Nina terjebak melewati One Night Stand bersama dengan seorang bintang terkenal bernama Liam, salah satu member boy grup yang terkenal dan menjadi seorang aktor papan atas. Nina tidak ingin idola-nya terjebak skandal mencoba melarikan diri dari hubungan yang terjadi diantara mereka berdua. Sayangnya, Liam tidak melepaskan Nina dengan mudah, bahkan takdir membawa Nina ke sisi Liam, menjadi back dancer Liam di salah satu project Liam bersama boy grup-nya. Kebersamaan Liam dan Nina, membuat Nina dan Liam menjalin kisah cinta sembunyi-sembunyi yang menggelora. Akankah Liam mempertahankan Nina dan impiannya?
Detak jantung Nina tak karuan, Stela memberikan kabar yang membuat Nina hilang akal untuk beberapa saat. Nina bergerak layaknya setrika listrik, membuat Stela menatap sahabatnya yang tampak aneh ketika dia mengabarkan berita gembira 5 menit yang lalu,
"Lo baik-baik aja?" tanya Stela yang melihat Nina tampak tak bahagia dengan keputusannya.
"Hm,"
"Bukannya lo senang? Kita bisa jadi back dancer boy grup yang terkenal itu? tanya Stela lagi,
"Iya, tapi-,"
"Nina, kita bisa ikut terkenal tau!" potong Stela yang tidak menerima argumen apapun selain persetujuan Nina,
"Hm," sahut Nina pasrah,
"Lo aneh!" maki Stela yang melihat Nina tidak seperti biasanya,
"Stela, gue mundur aja deh. Masih ada anak lain kan? Gue gak tertarik. Sungguh," kata Nina yang menggenggam tangan sahabatnya.
"Lo gila?" Stela memaki kebodohan sahabatnya yang ingin melepaskan kesempatan emas yang susah payah Stela dapatkan untuk Nina dan teamnya.
"Gue waras!" kata Nina yang menghempaskan tangan Nina yang menyebut dirinya gila. Nina tidak ingin bertemu dengan pria itu. Pria yang merenggut kegadisannya. Ya, walaupun itu tidak sengaja. Tapi, Nina tidak ingin berhubungan dengan pria itu. Nina tidak mau kebaikannya membuat pria itu salah paham dan berimbas pada karirnya sebagai back dancer.
"Na, lo kenapa sih? Pulang dari bar Celion, lo jadi aneh. Bahkan lo jarang keluar dari kamar. Ada kejadian yang gue gak tau?" tanya Stel yang menyelidiki hal disembunyikan Nina.
Nina menggelengkan kepala. Nina tidak ingin membuat sahabatnya banyak pikiran,
"Aku baik-baik saja, kemaren aku lagi mager aja."dusta Nina,
"Oh, bagus," sahut Stela puas.
Nina mencoba tersenyum, dia tidak ingin Stela khawatir dengan dirinya."Oh iya, 15 menit lagi kita ke tempat latihan. Gue dengar mereka akan ikut latihan bersama nanti,"
"Apa!" teriak Nina yang membuat Stela berjengit.
"Nina! Lo jangan bikin gue kaget, bisa?" tanya Stela yang kesal dengan apa yang dilakukan sahabatnya.
"Ke-kenapa harus latihan bersama? Bukannya kita lakukan sendiri dulu, baru setelah itu kita latihan dengan mereka?" tanya Nina panik.
"Ini konsepnya lebih ke chemistry yang kita bangun sama mereka. Bahkan kita nanti akan ada kontak fisik dan mata, bisa dibilang feelingnya harus pas. Kalo nggak, kita gak bisa kerja sama mereka. Duitnya lumayan, mereka dari agensi besar dan mereka sedang bersinar. Buat perform aman, kita pakai penutup wajah, like masker, jadi pas interaksi mata itu feel-nya dapat," jelas Stela,
"Kenapa lo gak bilang sebelumnya?" cecar Nina
"Lo lagi di dalam kamar, lo mager. Gue udah ketik pintu kamar lo sampai tangan gue kebas. Paham lo!" omel Stela yang mmembuat Nina merasa bersalah,
"Oh." Nina tidak punya pilihan lain, selain menerima keputusan Stela yang secara tidak langsung telah Nina setujui. Stela menghela nafas panjang, dia tidak mengerti apa yang terjadi dengan Nina sahabatnya. Seharusnya Nina tidak seperti ini, Nina sangat profesional dan tidak pernah mengeluh.
**
Pintu ruangan latihan mereka terbuka, tampak 7 pria tampan sedang duduk di kursi bersama manajer mereka. Stela menghampir Bian yang tak lain adalah sepupunya,
"Kak Stela!" sapa Bian yang merupakan anggota Zeus,
"Tsk, kenapa kamu semakin tinggi dan tampan," cibir Stella,
"Aku memang tampan," ungkap Bian pongah, Stela memperkenalkan teman-temannya pada Bian Cs, namun Stela tidak menemukan Nina di antara teman-temannya itu. Bian menatap Stela yang tampakmencari seseorang ditengah kerumunan teman-temannya,
"Kenapa Kak?" tanya Bian yang melihat raut bingung,
"Teman aku kurang satu," jawab Stela jujur,
"Maksudnya, kakak kurang anggota?" tanya Bian yang mencoba menebak kegelisahan Stela,
"Bukan, tadi dia ada. Maybe masih di toilet." jawab Stela yang menenangkan Bian Cs,
Tepat ketika Stela mengatakan hal itu, Nina masuk dengan menggunakan hodie di kepalanya, lengkap dengan masker yang menutupi sebagian wajahnya.
"Nina!" panggil Stela membuat langkah Nina tehenti dan mau tidak mau mendekat ke arah Stela,
"Iya, Stel" sahut Nina yang mencoba menutupi rasa gugup di dalam hatinya.
"Sini!" panggil Stela yang ingin Nina lebih mendekat ke arahnya, Nina menghampiri Stela," kenalkan, team aku, Nina." kata Stela yang membuat Nina dan Liam berhadapan. Mata tajam itu menatap Nina lama.
DEG!
Detak jantung Nina seperti berenti, ketika dia bertatapan dengan Liam. Pria yang menjadi partner ONS-nya malam itu, lebih tepat lagi jika dikatakan pria yang diselamatkan karena mendapatkan hadiah aprosidiak dari sahabatnya.
"Apa kita bisa mulai latihannya?" tanya Stela yang mendapatkan anggukan dari setiap anggota Zeus dan rekannya.Mereka melihat gerakan yang akan dilakukan dalam sebuah layar protektor, ntah mengapa Nina merasa punggungnya sedang ditatap oleh seseorang dengan tajam. Nina mengabaikan hal itu, dia tidak ingin Liam menyadari kehadirannya di sana.
Setelah melewati beberapa latihan, Bian dan teman-temannya bisa memilih partner mereka, Liam mendapatkan urutan pertama untuk memilih partner,
"Aku ingin dia jadi partner aku," tunjuk Liam yang mendapat kesempatan pertama untuk memilih back dancer, tentu saja hal itu membuat back dancer yang lain tampak kecewa ketika Liam memutuskan untuk menjadikan Nina partner. Nina berniat untuk menolak, namun hal itu dipatahkan oleh Stela.
"Good! Pilihan yang bagus, kamu sangat jeli, Liam" puji Stela yang membuat Liam menatap Nina.
"Bagaimana kalau kita coba gerakannya langsung, kita harus membangun chemistry dengan baik." kata Stela yang mendapatkan persetujuan dari semua pihak.Lagu berputar. Nina melakukannya dengan profesional, Nina yakin, Liam tidak akan mengenalinya. Bukankah, sejauh ini Liam tidak bereaksi apapun? Ya, Nina harap begitu.
Nina kembali ke ruang latihan, ponselnya tertinggal ketika dia mengambil minum di meja. Nina segera mengambil ponselnya, dan ketika dia berbalik arah, dia melihat Liam di hadapannya. Darah di dalam tubuh Nina seakan berhenti mengalir, tatapan Liam tajam, seperti sedang menelanjangi Nina.
"Permisi, aku mau lewat," kata Nina,
"Apa kamu sengaja berlagak kita tidak saling mengenal?" cibir Liam membuat Nina membeo,
"Ha?"
"Tsk, akting kamu buruk!" sindir Liam.
Nina meremas tangannya kuat, dia tidak ingin terpancing dengan ucapan Liam.
"Apa kamu mencari sesuatu? Atau ada barang kamu yang tertinggal? " tanya Nina mengalihkan pembicaraan,
"Hm," sahut Liam pendek, Nina tersenyum dan mencoba bersikap baik-baik saja,
"Apa? Mungkin aku bisa bantu?" tanya Nina dengan detak jantungnya yang tak karuan.
"Kamu," jawab Liam yang membuat Nina membeku. Nina mencoba mengklarifikasi pendengarannya yang bisa saja salah,
"Sepertinya kamu sedang melucu, aku pergi!" kata Nina yang merasa terancam dengan apa yang terjadi selanjutnya, Nina tidak inin terlibat lagi dengan Liam. Sayangnya, Liam menahan tangan Nina dan menghimpit tubuh Nina ke arah tembok, membuat sang empunya tubuh panik.
"He-hei! Apa yang kamu lakukan?" tanya Nina yang semakin panik dengan apa yang Liam lakukan, jika ada seseorang yang melihat mereka berdua melakukan hal ini, bisa runyam urusannya.
"Aku sedang membantu kamu untuk mengingat aku," jawab Liam santai sembari menatap netra Nina tajam.
"Oh," sahut Nina pendek,"eh, apa?" tanya Nia yang sadar akan kebodohannya sendiri.
Liam membuka masker Nina secara paksa, membuat Nina terkejut dan menatap Liam nyalang. Liam tersenyum dan melumat bibir Nina, Nina mengatupkan bibirnya, namun Liam mengigit bibir Nina dan membuat Nina membuka bibirnya. Liam membuat lidahnya menerobos mulut Nina. Liam mulai kehilangan akal, dia telah menemukan wanita yang dia cari.Liam melepaskan tautan bibir mereka berdua, membuat Nina menghirup oksigen dengan rakus.
"Kamu gila?" tanya Nina yang kesal dengan perbuatan Liam.
"Kamu yang membuat aku gila? Kamu menghilang begitu saja pagi itu!" ucap Liam yang tidak menutupi kekesalannya lagi,
"Tsk, apa kamu pikir aku yang menjebak kamu malam itu? Aku hanya membantu kamu untuk tidak dilecehkan, tapi kamu malah menuduhku seperti itu," jelas Nina yang mencoba meluruskan kesalahpahaman yang terjadi diantara mereka berdua,
"Aku tau," sahut Liam,
"Lalu kenapa kamu perlakukan aku seperti ini?" tanya Nina yang membelalakkan kedua matanya,
"Kamu bodoh?" tanya Liam yang memaki Nina tanpa alasan, dan membuat Nina berang dengan apa yang Liam katakan,
"Astaga! Kenapa kamu selalu mengatakan hal buruk kepadaku?"
"Aku tidak mempermasalahkan apa yang akan mereka lakukan, yang aku permasalahkan, kenapa kamu rela melepas keperawanan kamu untuk menolong aku? Bukankah itu sangat keterlaluan?"ungkap Liam yang merasa apa yang dilakukan Nina sangat merugikan Nina,
"Apa?" tanya Nina,
"Kamu pikir aku bodoh?"
"Tapi,-"
"Apa kamu fans aku?" tanya Liam yang membuat Nina menggelengkan kepala,
"Bukan seperti itu, aku hanya ingin membantu kamu. Aku tidak mungkin membawa kamu ke tempat umum, karena itu akan membuat kamu menjadi bahan berita, aku tidak tau apa yang harus aku lakukan, aku hanya bisa mencari jawabannya di internet, dan aku melakukan apa yang bisa aku lakukan untuk menyelamatkan kamu malam itu. Sungguh, aku tidak bermaksud buruk, aku janji, aku tidak akan mengatakan hal ini pada siapapun. Jadi, tolong lepaskan aku," jelas Nina dengan nada memohon, sayangnya membuat Liam tak percaya dengan apa yang dia dengar saat ini.