Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Obsesi Kencan Buta Sang Pewaris

Obsesi Kencan Buta Sang Pewaris

Roby

5.0
Komentar
Penayangan
5
Bab

Tak terduga, sikap ceria dan berani yang ditunjukkan oleh Livia selama kencan buta justru membuat Damien tertarik padanya, hingga berakhir terjebak dalam obsesi yang semakin menggila. Sialnya, Livia tanpa sengaja menghilangkan jam tangan milik Damien yang bernilai milyaran, membuat dirinya semakin terperangkap dalam kekuasaan dan permainan berbahaya pria itu. Livia yang seharusnya hanya menggantikan sahabatnya, terpaksa melanjutkan kencan buta dengan Damien Remington, pewaris tunggal keluarga konglomerat yang terkenal sangat angkuh, penuh rahasia, dan memiliki sisi kelam yang menakutkan. Kini, Livia terjerat dalam lingkaran emosi yang tak terduga, berjuang melawan keinginan dan rasa takut, berusaha keluar dari bayang-bayang obsesi Damien yang semakin mengikatnya.

Bab 1 Livia merapikan gaun hitam sederhana

Livia merapikan gaun hitam sederhana yang ia kenakan, menatap cermin dengan cemas. Tangannya sedikit gemetar, meskipun ia berusaha untuk tidak terlihat panik. Ia hanya menggantikan sahabatnya yang tak bisa datang, itu saja. Tidak lebih. Namun, mengapa semuanya terasa begitu berat? Mengapa hatinya berdebar kencang saat mengetahui siapa yang akan menunggunya di restoran itu?

Sahabatnya, Alena, yang sudah lama mengatur kencan buta ini, tiba-tiba menghubunginya dengan pesan panik. Suaminya sakit, dan ia tidak bisa pergi. Livia yang memang sering diminta menggantikan Alena dalam berbagai hal, merasa tidak enak hati menolaknya. Apalagi, kencan buta ini bukan dengan sembarang orang, tapi dengan Damien Remington-putra mahkota keluarga konglomerat Remington yang kaya raya dan terkenal angkuh, dingin, serta memiliki aura yang menakutkan.

"Ini hanya makan malam, Livia. Tidak ada yang perlu kamu khawatirkan," bisik Livia pada dirinya sendiri, mencoba menenangkan hati yang mulai tak karuan.

Namun, meskipun berusaha tenang, pikirannya tak bisa berhenti membayangkan sosok Damien. Di dunia ini, hampir semua orang mengenalnya-sebagai pewaris tunggal perusahaan keluarga yang bernilai triliunan. Semua orang berbicara tentang betapa terpeliharanya dirinya, betapa ia tidak pernah menunjukkan sisi lembut atau empati pada orang lain. Bahkan, ada desas-desus bahwa ia adalah pria yang sangat berbahaya, tak segan-segan menghancurkan siapapun yang menghalangi jalannya.

Livia tiba di restoran yang mewah, yang hanya bisa dijangkau oleh mereka yang berada di kalangan elit. Sebelum melangkah masuk, ia menarik napas panjang, berusaha menenangkan dirinya. Saat melangkah ke dalam, suasana di dalam restoran yang tenang dan penuh keanggunan seakan memanggilnya untuk melupakan kekhawatiran itu.

"Livia?"

Suara itu terdengar dingin, menggelegar di antara riuhnya percakapan di sekitar. Livia menoleh, dan langsung bertemu dengan tatapan tajam milik Damien Remington yang sedang duduk di sudut ruangan. Tubuhnya terbungkus jas hitam elegan, rambut hitamnya yang rapi membuatnya tampak sangat berkelas, namun ada sesuatu dalam sorot matanya yang membuat Livia merasa dirinya sangat kecil.

"Selamat datang," kata Damien dengan suara rendah, tak ada senyum sedikit pun di wajahnya. "Aku kira kamu tidak akan datang."

Livia tersenyum kecut, merasakan ketegangan yang semakin mencekam di udara. "Sahabatku, Alena, tidak bisa datang. Dia meminta aku menggantikannya," jawabnya, mencoba terdengar se-normal mungkin.

Damien hanya mengangguk. Ia tidak berkata banyak, hanya menunjuk kursi di depannya, menandakan agar Livia duduk.

Mereka berbicara sedikit-topik ringan yang hanya membuat Livia semakin merasa terasing. Setiap kata yang diucapkan Damien terdengar seperti perintah yang tak bisa dibantah, setiap gerakan tangannya tampak penuh kontrol, seolah dunia ini benar-benar miliknya. Tidak ada rasa hangat, hanya ketegangan yang terpendam, dan Livia bisa merasakannya dalam setiap detik pertemuan ini.

Namun, kemudian, sebuah insiden kecil mengubah segalanya.

Saat makan malam selesai, Livia tanpa sengaja menjatuhkan gelas anggur yang sebelumnya ia pegang. Tangan Damien dengan refleks cepat mengangkatnya, tapi tidak cukup untuk mencegah tumpahan anggur yang merembes ke tangan dan pergelangan tangan Damien, tempat jam tangan mahal yang melingkar di tangannya. Jam tangan itu, yang seharusnya menjadi simbol status, kini terjatuh ke meja dan tergelincir, jatuh ke lantai.

Livia terdiam, jantungnya seakan berhenti berdetak. Ia hanya bisa menatap horor jam tangan yang tampak rusak itu.

"Sial!" kata Damien, matanya kini penuh amarah yang tak bisa disembunyikan. "Jam tangan ini bernilai milyaran, Livia. Apa yang kamu lakukan?"

Kata-kata itu seperti sabetan pisau yang menusuk tepat di hati Livia. Ia menunduk, menahan diri agar tidak terlihat panik. "Aku... aku tidak sengaja," jawabnya dengan suara gemetar. "Maafkan aku."

Damien menatapnya lama, seolah sedang menimbang sesuatu dalam pikirannya. "Kamu tahu," ucapnya dengan nada datar, "setiap kesalahan ada konsekuensinya."

Livia terdiam. Dalam hati, ia hanya bisa merasakan ketakutan yang semakin mencekam. Ia baru saja terjebak dalam permainan yang sangat berbahaya, dan tampaknya, Damien tidak akan melepaskannya begitu saja.

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh Roby

Selebihnya

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku