Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Mengandung Benih Sang Pewaris

Mengandung Benih Sang Pewaris

Farasha

5.0
Komentar
595
Penayangan
6
Bab

Blurb 18+ Harap bijak memilih bacaan! Nathan Narendra Alfarizi, laki-laki berusia 25 tahun yang hobi bergonta-ganti wanita. Julukan playboy telah melekat pada dirinya sejak laki-laki itu remaja. Baginya wanita adalah sebuah candu yang tak pernah menjemukan untuk dihisap madunya. Namun, alam seolah menegurnya melalui peristiwa besar yang menimpa dirinya. Liburan yang ia anggap sempurna nyatanya menciptakan masalah besar baginya. Debaran jantungnya menuntun laki-laki itu pada seorang gadis yatim piatu yang hendak mengakhiri hidupnya. Dia, Mutiara Cinta, gadis berusia 20 tahun. Bagi Cinta dunia tidak pernah berlaku adil padanya sejak ia terlahir di dunia. Maka jalan satu-satunya adalah kembali kepada Sang Pencipta. Mungkinkah pertemuan tak disengaja itu berakhir dengan cinta ataukah hanya dijadikan kenangan semata?

Bab 1 Perfect Holliday

"Shit!" Umpat seorang laki-laki yang saat ini tengah berselancar kala dari kejauhan netranya menangkap sesosok gadis yang ia yakini berniat akan mengakhiri hidupnya. Gadis itu berjalan ke tengah laut dengan pandangan kosong.

Gegas ia menjalankan papan selancarnya melawan arus demi bisa menjangkau gadis itu. Namun sesampainya di sana gadis itu menghilang terbawa arus. Nathan, panggilan laki-laki itu sejak ia dilahirkan ke dunia. laki-laki dengan sejuta pesona yang berhasil menobatkan dirinya sebagai playboy kelas atas itu tak mungkin membiarkan seorang gadis mati bunuh diri di hadapannya. Nathan segera berenang dan menangkap tubuh gadis itu dan membawanya ke tepi pantai. Syukur gadis itu terselamatkan dengan tepat waktu. Nathan segera memberikan pertolongan pertama dengan memberikan napas buatan dan menekan dada gadis itu secara bergantian hingga gadis itu terbatuk-batuk. Gegas Nathan memiringkan kepala gadis itu agar lebih mudah untuk memuntahkan air dari dalam tubuhnya.

"Kenapa kamu menolongku? Biarkan aku mati saja," lirih gadis itu yang masih berbaring dalam pangkuan Nathan. Nathan bisa melihat dengan jelas kulit putih bersih bagaikan kapas itu berubah menjadi kemerahan.

"Gila ya kamu. Enak bener ingin mati!" tegur Nathan dengan tatapan tak percaya. "Kamu pikir dengan mati semua masalah kamu bakalan selesai begitu saja hah? Tidak!" ucap Nathan dengan geram tertahan.

Tanpa pikir panjang Nathan mengangkat tubuh gadis itu. "Eh Mas Mas aku mau dibawa ke mana ini?" Gadis itu memberontak meminta turun dari gendongan Nathan dengan sisa tenaganya.

Nathan tak menjawab, laki-laki itu terus saja melangkah menuju salah satu villa milik keluarganya. Tentu saja Nathan tidak berani membawa gadis itu ke resort yang ditinggalinya saat ini. Jika itu sampai ia lakukan maka sudah dipastikan hukumannya akan diperpanjang lagi dan Nathan tidak mau hal itu sampai terjadi. Dirinya sudah sangat merindukan keluarganya. Merindukan mereka dan tempat kelahirannya, Yogyakarta.

Gadis itu hanya bisa pasrah saat usahanya untuk melepaskan diri percuma. Tenaganya tentu saja tak sebanding dengan laki-laki yang saat ini menggendongnya. Kini yang bisa gadis itu lakukan hanyalah mengagumi laki-laki yang sialnya memiliki wajah yang sangat tampan. Tak hanya wajah Nathan yang saat ini memanjakan matanya. Pandangan gadis itu mulai menurun ke arah dada bidang dengan bentuk kotak-kotak yang tampak menggoda untuk disentuhnya. Jemarinya pun tiba-tiba terasa gatal karena ingin bermain-main di sana. Ditambah kulit eksotik mengkilat karena diterpa terik mentari itu juga semakin membuat Nathan terlihat seksi di mata gadis itu.

Tanpa terasa mereka telah sampai di depan sebuah villa yang cukup sepi. Menyadari gadis itu tengah memperhatikannya Nathan lantas membuka kata.

"Aku tahu aku tampan. Jadi tolong jangan melihatku seperti itu jika tidak ingin menjadi teman bermainku," ucap Nathan dengan santai yang sukses membuat gadis itu salah tingkah dengan pipi bersemu merah.

Gadis itu menelan saliva dengan keras saat tertangkap basah tengah mengagumi Nathan. Tapi gadis itu lebih memilih diam, mencoba mencerna semua kalimat yang telah dilontarkan oleh laki-laki yang telah menolong hidupnya tersebut. Melihat ekspresi bingung gadis itu Nathan tergelak lalu kembali berkata-kata, "Sudah lebih dua bulan aku tidak berkencan. Jadi jangan memancingku," peringat Nathan dengan menyeringai yang sontak membuat gadis itu terkesiap.

"Turunkan aku!" Pekik gadis itu yang langsung disetujui oleh Nathan.

Saat bersamaan datanglah seorang pegawai perempuan villa memberikan kunci pada Nathan. Setelah mendapatkan kunci itu pegawai tersebut bergegas pergi.

"Katakan siapa nama kamu?" tanya Nathan yang saat ini sudah berada di dalam kamar bersama gadis itu. Tak mendapatkan balasan seketika membuat Nathan kesal. Tanpa aba-aba Nathan langsung saja menggendong dan membawa tubuh gadis itu masuk ke dalam kamar mandi.

"Lepasin!" Teriak gadis itu sembari memukul-mukul punggung telanjang Nathan. Posisinya saat ini tentu saja membuat kepala gadis itu merasa pusing. Dengan pandangan langsung ke bawah membuatnya memilih memejamkan mata dengan rapat.

"Bersihkan tubuhmu. Sebentar lagi akan ada seseorang yang akan mengantarkan pakaian bersih untukmu!" jawab Nathan setelah menurunkan tubuh gadis itu tanpa memperdulikan bagaimana gadis itu dengan bersusah payah menyeimbangkan tubuhnya saat berdiri di bawah shower.

Nathan segera memutar kran shower. Seketika Nathan tertegun saat melihat bagaimana lekukan indah tubuh gadis itu terpampang nyata di hadapannya. Dengan jelas Nathan bisa melihat sepasang underwear berwarna pink di balik dress tipis berwarna putih yang dikenakan gadis itu. Menyadari arah tatapan Nathan pada tubuhnya membuat gadis itu segera menutupi tubuhnya dengan kedua tangan menyilang.

"Jangan lihat-lihat!" peringat gadis itu dengan tatapan tajam.

"Mau mandi bersama?" tawar Nathan dengan menyeringai. Sontak gadis itu bergidik ngeri lalu mendorong tubuh Nathan untuk ke luar dari kamar mandi. Namun tubuh Nathan tetap bergeming di tempat dengan tak sedetikpun melewatkan pemandangan super indah di hadapannya.

"Ke luar! aku mau mandi," ucap gadis itu dengan kesal.

"Aku tidak akan pergi. Bahkan melihatmu mandi pun aku tidak keberatan sama sekali," goda Nathan semakin gencar. Nathan seolah mendapatkan mainan baru yang benar-benar spesial kali ini. Sejenak Nathan terdiam, memikirkan panggilan spesial untuk gadis berkulit putih layaknya susu itu.

"Katakan! siapa nama kamu Snow White?" tanya Nathan dengan panggilan yang menurutnya sesuai untuk gadis berkulit putih di hadapannya sembari menatap kulit bagian leher gadis itu yang terlihat sangat putih, bersih, dan mulus. Menjejakkan beberapa tanda merah di sana sepertinya sangat menarik.

Netra Nathan mulai liar menelisik semua yang ada pada diri gadis di hadapannya. Sempurna. Gadis itu memiliki apa yang menjadi kriteria wanita idaman Nathan selama ini.

"Namaku Cinta," jawab gadis itu dengan cepat lalu mendorong tubuh Nathan agar ke luar dari kamar mandi.

Di balik pintu kamar mandi Nathan tersenyum lebar lalu dengan santainya berjalan ke luar dari kamar sembari bergumam, "Perfect holiday with Snow White."

Cinta yang saat ini berada di bawah pancuran air shower hanya bisa terdiam. Merenungkan apa yang saat ini tengah terjadi padanya. Bagaimana mungkin dirinya yang berniat ingin membebaskan diri dari semua masalah hidupnya kini justru terperangkap dalam pesona laki-laki asing yang baru dikenalnya beberapa menit lalu. Laki-laki yang dengan jelas menunjukkan sikap seorang playboy. Sialnya, Cinta sampai melupakan rasa sakit karena patah hatinya.

Gegas Cinta menyelesaikan ritual mandi dengan cepat. Setelah mematikan shower Cinta segera ke luar dari partisi shower dan mencari tempat dimana biasa handuk tersedia. Sembari mengenakan jubah mandi Cinta mengedarkan pandangan ke seluruh sudut kamar mandi villa yang mewah itu. Cinta memang hidup dari keluarga menengah ke bawah tapi selama bekerja di hotel dirinya sudah beberapa kali ke luar masuk kamar hotel berkelas. Jadi Cinta tidak begitu heran dengan segala fasilitas mewah di kamar yang saat ini ditempatinya. Justru saat ini dirinya sedang didera oleh rasa penasaran dengan sosok laki-laki bernama Nathan yang tadi menolongnya.

Benarkah laki-laki itu adalah pangeran tampan berkuda putih yang selama ini diimpikannya?

Ting... Suara bel kamar seketika berhasil membuyarkan khayalan Cinta. Gadis itu segera mengikat tali jubah mandi yang dikenakannya lalu membungkus rambut panjangnya dengan handuk. Lantas Cinta segera membuka pintu kamar.

"Selamat siang Nona?" sapa seorang laki-laki muda seumuran dirinya berpakaian santai berdiri di depan pintu dengan membawa sebuah paper bag di tangannya.

"Siang, Anda siapa ya?" balas Cinta sembari melayangkan pertanyaan dengan tatapan bingung.

"Maaf, saya hanya diperintahkan untuk mengantarkan ini dari Tuan Nathan," jawab laki-laki itu dengan sopan seraya menyerahkan paper bag tersebut kepada Cinta lalu bergegas pergi.

Cinta segera membuka isi paper bag tersebut. Mengeluarkan semua isinya di atas ranjang. Seketika Cinta tercengang saat mendapati dress beserta underwear lengkap di sana. Cinta mengecek size pada dress bermotif floral itu dengan rasa tak percaya karena memang sesuai dengan size pakaian yang biasa dikenakannya. Lalu ditambah lagi dengan kejutan baru saat melihat size pakaian dalam berwarna hitam di tangannya tersebut.

"36B dan L," gumam Cinta sembari mengangkat underwear model G-string itu dengan tatapan tak percaya. Dari bahan kainnya saja Cinta bisa menebak jika seperangkat pakaian itu berharga mahal.

"Kok dia bisa tahu ukuran pakaianku?" ujar Cinta lagi dengan perasaan masih tak percaya.

Dengan wajah yang terasa panas Cinta mulai mengenakan pakaian dalam itu. Seumur hidup dirinya belum pernah memakai underwear dengan model yang menurutnya cukup aneh tersebut. Tapi tidak ada pilihan lain lagi bagi Cinta selain mengenakan itu semua. Tidak mungkinkan dirinya kembali ke hotelnya hanya dengan mengenakan jubah mandi?

Cinta mematut dirinya di balik cermin. Seketika senyuman di bibirnya merekah kala melihat penampilan dirinya yang terlihat jauh berbeda. Cinta mulai memperhatikan setiap detail dress mahal yang tampak pas dengan tubuhnya tersebut. Ini adalah dress tercantik dan termahal yang pernah melekat di tubuhnya. Namun kekaguman Cinta harus segera diakhiri saat bel kamarnya kembali berdering. Gegas Cinta melangkah menuju pintu untuk melihat siapa yang datang.

Lagi-lagi Cinta dibuat terkejut dengan sosok yang saat ini berdiri di ambang pintu dengan seringai menggoda.

"Hai my princess Snow White?" sapa laki-laki bernetra hazel tersebut sembari menatap Cinta dari ujung kaki hingga ujung kepala lalu kembali berkata-kata," You're Perfect."

Tanpa menunggu izin dari Cinta, Nathan melenggang masuk begitu saja. Dengan geram tertahan Cinta berbalik badan dan menatap laki-laki tampan yang juga sangat menyebalkan di hadapannya tersebut.

"Kamu dukun ya?" tanya Cinta yang sukses membuat sepasang alis tebal milik Nathan bertaut. "Dari mana kamu tahu ukuran pakaian dan...," sahut Cinta lagi tanpa berani melanjutkan kalimatnya. Tentu saja Cinta sangat malu jika sampai menyebutkan ukuran pakaian dalamnya pada laki-laki asing yang baru dikenalnya.

Tawa Nathan seketika berderai memenuhi kamar. Laki-laki itu melangkah demi memupus jarak di antara mereka. Sekarang posisi mereka saling berhadapan dengan jarak yang sangat dekat. Bahkan Cinta bisa merasakan hembusan napas hangat beraroma mint dari mulut Nathan. Nathan menyentuh ujung rambut basah Cinta lalu memainkannya. Nathan begitu menikmati saat warna jingga mulai menyemai dari wajah lalu menjalar ke leher putih milik Cinta.

"Hanya dengan melihat saja aku sudah pasti tahu ukuran pakaian perempuan yang ku kencani," ucap Nathan dengan menyeringai sembari memaku sepasang bola mata cantik di hadapannya. "Bahkan ukuran pakaian dalamnya saja aku sudah bisa memastikan," sambung Nathan lalu menjauh dari tubuh Cinta saat merasakan gejolak dalam dirinya.

"Lalu kamu mau apa dariku? apa aku harus membalas budi karena kamu telah menyelamatkan nyawaku?" ucap Cinta setelah meneguk salivanya dengan keras. Bahkan kini Cinta seolah bisa mendengar debaran jantungnya sendiri yang bekerja tak normal. "Jika itu alasannya kamu sendiri yang salah. Karena aku tidak mengharapkan pertolongan dari siapapun," tegas Cinta sembari membalas tatapan Nathan.

"Nothing!" singkat Nathan lalu duduk di tepian ranjang dengan tawa kembali berderai.

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh Farasha

Selebihnya

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku