icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Bab 7
Menyelamatkan Situasi
Jumlah Kata:697    |    Dirilis Pada: 15/12/2022

Lana berbalik dan melihat sosok yang dikenalnya. Jehan sedang duduk di kursi rodanya, tampak mulia dan terhormat. Suaranya langsung menenangkan mereka.

"Sayang, serahkan sisanya padaku." Dia memutar kursi rodanya ke arah Lana dan menggenggam tangannya yang lembut.

Lana gemetar. Namun, mengingat mereka harus bersikap layaknya sepasang kekasih, dia tidak menarik tangannya.

"Aku bisa mengatasinya sendiri," ucapnya dengan keras kepala.

Pernikahan mereka hanya sebatas hitam di atas putih. Dia merasa lebih baik jika mereka tidak perlu berhubungan satu sama lain.

Jehan mengerutkan kening melihat sikapnya yang keras kepala. Wanita ini sudah sangat marah pada pengasuh itu sehingga air matanya menggenang, tetapi tetap menolak bantuannya agar bisa menjauhkan diri darinya.

Memikirkan hal itu, Jehan menjadi frustrasi. Dia sengaja mencium punggung tangannya, berpura-pura mesra. "Kamu adalah istriku. Bagaimana mungkin aku bisa membiarkanmu menderita?" Suaranya terdengar memabukkan.

Entah kenapa, hati Lana terasa hangat. Tepat ketika Lana membuka mulutnya untuk mengatakan sesuatu, Jehan langsung memperingatkan, "Kamu adalah istriku, jadi kamu harus bersikap seperti itu."

Mengikuti pandangannya, Lana melihat dua pria berbaju hitam yang bersembunyi di kejauhan, berpura-pura berbicara. Dia mengedipkan matanya dan mengangguk mengerti, "Baiklah."

"Ini semua tentang uang, bukan? Kenapa kamu tidak membayarnya saja?" Jehan tersenyum lebar.

"Kamu pikir kamu itu siapa?" ucap pengasuh itu sambil mencibir. "Bagaimana mungkin orang cacat dengan pakaian lusuh sepertimu mampu membayarku? Jangan membual."

Jehan mengenakan pakaian sederhana, sehingga pengasuh itu tidak dapat memperkirakan latar belakang atau situasi keuangannya. Mengingat dia adalah suami Lana, wajar saja pengasuh itu menganggapnya miskin.

"Beraninya kamu menghina suamiku!" Lana mengepalkan tangannya dan memelototi wanita paruh baya di depannya itu.

Namun, anehnya Jehan tampak tenang. "Berapa banyak yang kamu mau?"

"Enam ratus ribu sehari, delapan belas juta sebulan. Apa kamu mampu?" ejek wanita itu.

"Hanya delapan belas juta?" tanya Jehan sambil mengerutkan hidungnya dengan jijik.

"Kalau begitu, berikan padaku sekarang!" pinta wanita itu dengan serakah.

"Sebelum itu, aku ingin kamu membuktikan bahwa kamu sudah bekerja sepanjang hari dan istriku hanya membayar gaji setengah hari," ucap Jehan.

Pengasuh itu menelan ludah, keringat membanjiri keningnya. Riwayat gajinya akan mengungkap kebohongannya, jadi dia segera menggelengkan kepalanya.

"Tidak, sebenarnya dia belum membayarku sepeser pun."

"Kalau begitu buktikan saja. Jika istriku tidak membayarmu, kenapa kamu bekerja untuknya? Jika kamu tidak punya bukti, aku akan menuntutmu."

Pengasuh itu langsung tertegun. Dia menyadari bahwa dirinya berada dalam masalah. Dia memelototi Lana dan berbalik untuk pergi.

"Apa aku mengizinkanmu pergi?"

Semua orang terkesiap kaget. Pengasuh itu memandang Jehan dengan ragu sementara Jehan menggenggam tangan Lana untuk mendukungnya.

"Kamu sudah merusak reputasi istriku. Oleh karena itu, kamu harus minta maaf padanya." Jehan mendongak dan menatap mata pengasuh itu dengan dingin, "Kamu harus berlutut dan meminta maaf padanya. Jika tidak, kamu harus masuk penjara."

Mendengar keributan di lantai bawah, kepala rumah sakit datang menemui Jehan.

"Tuan Jehan, kami sudah menyediakan bangsal VIP dan dua orang pengasuh. Kami akan segera memindahkan pasien ke sana."

Keluarga Sahid begitu berkuasa dan kaya raya. Meskipun ada desas-desus bahwa mereka akan segera bangkrut, kepala rumah sakit itu tetap menghormati Jehan.

Kedua mata pengasuh itu melebar dan rahangnya menganga, lalu dia menatap Jehan dengan tak percaya. Dia tidak paham kenapa kepala rumah sakit mereka bersikap sopan dan hormat pada seorang pria cacat dan wanita dari pedesaan.

Mendengar keseluruhan cerita, kepala rumah sakit melontarkan pandangan mencemooh pada pengasuh. "Kamu dipecat! Pergi ke departemen keuangan untuk menyelesaikan gajimu."

Merasa sedih, pengasuh itu meninggalkan tempat tersebut dengan kepala tertunduk. Jehan berbalik dan menatap orang-orang yang menonton mereka. "Siapa yang bilang istriku tidak punya uang dan berutang gaji pada pengasuh?"

Mendengar ancaman itu, orang-orang pun membubarkan diri.

"Kenapa kamu melakukan itu? Bukannya kita sudah sepakat untuk tidak mencampuri urusan satu sama lain?" ucap Lana dengan perasaan campur aduk di dalam hatinya.

"Apa kamu pikir aku akan diam saja melihat orang lain menindas istriku?" balasnya.

"Tapi, biaya untuk bangsal VIP dan menyewa dua pengasuh sangat mahal. Sebentar lagi kamu bangkrut. Kamu bisa menggunakan uang itu untuk menyelamatkan perusahaanmu."

"Itu urusanku sendiri!" dengus Jehan. "Tapi, kenapa kamu, putri Keluarga Rahayu tidak mampu membayar pengasuh yang lebih baik?"

"Itu juga urusanku sendiri!" Lana menirunya.

Hilang sudah suasana hati Jehan yang baik. Bersandar di kursi roda, Jehan mengamati wajah Lana sejenak dan mengajukan pertanyaan yang telah mengganggunya untuk sementara waktu. "Apa hubunganmu dan pasien itu?"

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka
1 Bab 1 Pengantin Pengganti2 Bab 2 Jehan Sahid3 Bab 3 Kalung Misterius4 Bab 4 Ciuman Pertama yang Dramatis5 Bab 5 Sarapan6 Bab 6 Pengasuh yang Arogan7 Bab 7 Menyelamatkan Situasi8 Bab 8 Mengusir Mereka dari Vila9 Bab 9 Seperti Anak Kecil yang Merepotkan10 Bab 10 Keluarga yang Kejam11 Bab 11 Kalung12 Bab 12 Menghadiri Perjamuan13 Bab 13 Perselisihan di Perjamuan14 Bab 14 Kebenaran15 Bab 15 Tante yang Serakah16 Bab 16 Aku Membantu Istrimu17 Bab 17 Saras yang Jahat18 Bab 18 Kompromi19 Bab 19 Bersalah20 Bab 20 Kerja Bagus21 Bab 21 Ibu yang Pilih Kasih22 Bab 22 Membantu Lana23 Bab 23 Berusaha Terlihat Marah24 Bab 24 Pertengkaran25 Bab 25 Sepupunya26 Bab 26 Surat Penerimaan27 Bab 27 Keluarga Sahid Menyatakan Bangkrut28 Bab 28 Saras yang Gila29 Bab 29 Motif Tersembunyi30 Bab 30 Menjadikannya Sebagai Sasaran31 Bab 31 Proposal32 Bab 32 Berhasil Mendapat Sponsor33 Bab 33 Memikirkan Cara untuk Mencari Uang34 Bab 34 Selera Aneh Jehan35 Bab 35 Provokasi Mirna36 Bab 36 Wanita yang Menyebalkan37 Bab 37 Jehan yang Protektif38 Bab 38 Makan Malam Mewah39 Bab 39 Pria Idiot40 Bab 40 Rumor Tentang Lana41 Bab 41 Penangkapan Polisi42 Bab 42 Aku Memercayaimu43 Bab 43 Berbagi Tempat Tidur44 Bab 44 Kesehatan Jehan Tidak Baik45 Bab 45 Pembunuh yang Sebenarnya46 Bab 46 Undangan47 Bab 47 Saran Wisnu48 Bab 48 Kristina yang Ceroboh49 Bab 49 Lana dalam Masalah50 Bab 50 Amarah Jehan51 Bab 51 Terpikat52 Bab 52 Menciumnya53 Bab 53 Gosip54 Bab 54 Klarifikasi Rumor55 Bab 55 Sudah Menikah56 Bab 56 Cincin Kawin57 Bab 57 Kembali ke Kota Elok58 Bab 58 Tak Sengaja Bertemu Arini59 Bab 59 Kebencian60 Bab 60 Hadiah61 Bab 61 Kembali ke Kampung Halamannya62 Bab 62 Meminta Uang63 Bab 63 Menangis dalam Pelukannya64 Bab 64 Insomnia65 Bab 65 Oki yang Menyebalkan66 Bab 66 Kegelisahan67 Bab 67 Kalung68 Bab 68 Rencana Dika69 Bab 69 Bertemu dengan Vina70 Bab 70 Pekerjaan Baru71 Bab 71 Serangan Balik Lana72 Bab 72 Levi Agustinus73 Bab 73 Luka Tembak74 Bab 74 Berbohong75 Bab 75 Malu76 Bab 76 Rencana Oki77 Bab 77 Insiden di Bandara78 Bab 78 Mabuk79 Bab 79 Malam Pertama Mereka80 Bab 80 Bangun81 Bab 81 Aku Tidak Ingin Melihatmu lagi82 Bab 82 Siapa Pria Itu83 Bab 83 Merasa Bersalah84 Bab 84 Jehan Khawatir85 Bab 85 Semua Ini Karena Saras86 Bab 86 Jehan yang Keras Kepala87 Bab 87 Menabrak Levi88 Bab 88 Rencana A Gagal89 Bab 89 Masalah Oki90 Bab 90 Lagi-Lagi Levi91 Bab 91 Provokasi Feni92 Bab 92 Mengenal Levi93 Bab 93 Mencurigakan94 Bab 94 Datang ke Kampus untuk Menemuiku95 Bab 95 Diawasi96 Bab 96 Konfrontasi97 Bab 97 Pertimbangkan untuk Bersamaku98 Bab 98 Tidak Ada Ciuman atau Pelukan 99 Bab 99 Seperti Apa Wajah Levi100 Bab 100 Tiket Pameran