Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Jerat Gairah Lelaki Penguasa

Jerat Gairah Lelaki Penguasa

Lia_Scorpio

5.0
Komentar
358
Penayangan
3
Bab

Tak terbayang oleh Intan bahwa Panji, sang kekasih yang dia cintai, berselingkuh dengan sahabat baiknya sendiri. Pergi adalah pilihan yang Intan ambil untuk lari dari pedihnya luka yang tertoreh di hati. Namun, siapa yang menyangka hal tersebut membawanya pada Lingga, CEO tampan yang menjadi atasannya. Gairah pria itu menjerat Intan walau seribu penolakan telah terlontar. Di antara Panji, cinta lama yang masih bersemayam di hatinya, atau Lingga, pria yang menginginkan hati dan tubuhnya, siapakah yang akan Intan pilih?

Bab 1 Terkejut

"Hem, Panji pasti terkejut melihat kedatanganku. Sudah tidak sabar rasanya untuk bertemu," Intan Sasmita gadis 23 tahun bermonolog sendiri, sambil melangkahkan kaki melewati beberapa orang yang ada di Tak terbayang oleh Intan bahwa Panji, sang kekasih yang dia cintai, berselingkuh dengan sahabat baiknya sendiri. Pergi adalah pilihan yang Intan ambil untuk lari dari pedihnya luka yang tertoreh di hati. Namun, siapa yang menyangka hal tersebut membawanya pada Lingga, CEO tampan yang menjadi atasannya. Gairah pria itu menjerat Intan walau seribu penolakan telah terlontar.

Di antara Panji, cinta lama yang masih bersemayam di hatinya, atau Lingga, pria yang menginginkan hati dan tubuhnya, siapakah yang akan Intan pilih?.

Tujuan Intan kali ini bukan rumah melainkan kantor Panji-sang kekasih-. Hari kepulangannya memang dua hari lagi. Namun, dia percepat kepulangan mengingat hari ini bertepatan dengan anniversary 3 tahun berpacaran. Sesampainya Intan di kantor Panji, beberapa karyawan yang memang sudah mengenal Intan, merasa terkejut. Seperti ada ketakutan tersirat dari tatapan mereka.

'Ada apa dengan mereka? Kenapa melihatku seperti itu? Memangnya aku ini hantu?' gumam Intan, mengernyitkan kening heran seraya melanjutkan langkah.

Di depan pintu ruangan Panji kini Intan berdiri. Salah satu ruangan yang Intan rindukan, selama ini dirinya menuntut ilmu di negeri paman Syam. Tangannya cepat membuka pintu, tidak sabar memberi kejutan untuk sang kekasih.

"Sayang, surprise!" teriak Intan, tampak kegirangan.

Berbanding terbalik, justru dirinya yang dikejutkan. Mata Intan melotot tajam, mulut menganga membentuk huruf O besar. Panji sedang asyik bercumbu dengan Lila yang merupakan sahabat baik Intan sendiri.

"Intan?" Panji langsung berdiri kala melihat sang kekasih mematung di depan pintu.

Lila juga langsung berdiri, cepat tangannya merapikan pakaian yang sempat terbuka karena ulah Panji.

"Apa maksud semua ini? Kalian ...." Kata-kata Intan tercekat, kerongkongan mendadak kering melihat sesuatu yang tidak pernah dirinya bayangkan sebelumnya.

"Ntan, aku bisa jelasin!" Lila melangkah cepat menghampiri Intan, wajahnya pias.

Intan dengan cepat menepis tangan Lila yang terulur hendak menyentuhnya. "Tidak perlu ada penjelasan, semuanya sudah jelas sekarang. Kalian berdua pengkhianat, dan kamu Lila, kamu musuh dalam selimut!"

Sakit hati, kecewa, dan marah bercampur jadi satu. Tanpa mau mendengarkan penjelasan apa-apa lagi. Intan langsung berlari keluar dari ruangan Panji. Semuanya sudah jelas bukan? Pengkhianatan yang Intan lihat dengan mata kepala sendiri. Bukti nyata perselingkuhan kekasih dan sahabatnya. Kepulangan ke tanah air, nyatanya tidak seperti yang dirinya harapkan.

Panji berniat mengejar Intan, tetapi Lila menahannya. "Bukannya kamu bilang, Intan akan kembali dua hari lagi? Kenapa sekarang dia ada di sini?" tanya Lila.

"Aku juga tidak tau. Intan sendiri yang bilang akan pulang lusa. Aku juga tidak menyangka kejadiannya akan seperti ini," sahut Panji, mengacak-acak rambutnya kasar. "Aku harus mengejar Intan," lanjut Panji.

"Untuk apa lagi mengejarnya? Dari dulu, ini kan yang kita inginkan? Sekarang Intan sudah mengetahui semuanya. Biarkan saja dia, kita tidak perlu lagi menjalani hubungan diam-diam," larang Lila.

Panji terdiam bambang, yang dikatakan Lila memang benar. Bukan Panji tidak cinta pada Intan. Hanya saja, sebagai seorang pria yang memiliki hasrat. Sesuatu yang tidak pernah dia dapatkan dari Intan, karena status mereka hanya sebatas kekasih, malah dia dapatkan dari Lila. Lila dengan senang hati melayani nafsu birahinya, tanpa memikirkan status seperti Intan.

*** Di dalam sebuah taxi Intan menangis meraung, mengingat kejadian yang baru dia lihat. Menyaksikan sang kekasih dan sahabat bercumbu mesra, perselingkuhan itu membuat Intan hancur.

'Menjijikan.'

Itulah yang kini ada dalam benak Intan. Dia menghapus air mata yang meleleh saat taxi berhenti di depan rumah. Cepat Intan keluar taxi lalu gegas masuk ke dalam rumah. "Yah, Bun, Intan pulang," sapa Intan lesu.

"Loh, kamu pulang Tan? Kenapa tidak bilang? Bukannya lusa ya?" Bunda Intan terkejut melihat kehadiran sang buah hati.

"Intan mempercepatnya Bun. Intan langsung ke kamar," jawab Intan.

Suara lirih juga mata sembab membuat sang bunda mengernyit. "Kamu kenapa Tan? Kenapa mata kamu sembab? Kamu menangis? Siapa yang membuat kamu seperti ini?" cecar bundanya menahan Intan.

Tanpa kata Intan langsung memeluk sang bunda. Pelukan yang begitu hangat, membuat Intan semakin terisak. Terdengar menyedihkan, membuat sang bunda iba. "Kamu kenapa? Cerita sama Bunda!" pinta sang bunda kemudian menggandeng tangan Intan berjalan menuju sofa.

"Panji Bun, dia selingkuh," jawab Intan dalam terisak.

"Panji selingkuh? Dengan siapa? Dari mana kamu tau? Kamu kan baru saja pulang?" tanya bunda Intan terkejut.

Intan hanya menangis, menjawab semua pertanyaan sang bunda. Akan membuat dirinya semakin sedih dan sakit.

"Intan kapan pulang? Loh, kenapa menangis seperti ini?" tanya ayah yang baru saja datang.

"Ini Yah, Intan baru pulang sudah menangis seperti ini. Katanya Panji selingkuh. Tapi, selingkuh dengan siapa, bunda juga tidak tau," sahut bunda Intan, mengusap rambut Intan penuh kasih sayang. "Panji? Berani sekali dia menyakiti putriku. Memangnya dia pikir, dia itu siapa? Awas saja kau Panji, akan aku buat menyesal. Belum jadi menantu saja sudah seperti ini kelakuannya. Apalagi kalau jadi menantu, bisa-bisa aku tembak mati dia. Untung saja waktu itu aku menolak lamarannya," Ayah Intan meradang mendengar cerita istrinya.

"Sudah Yah, kenapa Ayah marah-marah? Ini tenangkan dulu Intan. Kalau menangis seperti ini terus, bagaimana mau jelas ceritanya? Jangan membuat sesuatu yang kejelasannya saja tidak pasti!" tegur bunda Intan, tahu benar bagaimana perangai sang suami.

Ayah Intan mendengkus kesal. Baginya, Intan adalah batu permata yang tidak ternilai harganya. Menyakiti Intan, sama saja menyakiti hatinya.

"Tan, cerita semuanya sama Ayah!" pinta ayah Intan.

"Panji selingkuh dengan Lila, Yah," jawab Intan sesenggukan.

"Lila sahabat kamu?" tanya orang tua Intan bersamaan.

Intan mengangguk membenarkan. Lalu menceritakan segalanya. Bunda Intan hanya bisa menutup mulutnya tidak percaya.

"Sudah, jangan menangis lagi! Kamu harus bersyukur, karena mengetahui ini lebih awal. Kalau saja ini tidak terungkap sekarang, kamu akan lebih menderita lagi nanti. Buang saja batu tidak berharga itu! Tidak ada untungnya mempertahankan pria seperti Panji itu. Kalau hatinya saja bisa berkhianat, bagaimana yang lainnya? Hati adalah sesuatu yang suci, dia berani mempermainkan hati kamu. Ayah pastikan, akan mempermainkan bisnisnya nanti," ujar ayah Intan, memeluk putrinya, merasa geram akan perbuatan menjijikkan Panji.

Intan merasa lega setelah menceritakan semuanya. Benar yang dikatakan sang ayah, jika hati saja bisa dikhianati. Bagaimana untuk hubungan dan yang lainnya akan bisa bertahan?

Intan duduk termenung di dalam kamarnya. Pada dasarnya, Intan bukanlah seorang gadis yang lemah, apalagi jika itu hanya urusan percintaan. Hanya saja, kekecewaan yang mendalam atas dasar nama 'persahabatan' membuat Intan merasa dibohongi mentah-mentah. Kalau untuk Panji sendiri, benar yang dikatakan sang ayah. Batu kerikil memang harus dibuang, karena akan menyulitkan dalam langkah ke depan.

"Sepertinya aku harus bekerja untuk melupakan kejadian kemarin. Berlarut-larut seperti ini juga tidak akan mengubah apapun. Toh, kuliahku juga hanya menunggu wisuda saja." batin Intan, memikirkan sesuatu.

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh Lia_Scorpio

Selebihnya

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku