Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Bukan Cuma Rommate

Bukan Cuma Rommate

Rucaramia

5.0
Komentar
7.2K
Penayangan
81
Bab

Warning!!! 🔞🔞🔞+ Gyda itu hot babes, gadis pesta dan ekstrovert penuh energi. Lain halnya dengan Delmar si pemalas dan Introvert akut yang lebih suka mengisolasi diri. Gyda peduli terhadap penampilan dan memastikan harus selalu rapi sedangkan Delmar tidak mau repot untuk peduli. Gyda menyukai pemuda tampan, seksi, popular, dan selalu punya daftar tersendiri dalam mengurutkan para pria yang bisa dia kencani. Tapi Delmar? Jangankan membuat daftar, berhadapan dengan perempuan saja dia saja malas apalagi berinteraksi. Bagaiamana bila kedua orang yang berbeda kepribadian ini disatukan dalam satu ruangan yang sama. Menjadi roommate dan akan tetap begitu selamanya. Gyda percaya diri tidak akan jatuh cinta pada Delmar karena pemuda itu bukan tipenya. Tapi siapa sangka kalau Gyda justru terkena karma-nya perkataannya sendiri.

Bab 1 My New Rommate

"Bangsat! Memang dasar jantan keparat!" Suara menggelegar terdengar dari salah satu apartment yang posisinya berada di pojok.

"Ini tidak seperti yang-"

"Sudahlah cukup! aku muak terus mendengar alasan dan memberimu kesempatan. Apalagi dengan narasi yang sama. Ini sudah tidak bisa ku beri kelonggaran lagi. Kau menghianati aku!" Dengan cepat Gyda memotong perkataan kekasihnya dengan berteriak keras. Perempuan itu sekarang sungguh tidak peduli bila di cap sebagai orang gila yang kalap. Dia benar-benar tidak mau tahu pendapat orang lain, yang dia fokuskan sekarang adalah mengeluarkan emosinya. Pacarnya ketahuan berselingkuh, dan itu cukup untuk menarik pelatuk kemarahanya. Tiada maaf lagi.

"Ini terlalu mengerikan! Dari sekian banyak manusia di muka bumi kenapa harus dengan laki-laki ha? Apa selama ini kau jadikan aku sebagai penutup aibmu? damn it!"

Gyda benar-benar tidak tahu harus bagaimana sekarang. Air matanya mengabur, rasa sakit terlalu dalam melihat kekasihnya dan seorang pria berdua di tempat dimana mereka selalu menghabiskan waktu bersama. Pria yang Gyda ketahui sebagai selingkuhan kekasihnya itu hanya bisa menatap lantai.

"Kau menjijikan, kau yang terburuk," ujar Gyda lagi, suaranya serak dan bergetar. Tangis dan luka membuat dia tidak sanggup lagi menatap mereka berdua. Mengamuk seperti ini nyatanya tidak membuat suasana hatinya membaik. Dia tetap merasa sakit.

"Sayangku...," bujuk kekasihnya seraya berdiri dan mencoba menyentuhnya. Dia mungkin berpikir dapat meruntuhkan ego si gadis sehingga hubungan mereka bisa kembali terjalin baik dan Gyda bisa melupakan kejadian ini secara utuh tanpa di ungkit-ungkit lagi. Tapi mana bisa begitu bukan?

"Sayangku? Shit! Masih berani kau menyebutku begitu?!" Bukannya memadamkan kemarahan, sebutan yang selalu membuat si gadis tersipu itu kini justru malah membuat Gyda berteriak makin kesetanan. Memikirkan ada pria lain yang kekasihnya panggil dengan sebutan yang sama membuat isi kepalanya nyaris meledak.

"Fuck!" Gyda kemudian mengambil sebuah tas koper besar terdekat dengan kasar, lalu mengepak seluruh barangnya ke dalam sana tanpa harus mempertimbangkan kerapihan. Emosi sudah terlalu banyak menumpuk. Tidak sudi lagi dia tinggal di tempat ini bersama seorang pria yang bahkan barangkali sejak awal tidak tertarik padanya secara seksual.

"Ini akhir dari hubungan kita! Fuck you brat! I hate you!" Teriak Gyda untuk yang terakhir kali sebelum membanting pintu apartment mereka dengan keras. Ya, itu adalah akhir dari sempurna untuk drama ini, sandiwara diantara mereka sudah usai. Gyda menyudahi perannya sebagai kekasih baik yang toleran mulai hari ini.

Gadis itu kemudian menyeret kopernya dengan langkah yang panjang. Dia bahkan tidak punya pengharapan bahwa kekasihnya akan mengejarnya dan meminta maaf seperti drama televisi. Ah, tidak! si bangsat itu bukan lagi kekasihnya sekarang. Tangisnya pecah seiring langkah yang dia ambil sepanjang jalan. Tidak peduli dia disorot orang, tidak peduli bahwa dia jadi terlalu menarik perhatian. Yang dia tahu saat ini hatinya sedang sakit.

Berjalan lurus tanpa arah tujuan seperti orang linglung, sedikit demi sedikit membuat kewarasan Gyda kembali pada tempatnya. Gadis itu mengusap air matanya dan melirik kesana kemari. Dia harus bangkit, tidak ada gunanya bersedih dan menangisi laki-laki macam mantannya itu. Memang dasar Gyda si tolol, dulu karena cintanya terlalu buta dia sampai rela ikut kekasihnya ke tempat antah berantah dan sekarang setelah putus dia justru bingung harus kemana.

"Harus kemana aku sekarang?"

Dia meraih ponselnya, disitu ada satu kontak bernama Livia yang bisa dia andalkan karena kebetulan temannya itu tinggal di daerah yang sama. Tapi kemudian dia mengurungkannya. Dia ingat sahabat karibnya itu juga tinggal bersama dengan pacarnya. Meskipun Livia akan menerimanya dengan tangan terbuka, tapi pacarnya pasti tidak akan setuju karena kehadiran Gyda akan menganggu aktivitas malam panas mereka. Dia sangat tahu perangai Jhonatan (pacar Livia). Pria berdarah panas yang adalah teman SMA-nya itu pasti akan mengusir Gyda mentah-mentah jika dia tahu kalau Gyda meminta tinggal di rumah kekasihnya.

Mengurungkan niat menumpang, sesaat pandangannya malah tertumbuk pada satu hotel yang kira-kira berjarak hanya tiga meter dari tempatnya berdiri. Namun Gyda cukup tahu diri dengan keadaan dompetnya yang tidak mencukupi. Biaya menginap satu malam sama dengan biaya hidup satu minggu. Bukannya pelit, tapi Gyda tahu batas mana yang lebih penting dan harus di prioritaskan dan mana yang tidak. Alhasil dia berjalan terus tanpa tujuan. Berharap ada sedikit keajaiban dan pertolongan dari Tuhan kepada dia yang baru saja di sakiti oleh kekasihnya.

Notifikasi getaran.

Gyda sempat terperanjat melirik ke arah ponselnya. Sesaat dia berpikir bahwa barangkali itu pesan dari kekasihnya dan dia mungkin mau mengejar dan mencarinya. Jika dia melakukan itu Gyda mungkin akan pertimbangkan kembali untuk hubungan mereka. Namun naasnya, bukan itu yang dia temukan melainkan sebuah postingan antah berantah yang tidak relevan. Gyda hampir saja menutup ponselnya sebelum matanya menangkap tulisan yang dia harapkan. Teman sekamar?

***

Delmar saat ini sangat membutuhkan seseorang untuk jadi teman sekamarnya. Hal itu karena patner lamanya baru saja pindah dari apartment dua kamar yang dia tempati sejak satu pekan lalu. Selama itu pula Delmar merasa bahwa dia menjadi pria paling kesepian seantero alam semesta. Dia butuh seseorang untuk mengisi kekosongan yang ada. Lebih tepatnya kamar kosong yang di tinggalkan mantan teman sekamarnya sekaligus membagi dua uang sewa.

Kalau bisa dan kalau beruntung sebetulnya di lebih membutuhkan seseorang untuk berbagi tugas melakukan pekerjaan rumah. Karena Delmar adalah tipe yang akan membiarkan apapun yang telah dia sentuh tidak akan berpindah dari tempatnya meskipun telah satu bulan berlalu. Dia orang yang ya, hanya pemalas. Itu saja.

Setelah sepekan dia membiarkan keadaan rumah berantakan, hari ini dia menyadari betapa pentingnya sang patner. Absennya pemuda itu membuat dia harus berkeringat di hari minggu dan Delmar benci itu. Alhasil ide gila mampir ke otaknya. Secara spontan dia memposting sebuah tulisan singkat bertuliskan di cari teman sekamar di media sosial.

Dari sekian jam dia memposting tulisan tersebut hanya ada satu yang berkomentar dan meminta alamat. Akhirnya tanpa pikir panjang Delmar memberikan alamatnya tanpa perlu banyak drama. Setelah itu, kesadarannya di renggut paksa oleh kantuk dan pemuda itu tertidur lelap begitu saja.

Ketukan satu, dua, tiga, lalu berulang terus menerus memaksa pria itu membuka mata dari tidur siangnya yang berharga.

Dia sempat berpikir barangkali tetangga sebelahnya sedang merenovasi, tapi dia ingat bahwa pengisi apartment ini bukanlah keluarga kecil yang perlu merenovasi ruangan untuk lebih nyaman. Karena itulah Delmar harus rela meninggalkan pembaringan tercinta untuk maju menghadap tamu yang entah siapa dengan sangat tidak sopannya membangunkan dengan cara mengetuk pintu keras-keras seperti si penagih hutang.

Delmar bahkan tidak repot-repot membetulkan kemejanya yang kusut atau bahkan kunciran rambutnya yang sudah longgar karena tergesek saat tidur. Dia sama sekali tidak peduli pada penampilan. Lagipula ini rumahnya, dan tidak mungkin ada malaikat yang datang sendiri ke kediamannya bukan? Lebih tepatnya dia tidak pernah memasukan mahluk berjenis kelamin perempuan ke dalam kediamannya.

"Ya? Sebentar." Delmar menguap seraya berjalan malas ke arah pintu.

Setelah membukanya, kini kedua matanya berkedut. Dia baru saja berpikir tentang adanya malaikat datang ke rumahnya beberapa saat lalu dan apakah itu benar-benar betulan terjadi sekarang?

Matanya menangkap eksistensi seorang gadis super seksi didepan pintunya. Dia lebih mirip super model kesasar dengan penampilannya. Rambut panjang yang diikat ponytail setinggi penyanyi kenamaan Ariana Grande, matanya berwarna biru dengan kulitnya yang putih. Perempuan itu memiliki tinggi hampir menyamai dirinya.

Delmar sempat melirik ke bawah, dan barulah dia sadar penyebab perempuan itu bisa sejajar dengannya. Si gadis mengenakan sebuah high heels yang Delmar perkirakan setinggi tiga setengah inchi, sialnya itu sangat cocok pada kakinya yang jenjang sehingga membuat perempuan itu memiliki performa penampilan yang berkelas.

Dia benar-benar definisi malaikat. Apalagi saat dia mengulas senyuman cerah yang Delmar perkirakan adalah karunia Tuhan yang paling perempuan itu andalkan.

Delmar membuang wajah, sangat takut tiba-tiba bila salah tingkah atau terpesona. Lebih tepatnya itu adalah upaya terbaik yang bisa dia lakukan untuk mendistraksi pikirannya dari hal yang tidak-tidak. "Apa yang kau inginkan?"

Si gadis tiba-tiba langsung mendorong ponsel pintar ke depan muka Delmar. Pemuda itu langsung menyadari bahwa itu adalah room chat-nya dengan orang antah berantah beberapa saat lalu sebelum dia tertidur. Delmar mendesah lelah.

"Kita sudah berbincang banyak di chat ini, aku kemari untuk memperkenalkan diriku secara nyata," katanya dengan sangat ringan tanpa beban. Delmar bersumpah bahwa suaranya lebih terdengar bak denting lonceng surga. Tapi bukan Delmar namanya bila dia terang-terangan memperlihatkan apa yang dia rasakan di lubuk hati.

Delmar memasang wajah bosan andalannya sebelum berani menjawab ujaran kasual perempuan itu.

Apakah ini sebuah acara televisi seperti prank atau semacamnya? Jika dia membiarkan perempuan itu masuk dengan mudah apa akhirnya dia akan di tampar dan dianggap mesum? Delmar mempertimbangkan seluruh moralitas yang ada di kepala. Tapi terlalu banyak berpikir justru malah melahirkan dua kata singkat sebagai jawaban.

"Ya, lalu?" Delmar tahu bahwa suaranya terdengar sangat datar dan membosankan saat itu.

Tapi bukannya merasa tersinggung, anehnya perempuan itu justru tersenyum lagi bahkan lebih cerah dari sebelumnya sebelum mengujar pada Delmar, "Aku ingin mengisi posisi itu, kamar sebelahmu masih kosong kan?"

Tidak! bahkan meski Delmar telah cukup tidur siang, dia mulai merasa kelelahan lagi menghadapi realita ini. Memang betul bahwa saat ini dia sangat membutuhkan teman sekamar. Tapi bukan begini, bukan seorang perempuan!

Dia tidak terlalu suka berurusan dengan perempuan.

"Kenapa diam saja. Aku yakin masih kosong kan? jelas-jelas kau bilang hanya aku yang menghubungi setelah kau mempostingnya. Dan aku kemari hanya dalam waktu lima belas menit."

Delmar seharusnya dengan jelas menuliskan : dicari teman sekamar PRIA! di postingannya lalu.

Kalau sudah begini bagaimana baiknya?

"Aku di terima jadi teman sekamarmu kan, umm... Delmar?"

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh Rucaramia

Selebihnya

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku