinan yang kini menjadi tempat favoritnya. Aroma khas dari liang senggama Kinan membuat Rama menjadi sakau. Ia memang sering bermain dengan wanita lain, namun tak ada yang senikmat milik istri sahabatnya itu.

"Emmhh ... ahhh ... ohh ...," Kinan menggelinjang dan terus menjambak rambut Rama.

"Mas ... ohhh ... nikmat Mas ... emmh ...," Kinan terus merancau saat lidah Rama dengan lihai menggobrak abrik seluruh ruang liang senggama Kinan.

"Mas ... ahhh ... aku mau keluar Mas ... ahh ...," jerit Kinan diikuti dengan cairan putih yang keluar dari liang senggamanya.

Melihat Kinan memuncratkan cairan itu, dengan Sigap Rama langsung menampung di mulutnya dan menelannya tanpa rasa jijik. Wanita mana yang tak meleleh mendapat perlakuan manis dari pria meski bukan suaminya.

Apalagi Juna, suami Kinan tak pernah sekalipun mau menjilat liang senggamanya dengan alasan jijik. Namun Rama yang bukan suaminya, malah dengan senang hati menjilati lubang kenikmatan Kinan, bahkan meminum cairannya tanpa rasa jijik.

"Aku, istirahat dulu ya Mas," ucap Kinan yang merasa lelah karena selesai melakukan pelepasan.

"Iya Sayang," balas Rama sambil memeluk sambil mengusap rambut istri sahabatnya dengan sangat lembut.

Rama selalu menuruti semua perintah Kinan saat sedang bersenggama. Ia berusaha membuat Kinan menjadi senyaman mungkin saat bersenggama dengannya. Berbeda dengan Juna yang tak peduli dengan Kinan saat melakukan hubungan suami istri, Juna selalu ingin enak sendiri tanpa memperdulikan lawan mainnya.

Sebelum ia puas, Juna akan terus melakukan serangan hingga ia keluar, meski istrinya sudah kelelahan dan meminta istirahat.

"Mas, lanjut yuk," ucap Kinan yang mengajak Rama untuk melanjutkan aktivitas mereka.

"Kamu udah fit lagi Kinan?" tanya Rama yang memastikan jika Kinan sudah kembali fit.

"Sudah Mas," balas Kinan dengan senyuk manisnya.

"Sayang, Papa main lagi ya," ucap Rama sambil mencium perut Kinan sebelum ia melanjutkan aktivitasnya.

Rama mulai beranjak dari tidurnya dengan pusaka yang masih tegak berdiri, sangat besar dan panjang.

Ia mulai mengusapkan pusaka besarnya di bibir bawah Kinan.

"Mas, pasti seret. Sini aku basahin," ucap Kinan yang meminta Rama untuk mendekatkan pusakanya ke mulutnya untuk ia kulum agar basah.

Kinan segera meraih pusaka besar milik sahabat suaminya dan segera mengulumnya. Ia menyedot pusaka Rama hingga membuat Rama merintih.

"Ahh Kinan ... ini sangat enak sekali ... ohh ...," Ucap Rama yang tak digubris oleh Rama.

Ia terus menyedot-nyedot pusaka jumbo Rama yang masih ada di mulutnya hingga membuat lutut Rama menjadi lunglai.

"Stopp Stoopp ... aku sudah nggak kuat," ucap Rama yang menyerah dengan kenikmatan yang diberikan oleh Kinan.

Karena tak kuasa melihat sahabat suaminya yang sudah merem melek karena lidahnya, akhirnya Kinan mengakhiri aksinya.

"Masukin ya Kinan?" ucap Rama yang lagi-lagi meminta ijin kepada Kinan.

"Iya Mas," balas Kinan yang mempersilahkan.

Mendapatkan ijin dari tuan rumah. Rama langsung masuk ke dalam rumah penuh kenikmatan itu.

"Emmhh ... Mas shhh aahh ... Ini enak sekali Mas ... Jangan berhenti Mas ... Ohh ...," lenguh Kinan saat pusaka Rama mengobrak abrik liang senggamanya.

"Milikmu juga sangat enak Sayang, sungguh bodoh sahabatku karena menyiakan wanita secantik dan senikmat kamu," balas Rama sambil terus menghujamkan pusakanya semakin dalam membuat Kinan tak kuasa menahan hasrat ingin muncratnya.

"Mas ... aku ingin keluar, ahh ... Mas emmhh ...," Kinan mencengkeram sprei lebih kencang karena merasakan kenikmatan yang ia rasakan.

"Keluarkan saja Sayang," balas Rama sambil terus mengeluar masukkan pusaka yang ukurannya lebih besar dari milik Juna, suami Kinan.

"Aahhh ... aahhh ... oohhh ...," Kinan memekik saat lubang senggamanya yang masih dihujam oleh Rama memuncratkan cairan putih yang membuat tubuhnya melemas.

Kali ini Rama membiarkan cairan kenikmatan Kinan. Karena ia ingin menikmati pusakanya mendapatkan sensasi nyut-nyutan di dalam liang senggama Kinan yang baru saja mencapai puncak kenikmatan.

Dan benar saja, setelah melakukan pelepasan, pusakanya yang dibiarkan di dalam lubang kenikmatan Kinan merasakan kedutan yang membuat pusakanya seperti dipijat. Pusakanya merasakan geli namun nikmat.

Menyaksikan Kinan melemas karena pelepasannya, Rama membiarkan wanita yang menjadi candunya itu istirahat. Ia mendiamkan sementara dan masih mempertahankan pusakanya untuk tetap menancap di dalam liang senggama Kinan.

Rama mengusap lembut pipi Kinan yang masih tepar di bawah kungkungannya. Ia mengecup lembut kening Kinan yang masih menutup mata menikmati sisa kenikmatannya.

"Kamu Sangat cantik Kinan, aku tak bisa lepas darimu," ucap Rama lembut dan kemudian mengecup bibir Kinan penuh nafsu.

"Iya Mas, aku juga mulai kecanduan dengan kenimkatan dan kelembutan yang kau berikan," balas Kinan yang juga sudah mulai candu dengan sahabat suaminya itu.

"Mas, ayo masukkan lagi. Aku sudah pulih," ucap Kinan yang mempersilahkan Rama untuk menikmatinya.

"Bener ya?" balas Rama yang memastikan jika Kinan memang sudah pulih kembali.

"Iya Mas," balas Kinan.

Akhirnya Rama mulai memompa kembali pusaka besar yang mengganjal di dalam liang senggama Kinan. Rama memompa perlahan agar Kinan merasa nyaman dan menikmati.

Setelah dirasa sudah mulai nyaman, Rama menambah ritme pompaannya menjadi lebih cepat.

"Ohh ... ahh ... lebih cepat lagi Mas emmh ...," rintih Kinan yang menikmati tusukan nikmat dibawah sana.

"Yakin Sayang?" tanya Rama lembut.

"Iya Mas," balas Kinan.

Dengan segera Rama menuruti permintaan istri sahabatnya yang sekarang menjadi candunya ini.

"Maafkan Papa ya Sayang," ucap Rama sambil mencium perut buncit Kinan sebelum memulai untuk mempercepat genjotannya.

Rama menambah ritme pompaannya menjadi lebih cepat dan semakin cepat namun tetap tidak menyakiti Kinan.

"Ahhh ... ahhh ... nikmat Mas ohh ...," Kinan merancau saat Rama mempercepat genjotannya pada liang senggamanya.

"Emhh ... ohh ... Kinan ... nikmat sekali Kinan ...," rancau Rama sambil terus menggenjot pusakannya di bawah sana.

Ruangan itu dipenuhi dengan suara erangan dan rintihan penuh kenikmatan mereka berdua. Kinan merem melek mendapat serangan yang bertubi-tubi dari Rama.

Tiba-tiba Rama menghentikan genjotannya, membuat Kinan penasaran.

"Kenapa berhenti Mas?" tanya Kinan kepada Rama yang ada diatasnya.

"Aku haus Kinan, hehe," balas Rama yang membuat Kinan terkekeh.

"Owalah Mas, kirain ada apa? Mau minum air apa minum susu?" tanya Kinan sambil meremas kedua gunungnya.

"Susu aja Sayang," balas Rama yang kemudian melahap ujung salah satu gunung kembar kesukaannya itu.

Lagi-lagi Rama meminum ASI Kinan. Dengan pusaka yang masih menancap di dalam liang senggama Kinan, Rama menyesap ASI itu seperti seorang bayi yang nyusu dengan ibunya.

"Emangnya enak ya Mas?" tanya Kinan kepada Rama yang ada diatasnya.

"Enak Kinan. Apapun yang kamu miliki semuanya enak," balas Rama yang entah berbohong atau serius.

"Eleh bohong," balas Kinan manja.

"Serius Kinan, seluruh tubuhmu dan seisi-isinya sangat nikmat dan aku menyukainya," balas Rama yang meyakinkan Kinan.

"Tapi kok kata suamiku ...," ucap Kinan yang dihentikan dengan kecupan di bibir Kinan.

"Kinan, jangan dengarkan jika suamimu menghinamu. Dia itu lelaki bodoh yang menyiakan batu permata yang indah sepertimu," balas Rama yang mencoba meyakinkan Kinan jika hinaan yang Juna lontarkan kepada Kinan itu tidak benar.

Juna, suami Kinan, memang sering menghina fisik Kinan dan membandingkan Kinan dengan wanita lain di luar sana yang seksi, sedangkan Kinan menjadi gembrot setelah mengandung. Hinaan itu sering Juna lontarkan kepada Kinan hingga membuat Kinan menjadi tak percaya diri.

"Andaikan suamiku seperti kamu Mas, pasti aku akan sangat bahagia sekali," balas Kinan.

"Kita lanjut ya Kinan?" ucap Rama yang mengalihkan pembicaraan.

"Iya Mas, keluarkan didalam nggakpapa," balas Kinan yang mempersilahkan Rama untuk mengeluarkannya di dalam.

"Nggakpapa Kinan?" tanya Rama memastikan.

"Nggakpapa Mas, aku ikhlas," balas Kinan yang sudah dimabuk cinta dan kenikmatan yang diberikan oleh sahabat suaminya.

Sebelumnya Rama memang tidak pernah mengeluarkannya di dalam karena ia masih menghargai sahabatnya yang masih sah menjadi istri sahabatnya. Tapi sekarang, tuan rumah yang mempersilahkan sendiri, jadi Rama langsung tancap gas.

"Siap-siap ya Kinan," ucap Rama dengan sangat lembut sambil mengecup bibir Kinan.

"Siap Mas," balas Kinan yang sudah tak sabar untuk menerima kenikmatan yang diberikan oleh sahabat suaminya.

Dengan segera Rama beranjak dari posisinya dan menarik batangnya yang semula masih berada di dalam lubang senggama Kinan.

Rama lalu memasukkannya kembali dan dimulai dengan pompaan lambat sebelum akhirnya pompaannya menjadi snagat kencang.

Mendapat serangan dari pusaka Rama, Kinan dibuat merem melek olehnya. Kinsn mencengkeram sprei kasurnya hingga berantakan.

"Emmhhh ... ohh ... emmm ...," Kinan merintih merasakan lubangnya sangat enak.

"Ohh ... Kinan ... nikmat sekali," rancau Rama sambil terus memompa pusakanya yang ekstra jumbo itu.

"Ohh ... ahh ... Ehhmm ... Stop Mas," teriak Kinan yang membuat Rama panik dan mengakhiri aktivitasnya di dalam sana.

"Kenapa Kinan, apa ada yang sakit?" tanya Rama yang terlihat panik.

"Nggak Mas, aku nggakpapa," balas Kinan yang membuat Rama lega.

"Syukurlah Kinan, aku sampe panik loh. Kirain kamu kenapa," balas Rama yang membuat Kinan sangat terharu.

"Hehe maaf ya Mas, udah bikin kamu panik, kita ganti gaya yuk Mas sebelum keluar," ucap Kinan yang membuat Rama terkejut.

"Ternyata kamu liar juga ya Kinan, apa saat dengan suamimu kamu juga dengan banyak gaya?" tanya Rama kepada Kinan.

"Iya Mas, Mas Juna paling suka gaya doggy," balas Kinan yang entah kenaap membuat Rama sakit hati.

"Sudah cukup Kinan, jangan ceritakan tentang kisah ranjangmu dengan suamimu yang bejat itu di depanku. Hatiku sakit mendengarnya," ucap Rama dengan tatapan mata penuh kekecewaan.

"Maaf Mas, tapi aku lebih suka dengan kamu kok Mas. Karena Mas Juna mainnya kasar," balas Kinan yang malah memuji cara main Rama daripada suaminya.

"Karena aku mencintaimu Kinan, bukan hanya nafsu. Jadi aku tak ingin menyakitimu," balas Kinan.

"Aku nungging ya Mas, kamu sodok dari belakang," balad Kinan yang mengajari Rama.

"Iya Kinan," balas Rama yang hanya nurut saja apa kata Kinan.

Akhirnya Rama kembali melakukan tugasnya untuk menggenjot Kinan, wanita yang sangat buruk di mata suaminya. Kali ini mereka menerapkan gaya doggy.

"Ohh ... ohh ... ahh ...," rancau Rama saat memompa batangnya di dalam lubang kenikmatan Kinan dari belakang.

"Plokk ... plokk ... plokk ...," suara kulit yang saling betabrakan membuat gairah mereka semakin menggebu.

"Emmhh Mas ... ohh ... ahh ... ahh ...," rintih Kinan saat merasakan pusaka jumbo menusuknya dari belakang.

Kedua gunung kembarnya terlempar kesana kemari saat Rama menyodok dari belakang. ASInya juga ikut menetes.

"Ternyata dari belakang lebih nikmat sayang," ucap Rama sambil terus memaju mundurkan pusakanya di bawah sana.

"Heemm Mas.. Emmhh Mas.. ahh ...," rintih Kinan.

"Mas ... aku mau keluar ohh ...," Pekik Kinan saat merasakan tubuhnya seeprti dialiri setrum tegangan tinggi.

"Tunggu aku Kinan, sebentar lagi ohh ...," teriak Rama sambil mempercepat gerakannya.

"Yahh ... ohh ... kita keluar sama-sama Kinan. Satu dua tiga ...," teriak Rama sangat keras.

"Crooottt ... croott ... croottt ...," cairan kenikmatan mereka keluar bersamaan dan tercampur di dalam liang senggama Kinan.

Setelah cairan mereka dirasa sudah tikan menetes lagi, Rama mencabut pusakanya yang sudah mulai melemas.

"Plooppp ...," suara saat pusaka Rama dicabut.

Rama mengecup pantat Kinan yang masih nungging.

"Makasih Kinan," ucap Rama saat mengecup pantat Kinan.

Kinan ambruk di tempat tidur yang basah itu. Cairan mereka berdua sangat banyak hingga membuat sprei menjadi basah. Untung saja Kinan selalu memasang lapisan anti basah.

Akhirnya mereka berdua roboh di atas kasur yang menjadi saksi bisu cinta terlarang mereka berdua.

**

Semua bermula saat Juna mengajak tannya tinggal di rumahnya tanpa ijin dengan istrinya.

"Tok ... tok ... tok ...," suara pintu diketuk.

"Iya sebentar," jawab Kinan.

Dengan tergopoh-gopoh Kinan segera membuka pintu rumahnya.

"Krieett ...," suara pintu dibuka.

"Mas kok baru ....," ucap Kinan terputus saat ia melihat seorang pria berperawakan tinggi, bersih dengan wajah yang tampan.

"Mari masuk ... Nggak usah sungkan-sungkan," ucap Juna yang langsung menerobos masuk ke dalam rumah tampa memperdulikan istrinya.

"Permisi ya Mbak," ucap pria, teman suami Kinan itu.

Kinan hanya diam saja sambil melihat pria itu yang menarik koper.

"Kinan ... Siapkan minuman untuk tamu kita," ucap Juna setengah berteriak.

Juna memang kebiasaan berteriak saat berbicara dengan istrinya.

"I ... iya Mas," balas Kinan yang baru tersadar dari lamunannya.

Ia segera masuk ke dapur untuk membuatkan kopi untuk suaminya.

Setelah beberapa menit, Kinan membawa keluar kopi yang ia buat untuk disuguhkan kepada tamu istimewa mereka.

"Silahkan Mas," ucap Kinan saat ia meletakkan secangkir kopi di meja depan pria itu.

"Mbak, kenalin saya Rama," ucap Rama yang memperkenalkan diri.

"Saya Kinan," balas Kinan yang menjabat tangan Rama.

"Kinan, kamu antar Rama ke kamar tamu. Mulai sekarang dia akan tinggal disini," ucap Juna yang sangat mengejutkan Kinan.

Bagaimana bisa Juna mengambil keputusan sebesar ini tanpa melibatkan istrinya.

"Denger nggak sih, malah bengong," bentak Juna kepada istrinya.

"I ... iya Mas," balas Kinan gagap.

"Sana Bro ikutin bini gue," ucap Juna kepada Rama.

"Iya Bro," balas Rama yang kemudian membuntuti Kinan yang akan mengantarnya ke kamar tamu.

"Ceklek ...," Kinan membuka pintu.

"Sebentar Mas, biar saya bersihkan dulu kamarnya," ucap Kinan sambil mengibaskan kasur dengan lidi yang biasa ia gunakan untuk membersihkan ranjang.

"Terimakasih ya Mbak," balas Rama sopan.

"Mbak hamil berapa bulan?" tanya Rama kepada Kinan yang sudah akan meninggalkan kamar itu.

"Tujuh bulan Mas. Kalo gitu saya pergi dulu ya," balas Kinan seperlunya saja.

Kinan kembali ke ruang tamu dan melihat kopi tamunya yang ketinggalan. Ia berniat untuk mengantarkan kopi itu sekalian botol minum, barangkali tamunya masih canggung untuk mengambil minum sendiri.

Kinan mengambilkan air botol kemasan di dapur. Setelah itu mengambil kopi dan mengantarkan ke tamunya.

"Tok ... tok ...," Kinan mengetuk pintu perlahan.

"Iya sebentar," balas Rama dari dalam kamar.

Tak lama kemudian Rama membula pintunya.

"Iya Mbak," balas Rama sopan.

Ternyata ia hanya mengenakan celana kolor dan bertelanjang dada. Tampak bagian bawahnya yang menonjol besar.

Dadanya yang bidang dan ditumbuhi bulu jarang membuat setiap wanita yang melihatnya akan terbuai, termasuk juga Kinan.

"Mbak ...," ucap Rama sambil mengayunkan tangannya di depan mata Kinan.

"Ehh ini Mas, anu, aku cuma mau nganter minumannya ketinggalan," balas Kinan terbata-bata.

"Iya terimakasih ya Mbak," balas Rama yang segera menerima pemberian tuan rumah.

"Mbak kok ngelihatin aku sampe segitunya," balas Rama yang mulai memancing.

"Eh enggak, aku cuma sedang memikirkan sesuatu aja tadi," balas Kinan beralasan. Padahal sebenarnya ia memang sedang melihat dada berbulu Rama.

"Mas lain kali kalo di rumah orang yang sopan pakaiannya," balas Kinan yang menasehati Rama.

"Iya Mbak, maaf ya," balas Rama yang mengindahkan ucapan Kinan.

Kinan berlalu pergi meninggalkan kamar tamu yang mulai saat itu akan menjadi kamar Rama. Kinan masuk ke dalam kamarnya sendiri untuk tidur, karema waktu sudah menunjukkan pukul sebelas malam.

Ia masuk ke kamarnya. Di dalam kamar terlihat Juna, suaminya yang sedang senderan di ranjang sambil memainkan ponselnya dan tersenyum-senyum sendiri.

Kinan sudah tak peduli dengan apa yang dilakukan suaminya itu. Ia masih trauma dengan KDRT yang ia alami hanya karena ia bertanya siapa wanita yang suaminya hubungi.

Kinan segera merebahkan dirinya dan menarik selimut membelakangi suaminya. Kinan sangat ngantuk dan lelah hingga ia sangat mudah untuk tidur.

Saat Kinan sudah mulai tidur, tiba-tiba Juna menggoyangkan tubuhnya dan meminta jatah kepada Kinan.

"Kinan ... Aku pengen nih, kita main yuk," ucap Juna lembut sambil menggoyangkan tubuh istrinya.

Juna memang bisa lembut saat merayu istrinya, namun saat tidak menginginkan sesuatu dari istrinya, ia menganggap istrinya seperti sampah yang tak berguna.

"Aku ngantuk Mas, maaf ya. Besok saja," balas Kinam yang masih meringkuk membelakangi istrinya.

"Kamu keterlaluan ya ... Istri macam apa kamu ini ha? Suami minta jatah malah kamu menolaknya," teriak Juna dengan suara yang keras.

"Mas jangan keras-keras ada tamu," balas Kinan yang menasehati suaminya yang seeprti orang kesetanan.

"Aku tidak peduli, biar semua orang tau sekalian jika kamu ini istri yang tidak becus melayani suami," balas Juna dengan suara yang kencang.

"Mas, kamu mabuk lagi ya," ucap Kinan yang masih berbaring namun sudah berubah posisi menjadi telentang.

Kinan dapat mencium bau alkohol di nafas suaminya. Juna sering sekali mabuk, dan jika sudah mabuk, ia akan dengan mudah melakukan KDRT kepada istrinya.

"Ayo sekarang buka bajumu," pekik Juna yang mengabaikan pertanyaan Kinan.

Di dalam kamarnya, Rama dapat mendengar dengan jelas suara Juna yang sedang marah-marah kepada istrinya.

"Kasian banget istri Juna. Kenapa dia sekejam itu dengan istrinya sendiri, padahal istrinya baik, lembut dan cantik," gumam Rama di kamarnya saat mendengar Juna sedang membentak-bentak istrinya.

"Padahal istrinya sedang mengandung anaknya. Benar-benar tak punya hati," Rama terus menggerutu mendengar suara yang terdengar menyedihkan itu.

Sebenarnya Rama ingin membantu Kinan, tapi di rumah itu ia hanya numpang, dan tidak sepantasnya ia ikut campur dengan urusan rumah tangga orang lain.

"Benar-benar tidak punya hati si Juna brengsek itu, berani-beraninya dia memperlakukan istrinya sekasar itu," gumam Rama yang tak tega mendengar Juna membentak-bentak dan memaksa istrinya untuk melayaninya.

"Huhh ... Kinan, aku janji akan membahagiakanmu," celetuk Rama sebelum akhirnya memilih untuk menutup telinganya dengan bantal agar tak mendengar suara teriakan Juna menyiksa istrinya.

"Aku capek Mas, badanku terasa sakit semua," balas Kinan yang memang merasakan badannya pegal-pegal karena telah hamil tua.

Suami yang pada umumnya akan memperlakukan istrinya yang sedang hamil dengan sangat lembut dan penuh kasih sayang, tapi tidak dengan Juna. Ia memperlakukan Kinan seperti budak yang tak ada harganya di matanya.

"Alasan saja," balas Juna yang membuka paksa daster Kinan.

Kinan ingin menangis dan berteriak kala mendapat perlakuan seperti itu dari suaminya, tapi dia ingat jika ada tamu di rumah mereka. Akhirnya Kinan hanya menangis sesenggukan mendapat perlakuan kasar dari suaminya sendiri itu.

Juna melucuti baju istrinya yang sedang hamil itu tanpa perasaan. Ia terus memaksa meski Kinan berusaha menolaknya.

"Ahh ... sakit Mas ...," rintih Kinan saat Juna membuka dasternya dengan paksa.

"Makanya nurut apa kata suami," sergah Juna sambil tangannya terus beraksi.

Akhirnya Kinan hanya pasrah sambil terus menangis lirih mendapat perlakuan kasar dari suaminya itu.

Akhirnya Kinan sudah bertelanjang bulat tanpa sehelai kain pun. Juna segera melucuti pakaiannya sendiri hingga ia juga telanjang bulat.

"Badan gembrot aja sok jual mahal," Hina Juna kepada istrinya sendiri.

"Ayo buka kakimu," sergah Juna yang kemudian membuka kedua kaki Kinan.

Beberapa tahun setelah menikah Juna menjadi berubah, awalnya dia baik dan juga penyayang. Entah apa yang membuat Juna menjadi berubah seperti setan.

Tanpa banyak bicara, Juna langsung menusukkan pusakanya ke dalam liang senggama istrinya tanpa memberikan pelicin, sehingga membuat Kinan merintih kesakitan.

"Ahh Mas ... sakit ... pelan-pelan ...," pekik Kinan yang dapat terdengar hingga ke kamar Rama.

"Ahhh ... nikmatilah kekejaman ini Sayang ...," ucap Juna yang sudah berhasil memasukkan setengah pusakanya kedalam liang senggama istrinya yang hamil itu.

"Pelan-pelan Mas ahh ...," rintih Kinan yang merasakan rasa perih luar biasa di bibir liang senggamanya.

Setelah pusakanya berhasil masuk seluruhnya, Juna memompa batangnya membabi buta. Ia tak memikirkan istrinya yang sedang kesakitan sama sekali. Yang ia pikirkan adalah kenikmatan yang akan ia dapatkan saat mencapain puncak.

"Ohh ... ahh ... ahhh ...," lenguh Juna saat ia memompa lubang kenikmatan istrinya.

"Ahh ... sakit Mas ahh ...," Kinan terus merintih sambil mencengkeram erat sprei untuk menyalurkan rasa sakitnya.

"Rasakan ini gembrot ahhh ... ahh ...," rancau Juna sambil terus memompa di bawah sana.

Kinan hanya bisa menangis merasakan liangnya terasnya nyeri dan perih karena diobrak obrik oleh batang seukuran mentimun suaminya tanpa diberi pelumas.

Setelah beberapa kali pompaan, akhirnya liang senggama Kinan menjadi licin. Kini Kinan sudah tak merasakan sakit lagi di liang senggamanya. Meski begitu, ia tak bisa menikmati apa yang sedang mereka lakukan.

Sepertinya Kinan sudah mati rasa dengan suaminya yang kejam itu. Kinan tak pernah merasakan kenikmatan saat bersenggama dengan suaminya. Apalagi setelah ia hamil, suaminya selalu menghina bentuk tubuhnya, sehingga Kinan menjadi sakit hati dan muak dengan suaminya.

"Dasar istri gembrot, nggak bisa merawat diri ...," Juna terus menghina istrinya sambik terua memompa pusakanya di dalam sana.

"Ohh ... ohh ... ahh ...," Juna melenguh saat merasakan pusakanya diremas-remas dan terasa hangat di dalam liang senggama istrinya.

"Ohh ... istri dekil ... nggak bisa merawat diri ...," Juna terus menghina istrinya tanpa memikirkan perasaan istrinya sama sekali.

Kinan hanya bisa menahan tangis saat suamiya terus menghinanya.

Tiba-tiba Juna mempercepat pompaannya di dalam liang senggama istrinya. Sepertinya juna akan melakukan pelepasan.

"Ahh ... Sial aku mau keluar ...," pekik Juna saat ia merasakan tubuhnya dialiri setrum tegangan tinggi.

Ia memompa liang senggama Kinan semakin cepat hingga membuat Kinan meringis kesakitan. Ia mencengkeram kuat sprei dengan berlinangan air mata.

"Ahhh sakiiitt Mas ...," teriak Kinan yang sudah tak bisa ditahan lagi.

Teriakan Kinan terdengar hingga ke kamar Rama, membuat Rama sebagai pria normal menjadi birahi. Dan ternyata pusakanya yang tertup kolor juga sudah tengang, ia melakukan dengan tangannya.

Mendengar teriakan itu, Juna semakin bergairah dan menambah ritme pompaannya menjadi sangat keras.

"Aaahhh ...," pekik Juna dan Kinan bersamaan namun berbeda arti. Juna merasakan kenikmatan, sedangkan Kinan merasakan kesakitan.

Juna menarik pusakanya dari liang senggama Kinan dan memaksa masuk ke dalam mulut Kinan.

"Croott ... croott ... croott ...," cairan kenikmatan Juna dimuntahkan di mulut Kinan.

Kinan sampai tersedak saat pusaka sebesar mentimun sedang memuntahkan cairan kental milik suaminya itu di dalam mulutnya.

"Aahhh ... shhh ... emmhh ...,"lenguh Juna sambil mengurut pusakanya yang masih meneteskam cairan kenikmatannya itu.

Dengan terpaksa Kinan menelan cairan kental milik suaminya yang terasa sepat dan berbau amis itu.

Setelah puas usai pelepasan, Juna langsung ambruk dan tertidur pulas di debelah istrinya. Juna tak pernah memikirkan tentang kepuasan istrinya, ia hanya selalu mementingkan kepuasan dirinya sendiri saat bersenggama.

Kinan masih merasakan nyeri pada liang senggamanya, ia tertatih untuk turun dari ranjang dan membersihkan diri ke kamar mandi.

Ia menangis sesenggukan di dalam kamar mandi, kala mengingat suaminya yang sudah memperkosa dan menghina fisiknya. Sungguh kejam suaminya memperlakukan dirinya seperti hewan.

Kinan memandang tubuhnya yang masih telanjang di kaca kamar mandi. Ia melihat sekujur tubuhnya yang memang tak seksi lagi. Tapi apakah pantas ia dihina sesadis itu, oleh suaminya sendiri.

Sebenarnya Kinan sudah tidak sanggup menjalani rumah tangga dengan suaminya, tapi ia sedang mengandung anak Juna. Tidak mungkin dia bisa bercerai dengan suaminya saat sedang hamil

Lagipula ia sudah tak memiliki siapa-siapa lagi.

Kedua orangtuanya memang masih hidup, tapi mereka sudah tak menganggap Kinan sebagai anak anak mereka lagi.

Hal itu karena Kinan tak direstui oleh kedua orangtuanya untuk menikah dengan Juna, namun Kinan lebih memilih untuk menikah tanpa restu dengan Juna, yang ternyata memang suami yang tak baik.

Jika waktu bisa diputar kembali, Kinan akan mendengarkan apa kata kedua orangtuanya. Kinan menyesali perbuatan bodohnya yang memilih suami seperti iblis dan menjauhi kedua orangtuanya.

Kedua orangtua Juna juga sangat jahat pada Kinan, jadi mereka berdua memilih untuk tinggal berdua di kota. Awalnya Juna memang baik, sebelum akhirnya berubah menjadi raja iblis.

Kinan keluar dari kamar mandi dan mengumpulkan pakaiannya yang berserakan di semua arah karena dilempar oleh Juna. Ia segera memakai dasternya kembali sebelum akhirnya menuju ke dapur untuk mengambil air minum.

*

Sementara Rama yang sudah birahi mendengar teriakan dua orang yang sedang bercinta, menuntaskan hasratnya dengan tangannya sendiri.

Sambil membayangkam wajah cantik Kinan, istri sahabatnya, ia mengocok pusakanya yang sangat besar, sebesar terong ungu yang memanjang. Ukurannya lebih besar dari pusaka Juna.

"Kinan ... ohh ... Kinan ...," rintih Rama sambil terus mengocok pusakanya.

"Kamu sangat cantik Kinan ... ohh ... emmhh ...," rancau Rama.

Tak sengaja Kinan mendengar Rama yang merintih sambil menyebut-nyebut namanya. Ia mendekati kamar Rama dan menguping di depan pintu untuk memastikan apa yang ia dengan itu benar.

"Oh ... ohh ... Kinan, nikmat Kinan ...," rancau Juna sambil terus mengocok pusaka dengan tangannya sendiri.

Ternyata apa yang Kinan dengar itu benar. Rama menjadikan dirinya sebagai objek kepuasan dirinya. Kinan merasa tak terima dengan hal itu, ia berpikir jika Rama sama jahatnya dengan suaminya.

Akhirnya ia kembali menuju ke kamarnya untuk tidur. Ia membuka kamarnya perlahan agar tidak membangunkan suaminya yang sedang tidur pulas.

Ia merebahkan dirinya sambil mengusap perutnya yang besar itu. Namun bukannya langsung tidur, ia malah kepikiran dengan apa yang baru saja ia dengar. Kinan berpikir keras tentang kejadian yang baru saja ia alami.

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh Penulis Gabut

Selebihnya

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku