Suamiku yang Lumpuh Adalah Taipan Misterius
Penulis:ASHLEY AMARI
GenreRomantis
Suamiku yang Lumpuh Adalah Taipan Misterius
Tak lama setelah Lana duduk, pergelangan kakinya membengkak. Dia duduk di tempat tidur untuk sekian lama, tetapi Jehan belum juga keluar dari kamar mandi. Dia ingin memijat kakinya, jadi dia menggoyangkan kakinya untuk melepas sepatu.
Tanpa diduga, dia menggunakan terlalu banyak kekuatan dan secara tidak sengaja membuat sepatunya terlempar. Tepat pada saat ini, pintu kamar mandi terbuka, dan sepatu itu mendarat di hadapan Jehan.
Lana dan Jehan saling memandang.
Jehan melirik sepatu di hadapannya dan wanita yang sedang duduk di tempat tidur itu.
Gaun pengantinnya yang putih bersih terlihat kusut, dan rambutnya berantakan. Meskipun demikian, matanya tampak menyilaukan seperti sinar matahari.
Begitu tatapan Jehan mendarat di leher mulus wanita itu, dia mengerutkan kening. "Di mana kalung itu?"
Lana, yang sedang memikirkan cara untuk mendapatkan sepatunya kembali tanpa merasa canggung, tertegun ketika mendengar pertanyaan pria itu. "Kalung apa?"
Wajah Jehan berubah muram. Dia tidak tahu apakah Lana berpura-pura bodoh atau tidak. "Hadiah pernikahan yang dijanjikan ayahmu untuk diberikan padaku. Itu adalah kalung ibuku. Beliau meninggalkan kalung itu untukku."
Lana berpikir sejenak, tetapi dia tidak ingat Yudi pernah mengatakan apa pun tentang kalung itu.
Wajah Jehan memerah karena marah. Lana khawatir mungkin pria ini akan mencekiknya sampai mati karena dorongan hati. Jika Keluarga Rahayu yang tak berperasaan mengetahui bahwa dia telah menyinggung Jehan, mereka akan berhenti membiayai pengobatan neneknya.
Lana memikirkan ini dan mendecak, seolah-olah dia mengingat sesuatu. "Oh, maksudmu kalung itu? Aku lupa membawanya. Aku akan segera pulang dan mengambilnya untukmu."
Jehan mengangguk sementara wajahnya melembut.
Meskipun dari luar Lana tampak tenang, di dalam hatinya dia sungguh panik. Bagaimana dia bisa menemukan kalung itu? Dia bahkan tidak tahu seperti apa bentuknya. Dia melirik Jehan dan melihat cincin unik di jarinya. Meski terlihat sederhana, cincin emas merah itu bertahtakan permata serta ukiran kata-kata misterius.
'Tunggu, sepertinya aku pernah melihatnya di suatu tempat,' pikirnya.
Tiba-tiba, di benak Lana terlintas bahwa dia pernah melihat Saras, yang dianggap sebagai putri Yudi dan Arini selama 20 tahun terakhir ini, mengenakan kalung seperti itu.
Perasaan yang tak bisa dijelaskan muncul di hati Jehan ketika dia melihat raut wajah Lana yang berubah-ubah. "Sana mandi," desaknya sambil memalingkan muka.
"Apa?" Lana tercengang.
Jehan berbalik dan menatap matanya, "Kamu kotor, cepat mandi."
Baru setelah Lana menunduk dan melihat dirinya sendiri, dia menyadari bahwa gaunnya kotor dengan tanah karena dia jatuh sebelumnya. Akan tetapi, dia lupa dan duduk di tempat tidur yang sudah dihias dengan indah. Lana segera bangkit dan berjalan tertatih-tatih menuju kamar mandi. Sebelum masuk ke dalam, dia tidak lupa mengambil sepatu yang menghalangi jalannya dan meletakkannya di pinggir.
Senyum tersungging di sudut bibir Jehan.
Duduk di bak mandi, Lana menekan dadanya dan merasakan jantungnya yang berdebar kencang di jari-jarinya. Dia ketakutan setengah mati.
Jehan sepertinya bukan seseorang yang bisa dihadapi dengan mudah. Lana takut pria itu akan melemparnya ke laut untuk santapan hiu jika dia menyinggung perasaannya. Pikiran bahwa dia akan menghabiskan malam pernikahannya dengan seorang pria yang begitu mengintimidasi membuatnya ketakutan.
Dengan rasa takut yang menghantuinya, Lana duduk di bak mandi untuk waktu yang lama. Akhirnya, dia keluar dan mengeringkan tubuhnya dengan handuk, tetapi tiba-tiba menyadari bahwa dia lupa membawa piamanya.
Itu semua salah Jehan yang membuatnya terburu-buru.
Dia mengutuk Jehan di dalam hati, lalu dia menempelkan telinganya ke pintu untuk mencoba apakah dia bisa mendengar sesuatu di kamar.
Apa Jehan akan menunggunya di kamar?
Setelah beberapa saat berlalu dan memastikan tidak ada suara di luar pintu, Lana membungkus dirinya dengan handuk mandi lalu membuka pintu.
"Ah!"
Dia mencengkeram handuk dengan satu tangan dan memelototi Jehan, yang sedang duduk di kamar. "Kenapa kamu masih berada di sini?"
"Ini kamar kita, kenapa aku tidak boleh berada di sini?" Jehan tampak sama terkejutnya. Dia tidak tahu harus melihat ke arah mana. "Kenapa kamu tidak mengenakan piama?"
"Aku lupa membawanya."
Lana bergegas jalan untuk mencari piamanya. Yudi sudah membeli beberapa pakaian mahal untuk membuat Jehan terkesan, tetapi semuanya tidak nyaman untuk dikenakan, jadi dia mengeluarkan piama lamanya.
Dahi Jehan berkerut. Dia tidak mengerti kenapa putri dari Keluarga Rahayu mengenakan piama lusuh seperti itu.
"Pelayan sudah menyiapkan gaun tidur baru untukmu. Ada di sana." Dia menunjuk ke arah pintu.
Lana meletakkan piamanya, berjalan tertatih-tatih ke pintu, meraih dinding untuk menopang tubuhnya, dan mengambil gaun tidur sutra berenda. Tiba-tiba, sesuatu jatuh dari gaun tidur itu.
Dia mengambilnya dan melihat bahwa itu adalah salep.
"Apa ini untukku?"
Lana menatap Jehan dengan heran. Matanya berbinar seperti berlian yang membuat Jehan kembali memalingkan wajahnya.
"Apa lagi yang kamu tunggu?" tanya Jehan sebelum berdeham. "Apa kamu mengharapkanku untuk mengoleskan salep itu padamu?"
Setelah itu, dia memutar kursi rodanya dan pergi.
Lana baru menyadari setelah beberapa lama bahwa salep itu untuk pergelangan kakinya. Dia sangat terkejut dengan tindakan tersebut sehingga dia hampir membuangnya.
Apa Jehan peduli padanya?