Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Menantu Kesayangan Mama

Menantu Kesayangan Mama

Hanazawa

5.0
Komentar
387
Penayangan
3
Bab

Spin off "Arrogant Husband" Memasuki usia 30 tahun, Evan Maximilian dibuat pusing oleh perjodohan yang dilakukan oleh mamanya. Sudah ada 12 wanita yang dikenalkan padanya, tapi sama sekali tak ada yang berhasil menarik perhatian Evan. Karena satu kesalahpahaman, Evan justru harus terjebak dengan Irish, sekretarisnya sendiri-seorang janda yang seringkali menjadi fantasi liar pria mana saja yang melihatnya. Namun ternyata, dia memiliki sesuatu yang membuat Mama Laura amat menyukainya. Bagaimana Evan menghadapi dua wanita yang membuatnya sakit kepala? Bisakah dia membujuk Irish agar bekerja sama bermain drama di depan Mama Laura?

Bab 1 Sekretaris Meresahkan

Mobil Mercedes Benz Maybach S-Class warna hitam terhenti di depan gedung bertingkat bertuliskan Micro Technology. Seorang wanita paruh baya turun dan melangkah masuk menuju lobi utama perusahaan IT terbesar ketiga di Indonesia itu.

"Astaga, anak itu benar-benar tidak mengangkat teleponku," geram Laura, melihat layar ponsel dan terus melangkah. Panggilannya tak dihiraukan oleh Evan.

Kekesalannya semakin bertambah saat menyadari angka di atas lift seolah tak bergerak. Tiga detik yang terasa bagai tiga jam untuk setiap lantai yang dilewatinya.

"Apa dia benar-benar sesibuk itu sampai melewatkan kencan butanya kali ini?!"

Laura melangkah keluar sedetik setelah mendengar denting nyaring bersamaan pintu yang terbuka. Dengan tidak sabaran, dia langsung menuju ruangan di ujung koridor. Wajahnya merah padam, ingin mengomel sekarang juga.

Namun, langkahnya terhenti saat menyadari pintu ruangan anaknya tidak tertutup rapat seperti sebelumnya. Tak hanya itu, Irish-sekretaris pribadi Evan juga tak ada di mejanya, padahal ini masih jam kerja.

"Ke mana dia?" Laura membatin. Entah kenapa mulai merasa cemas. Beberapa kabar miring tentang Irish sudah sampai ke telinganya. Dia takut putra semata wayangnya tersesat dengan sang janda kembang yang mendapat julukan sekretaris meresahkan.

Dan kecurigaannya semakin bertambah saat tak mendapati Evan di mana pun. Ruangannya kosong tak berpenghuni. Hanya layar laptop yang terlihat menyala, dibiarkan stand by begitu saja. Dan matanya membulat tak percaya saat mendengar suara samar dari ruang istirahat.

"Singkirkan tangan Anda, Tuan. Saya bisa melakukannya sendiri."

Suara Irish yang lembut dan berat berhasil membuat napas Laura tercekat di tenggorokan dan mata membulat seketika. Di usianya yang tak lagi muda, berbagai pikiran buruk merasuk begitu saja ke dalam kepala. Mungkinkah anaknya memiliki hubungan tidak sehat dengan sekretaris pribadinya? Itukah alasan Evan selalu menghindari kencan buta yang telah diatur?

"Sedikit lagi masuk. Diam dan menurutlah."

"Tapi saya sudah basah, Tuan. Jangan lama-lama. Cepatlah."

"Diam. Jangan mengganggu konsentrasiku. Aku pasti bisa melakukannya," ucap Evan menggebu-gebu.

Laura hampir tidak bisa berdiri di atas kakinya sendiri saat mendengar teriakan yang keluar dari mulut putra kesayangannya. Ketakutannya sungguh menjadi nyata. Sepasang pria dan wanita di dalam ruangan tertutup, apa lagi yang bisa mereka lakukan selain menyenangkan satu sama lain?

"Jangan bergerak. Tahan sebentar, aku akan keluar."

Keringat dingin membasahi pelipis Laura bersama detak jantung yang semakin cepat. Menahan gemetar di seluruh tubuhnya, wanita itu mendekat ke arah sumber suara.

Tangan kanannya terulur, meraih handle pintu dan bersiap membukanya. Dia harus menangkap basah wanita yang memanfaatkan posisinya untuk menggoda atasannya. Trauma masa lalu membuat wanita itu jadi mudah curiga. Dia dulu diselingkuhi oleh Papa Evan yang main gila dengan sekretaris pribadinya.

