Suamiku yang Lumpuh Adalah Taipan Misterius
Penulis:ASHLEY AMARI
GenreRomantis
Suamiku yang Lumpuh Adalah Taipan Misterius
Lana mendengar rumor bahwa dulu Jehan merupakan seorang playboy dan bahkan pernah membuat seorang wanita meninggal saat tidur dengannya. Kemudian, dia menjadi lumpuh karena kecelakaan lalu lintas. Setelah itu, dia berhenti bermain-main dengan wanita, tetapi sifatnya menjadi lebih pemarah.
Dia mengira Jehan adalah seorang pria yang garang, tetapi tidak menyangka pria ini benar-benar berbeda dari apa yang dibayangkannya.
"Maafkan aku."
Lana buru-buru berdiri karena dia takut akan menyinggung pria itu. Namun, pergelangan kakinya terkilir. Begitu dia bangkit, pergelangan kakinya amat sakit dan dia kembali terjatuh. Dia tanpa sadar meraih sesuatu untuk menyeimbangkan diri.
'Ng? Apa ini?' tanya Lana di dalam hatinya, lalu dia mencengkeramnya dan menoleh untuk melihat tangan kanannya dengan ragu. Akan tetapi, saat berikutnya, dia terlempar ke tanah.
Matanya melebar dan dia menatap Jehan dengan tak percaya. Pria ini benar-benar melemparnya ke tanah.
'Tamatlah riwayatku,' pikir Lana di dalam hatinya. Dia membenci dirinya sendiri karena sudah menyinggung pria itu ketika mereka bertemu untuk pertama kalinya.
Jehan menatapnya dengan muram. Merasakan perubahan di antara kakinya, telinganya berubah merah karena marah sekaligus malu.
Jehan keluar untuk menyambutnya, tetapi tidak menyangka wanita ini cukup tidak tahu malu untuk menyentuh bagian pribadinya di depan umum. Sepertinya dia lebih buruk daripada rumor yang didengarnya. Sangat sulit untuk mengatakan apa yang mungkin dia lakukan di balik pintu tertutup.
Para pelayan di samping Lana menutup mulut mereka dan mengintip ke arahnya, berusaha keras untuk tidak tertawa. Terdengar jeritan dari bibirnya karena punggungnya sakit. Dia terbaring di lantai dan gaunnya robek. Ketika dia melihat para pelayan yang sedang menatapnya, wajahnya memerah karena malu. Lana menggigit bibirnya dan mencoba bangkit, tetapi dia gagal total.
Tepat pada saat ini, sebuah kursi roda perlahan berhenti di depannya, dan sebuah tangan yang ramping terulur padanya.
Lana sangat ketakutan. Dia merintih dan tanpa sadar menghindari tangan tersebut. Namun, ketika dia berusaha bergerak lebih jauh, punggungnya terasa sakit. Dia menggigit bibir bawahnya keras-keras agar dia tidak menangis karena rasa sakit itu.
Saat ini dia terlihat sangat menyedihkan.
Jehan tidak bermaksud untuk menakut-nakutinya. Perlahan dia mundur dan memelototi para pelayan. "Apa kalian tidak bisa melihat Nyonya Saras perlu bantuan?"
Mendengar itu, para pelayan bergegas membantunya.
Lana merasa panik. Dia berdoa agar tidak ada seorang pun di Keluarga Sahid yang mengeluh tentang dirinya di depan Keluarga Rahayu. Jika Arini tahu bahwa Lana sudah mempermalukan Keluarga Rahayu, dia akan berhenti membayar biaya pengobatan neneknya.
Tidak ada yang tidak akan dilakukan Lana untuk neneknya.
Dia terus mengingatkan dirinya sendiri, 'Jangan takut, jangan takut Lana, mulai sekarang dia adalah suamimu.' Sambil menarik napas dalam-dalam, Lana akhirnya memberanikan diri untuk menatapnya. Akan tetapi, Jehan sudah pergi dengan kepala pelayan.
Baru pada saat itulah dia menyadari bahwa Jehan hanya berusaha membantunya.
Apa pria itu orang yang perhatian?
Kemudian, seorang pelayan mengantar Lana ke kamar tidur utama.
Lana duduk di tempat tidur yang sangat besar, dia berusaha untuk tidak melihat sekelilingnya seperti orang udik. Saat itu, suara air yang mengalir di kamar mandi menarik perhatiannya. Di dalam perutnya seakan ada suatu gumpalan kecemasan. Sarafnya yang rileks menjadi tegang lagi.
Kursi roda diletakkan di sudut kamar mandi. Air dingin mengalir dari pancuran dan meluncur ke bawah kepala dan punggung Jehan yang berotot dan terus mengalir ke saluran pembuangan.
Setelah mandi, Jehan menarik handuk mandi dan menyeka tubuhnya. Lalu dia menyalakan keran wastafel dan mengangkat ponselnya yang tak henti-hentinya berdering. "Ada apa?"
"Ayah Anda sudah mencabut hukuman adik Anda," ucap pria di ujung telepon. "Dia mengizinkannya untuk kembali ke posisi semula di perusahaan."
"Baiklah. Karena dia sudah mengucapkannya, biarkan saja. Apa Susi Cendana merencanakan sesuatu?" tanya Jehan.
Ibu tirinya baru-baru ini memperoleh saham sebesar 4% dari ayahnya. Jehan tahu wanita itu tidak akan menunggu untuk bertindak.
"Dia pasti akan mengambil langkah besar. Apa kita harus melakukan sesuatu?"
"Tidak perlu." Jehan tersenyum dingin.
Jika wanita itu mencoba berkomplot melawannya, tentu dia harus menghadapi amarahnya.
"Oke."
"Omong-omong, tolong pergi dan selidiki Saras Rahayu." Jehan merasa bahwa Saras yang ditemuinya hari ini begitu berbeda dengan apa yang dikatakan oleh rumor. "Selidiki dia sepenuhnya."
Perlahan dia mengenakan jubah mandinya dan duduk kembali di kursi roda sementara suatu senyum jahil muncul di wajahnya.
"Saras Rahayu, apa yang kamu rahasiakan?" gumamnya.