"Mama?!"

Belum sempat Laura menggerakkan tangannya, pintu sudah lebih dulu terbuka. Evan muncul dari sana sambil melepas kancing kemeja. Keningnya berkerut melihat mamanya berdiri dengan wajah pucat dan berkeringat.

"Apa yang Mama lakukan di sini?"

"Tuan, cepatlah kembali. Saya tidak bisa menahannya lebih lama lagi."

Terdengar suara Irish menggema, membuat kesadaran Laura kembali.

"Ma ...."

Tanpa memedulikan panggilan Evan, Laura memasuki ruang kerja anaknya dan bergegas masuk ke kamar pribadi di belakang ruangan itu. Dia ingin menjambak rambut Irish, menyeretnya keluar dari sana dan langsung minta HRD memecat wanita tidak tahu malu itu.

Baru beberapa langkah melewati pintu, jantung Laura seolah berhenti berdetak karena mendengar Irish terus berteriak dari arah kamar mandi. Bahkan stok oksigen di paru-paru pun hilang tak bersisa, membuat dadanya sesak seketika. Dalam hitungan detik, seluruh pandangannya berubah menjadi gelap. Kemarahan yang teramat sangat membuat kepalanya pening dan telinga berdenging nyaring.

"MAMA!" Tepat sebelum tubuh Laura lunglai, Evan berhasil menangkapnya. Terlambat satu atau dua detik saja, wanita itu pasti terjerembap ke lantai.

"Irish, cepat panggilkan ambulans!"

"Tapi saluran air-"

"SEKARANG!" teriak Evan panik.

Dia berusaha membangunkan mamanya sambil menepuk-nepuk wajah cantik itu berkali-kali. Satu tangannya yang terbebas meraih tas mungil tak jauh dari sana dan mengambil minyak aroma terapi yang selalu ada di sana.

Sayangnya, Laura tetap menutup mata, sesak napas. Dia tak terusik sama sekali dengan usaha Evan untuk membangunkannya. Di sisi lain, Irish segera keluar dari kamar mandi dengan kemeja basah kuyup dan memindai situasi yang terjadi. Tangannya meraih telepon di atas meja dan menghubungi klinik kesehatan tak jauh dari sana. Saking paniknya, dia bahkan tak sempat memedulikan bajunya yang basah dan mencetak lekuk tubuh.

Hanya dalam hitungan menit, tubuh Laura telah memasuki ruangan gawat darurat di sebuah klinik tak jauh dari perusahaan. Staf medis segera mengurusnya, memeriksa tanda vital pasien yang datang dalam keadaan tak sadarkan diri.

Di belakangnya, Irish menyusul dengan mengendarai mobil milik Evan dan segera menghampiri pria yang tertahan di depan pintu. Perawat melarangnya masuk, takut mengganggu pihak medis yang sedang bekerja menyelamatkan nyawa Laura.

"Apa yang terjadi dengan Nyonya, Tuan?" Irish menyerahkan ponsel Evan, juga baju ganti untuknya. Pria itu ikut naik ke dalam ambulans tanpa membawa gawai yang hampir tak pernah absen di kantongnya. Beberapa agenda kerja terhubung di dalam piranti elektronik mungil itu selain laptop maupun tablet yang juga tersedia di mobil.

Bukannya menjawab pertanyaan Irish, Evan justru harus meneguk ludah untuk membasahi kerongkongannya. Entah teledor atau lupa, Irish menyuguhkan pemandangan yang selama ini menjadi fantasi liar para pria, tak terkecuali Evan yang masih normal orientasinya. Blouse putih yang melekat di tubuh wanita itu tampak transparan, membuat asetnya di dalam sana seolah kelihatan.

Tanpa berucap sepatah kata pun, Evan segera membentangkan kemeja di tangan Irish dan menggunakan baju itu untuk menutupi kepala dan tubuh sintal sekretarisnya. Kemudian, dia menarik wanita itu menjauh dari depan ruang gawat darurat. Langkahnya begitu cepat, membuat Irish tertatih hampir seperti berlari. Evan sama sekali tak menghiraukan tatapan heran dari orang-orang di sekitarnya.

"Tuan, apa yang-"

"Diam dan jangan buat masalah!" geram Evan sebelum gemeletuk gigi-giginya terdengar saling beradu.

Irish hanya bisa menaikkan sebelah alisnya, gagal memahami jalan pikiran atasannya. Berbagai tanya memenuhi kepala. Apa yang terjadi? Mereka akan ke mana? Urusan apa yang membuat Evan seperti orang kesetanan menarik-nariknya seperti itu?

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh Hanazawa

Selebihnya

Buku serupa

Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder

Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder

Cris Pollalis
5.0

Raina terlibat dengan seorang tokoh besar ketika dia mabuk suatu malam. Dia membutuhkan bantuan Felix sementara pria itu tertarik pada kecantikan mudanya. Dengan demikian, apa yang seharusnya menjadi hubungan satu malam berkembang menjadi sesuatu yang serius. Semuanya baik-baik saja sampai Raina menemukan bahwa hati Felix adalah milik wanita lain. Ketika cinta pertama Felix kembali, pria itu berhenti pulang, meninggalkan Raina sendirian selama beberapa malam. Dia bertahan dengan itu sampai dia menerima cek dan catatan perpisahan suatu hari. Bertentangan dengan bagaimana Felix mengharapkan dia bereaksi, Raina memiliki senyum di wajahnya saat dia mengucapkan selamat tinggal padanya. "Hubungan kita menyenangkan selama berlangsung, Felix. Semoga kita tidak pernah bertemu lagi. Semoga hidupmu menyenangkan." Namun, seperti sudah ditakdirkan, mereka bertemu lagi. Kali ini, Raina memiliki pria lain di sisinya. Mata Felix terbakar cemburu. Dia berkata, "Bagaimana kamu bisa melanjutkan? Kukira kamu hanya mencintaiku!" "Kata kunci, kukira!" Rena mengibaskan rambut ke belakang dan membalas, "Ada banyak pria di dunia ini, Felix. Selain itu, kamulah yang meminta putus. Sekarang, jika kamu ingin berkencan denganku, kamu harus mengantri." Keesokan harinya, Raina menerima peringatan dana masuk dalam jumlah yang besar dan sebuah cincin berlian. Felix muncul lagi, berlutut dengan satu kaki, dan berkata, "Bolehkah aku memotong antrean, Raina? Aku masih menginginkanmu."

Terjebak Gairah Terlarang

Terjebak Gairah Terlarang

kodav
5.0

WARNING 21+‼️ (Mengandung adegan dewasa) Di balik seragam sekolah menengah dan hobinya bermain basket, Julian menyimpan gejolak hasrat yang tak terduga. Ketertarikannya pada Tante Namira, pemilik rental PlayStation yang menjadi tempat pelariannya, bukan lagi sekadar kekaguman. Aura menggoda Tante Namira, dengan lekuk tubuh yang menantang dan tatapan yang menyimpan misteri, selalu berhasil membuat jantung Julian berdebar kencang. Sebuah siang yang sepi di rental PS menjadi titik balik. Permintaan sederhana dari Tante Namira untuk memijat punggung yang pegal membuka gerbang menuju dunia yang selama ini hanya berani dibayangkannya. Sentuhan pertama yang canggung, desahan pelan yang menggelitik, dan aroma tubuh Tante Namira yang memabukkan, semuanya berpadu menjadi ledakan hasrat yang tak tertahankan. Malam itu, batas usia dan norma sosial runtuh dalam sebuah pertemuan intim yang membakar. Namun, petualangan Julian tidak berhenti di sana. Pengalaman pertamanya dengan Tante Namira bagaikan api yang menyulut dahaga akan sensasi terlarang. Seolah alam semesta berkonspirasi, Julian menemukan dirinya terjerat dalam jaring-jaring kenikmatan terlarang dengan sosok-sosok wanita yang jauh lebih dewasa dan memiliki daya pikatnya masing-masing. Mulai dari sentuhan penuh dominasi di ruang kelas, bisikan menggoda di tengah malam, hingga kehangatan ranjang seorang perawat yang merawatnya, Julian menjelajahi setiap tikungan hasrat dengan keberanian yang mencengangkan. Setiap pertemuan adalah babak baru, menguji batas moral dan membuka tabir rahasia tersembunyi di balik sosok-sosok yang selama ini dianggapnya biasa. Ia terombang-ambing antara rasa bersalah dan kenikmatan yang memabukkan, terperangkap dalam pusaran gairah terlarang yang semakin menghanyutkannya. Lalu, bagaimana Julian akan menghadapi konsekuensi dari pilihan-pilihan beraninya? Akankah ia terus menari di tepi jurang, mempermainkan api hasrat yang bisa membakarnya kapan saja? Dan rahasia apa saja yang akan terungkap seiring berjalannya petualangan cintanya yang penuh dosa ini?

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku