icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Bab 4
Ciuman Pertama yang Dramatis
Jumlah Kata:887    |    Dirilis Pada: 15/12/2022

Saat Lana sedang mengganti pakaiannya di kamar mandi, Jehan menerima panggilan dari Wisnu Bimantara. Sambil mendengar apa yang dia ucapkan di telepon, Jehan menatap pintu kamar yang tertutup rapat itu dengan sorot mata yang berubah beberapa kali.

"Bos, Saras Rahayu telah berkencan dengan Raffi Lingga, putra sulung Keluarga Lingga, untuk beberapa waktu. Meskipun demikian, dia tetap menyetujui pernikahan. Ada sesuatu yang mencurigakan di sini. Sebaiknya Anda berhati-hati."

Wisnu adalah tangan kanan Jehan yang paling kompeten. Jika dia berkata demikian, Jehan yakin pasti ada yang tidak beres dengan Saras.

Hal terburuknya adalah wanita itu telah menyentuh bagian pribadinya pada saat pertemuan pertama mereka. Dan dia bahkan dengan sengaja keluar dari kamar mandi hanya dengan mengenakan handuk mandinya.

Memikirkan hal itu, rahang Jehan menegang. Dia memutar kursi rodanya dan pergi ke ruang kerja.

Saat Lana keluar dari kamar mandi, perhatiannya seketika tertarik pada sebuah dokumen yang terletak di atas meja. Jehan sedang duduk di kursi rodanya, mengenakan jubah mandi. Sebuah selimut berada di atas pangkuannya. "Tanda tangani ini," ucap Jehan dengan angkuh.

"Apa ini?" Lana mengambil dokumen itu dengan kening berkerut.

Melihat ekspresinya, Jehan berkata, "Aku tidak peduli mengapa kamu setuju untuk menikah denganku. Tanda tangani perjanjian ini untuk menghindari masalah yang tidak diinginkan di masa depan."

Lana membaca isi perjanjian pranikah itu dari awal sampai akhir, tidak melewatkan sepatah kata pun. Di dalam perjanjian itu, tercantum serangkaian syarat dan ketentuan, seperti distribusi properti antara kedua pihak dan bagaimana mereka akan menjalani kehidupan pernikahan mereka.

Pertama, harta milik kedua belah pihak yang dimiliki sebelum menikah akan tetap menjadi milik masing-masing.

Kedua, kedua belah pihak harus terlihat seperti pasangan suami istri yang penuh kasih di depan semua orang. Kedua belah pihak harus menahan diri dari melakukan apa pun yang dapat memicu munculnya rumor tentang hubungan mereka yang tidak akur, juga tidak boleh mengganggu kehidupan pribadi masing-masing.

Terakhir, saat salah satu pihak mengajukan cerai, pihak yang satunya harus setuju tanpa protes.

Di akhir dokumen itu tertulis syarat tambahan yang berbunyi, "Istri dilarang keras merayu suaminya dengan cara apa pun."

Lana menganga dengan kaget ketika dia membaca itu. Bagaimana Jehan bisa begitu tidak tahu malu? Wajahnya memerah karena marah.

Dari mana pria itu mendapatkan kepercayaan diri untuk menambahkan syarat seperti itu? Dompet kosongnya? Untuk apa seseorang merayunya atau menginginkan asetnya ketika dia bahkan berada di ambang kebangkrutan dan tidak punya uang?

"Apa ini? Ini tidak adil!" Lana menggerutu dengan tidak senang. "Kondisi terakhir menyatakan bahwa aku tidak bisa merayumu. Demikian juga, kamu tidak bisa memaksaku untuk tidur denganmu dalam keadaan apa pun."

"Berhentilah bermimpi," ejek Jehan, "Aku tidak tertarik dengan orang udik sepertimu."

"Kalau begitu, aku akan menambahkan syarat lain ke dalam perjanjian ini. Kamu tidak dapat mengajukan perceraian selama dua tahun setelah pernikahan kita. Selama kamu berjanji bahwa pernikahan ini akan bertahan setidaknya selama dua tahun, aku akan menandatangani perjanjian ini."

Perawatan lanjutan neneknya akan memakan waktu sekitar dua tahun. Jika Lana berhasil mempertahankan pernikahan ini sampai saat itu, Keluarga Rahayu akan terus menanggung biaya pengobatannya.

"Kamu menyukaiku, ya? Apakah kamu akan menggunakan waktu dua tahun itu untuk membuatku jatuh cinta padamu?"

Merasa kesal dengan hinaannya, Lana mendengus, "Jangan khawatir. Aku tidak akan pernah jatuh cinta padamu. Aku juga menyarankan supaya kamu juga tidak jatuh cinta padaku."

"Kamu?" Jehan tertawa terbahak-bahak, memandangnya dari atas ke bawah seolah-olah dia baru saja mendengar sebuah lelucon besar.

Meskipun demikian, dia meminta sang kepala pelayan untuk menambahkan syarat itu ke dalam perjanjian mereka.

Tidak lama kemudian, sang kepala pelayan datang kembali membawa perjanjian baru. Setelah membaca setiap syarat, Lana menandatangani perjanjian itu. "Oke. Kita akan berpura-pura menjadi pasangan mulai sekarang."

Jehan juga menandatangani perjanjian itu dan kemudian meminta sang kepala pelayan untuk membawa perjanjian itu ke pengadilan untuk diaktakan. Begitu kepala pelayan pergi, dia mengulurkan tangannya pada Lana. "Bantu aku mengganti pakaianku."

Hari sudah gelap, jadi dia ingin berganti ke piamanya dan pergi tidur.

Akan tetapi, Lana menolak.

"Kita hanya pasangan kontrak. Aku tidak perlu membantumu dengan ini." Sambil menghela napas, dia berbalik untuk melihat sofa di sampingnya. Dia memutuskan untuk tidur di sofa itu malam ini.

"Tapi aku tidak percaya bahwa kamu bisa berpura-pura menjadi istri yang baik di depan orang lain."

"Mengapa? Apa sulitnya berpura-pura menjadi istri yang baik di depan orang lain?"

Lana berjalan ke lemari dan mengambil satu set piama sutra dari sana. Kemudian, dia menghampiri Jehan dan dengan cepat membuka kerah jubah mandinya. Sambil mencengkeram bagian bawah jubah mandinya, dia dengan paksa menariknya ke bawah untuk melepaskannya.

"Sialan! Apa yang sedang kamu lakukan?" tanya Jehan dengan gigi terkatup. Dia tidak menyangka bahwa Lana akan bersikap sekasar ini.

"Ssst … diam!" Lana terus mencoba untuk menarik jubah mandinya. Dia mencoba untuk melepaskan jubah mandi itu, tetapi usahanya gagal. Lana mengerutkan kening lalu meletakkan satu tangan di bahu Jehan dan tangan lainnya di bawah lututnya. Kemudian, dia membungkuk dan menggendong Jehan dari kursi roda, berniat untuk meletakkannya di tempat tidur.

Mata Jehan membelalak ketika dia secara refleks melingkarkan tangannya di leher Lana. "Kamu …."

Akan tetapi, kaki Lana tidak sanggup menahan bebannya. Pergelangan kakinya yang terkilir terasa sakit. Sebagai akibatnya, Lana kehilangan keseimbangan dan menjatuhkan Jehan di atas tempat tidur. Khawatir dia akan jatuh ke belakang, Jehan secara naluriah menarik kerah baju Lana.

Namun, tindakannya itu secara tidak sengaja menyeret tubuh Lana bersamanya.

Sebelum Lana bisa menyadari apa yang terjadi, dia telah jatuh di atas tubuh Jehan dan bibir mereka saling menempel.

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka
1 Bab 1 Pengantin Pengganti2 Bab 2 Jehan Sahid3 Bab 3 Kalung Misterius4 Bab 4 Ciuman Pertama yang Dramatis5 Bab 5 Sarapan6 Bab 6 Pengasuh yang Arogan7 Bab 7 Menyelamatkan Situasi8 Bab 8 Mengusir Mereka dari Vila9 Bab 9 Seperti Anak Kecil yang Merepotkan10 Bab 10 Keluarga yang Kejam11 Bab 11 Kalung12 Bab 12 Menghadiri Perjamuan13 Bab 13 Perselisihan di Perjamuan14 Bab 14 Kebenaran15 Bab 15 Tante yang Serakah16 Bab 16 Aku Membantu Istrimu17 Bab 17 Saras yang Jahat18 Bab 18 Kompromi19 Bab 19 Bersalah20 Bab 20 Kerja Bagus21 Bab 21 Ibu yang Pilih Kasih22 Bab 22 Membantu Lana23 Bab 23 Berusaha Terlihat Marah24 Bab 24 Pertengkaran25 Bab 25 Sepupunya26 Bab 26 Surat Penerimaan27 Bab 27 Keluarga Sahid Menyatakan Bangkrut28 Bab 28 Saras yang Gila29 Bab 29 Motif Tersembunyi30 Bab 30 Menjadikannya Sebagai Sasaran31 Bab 31 Proposal32 Bab 32 Berhasil Mendapat Sponsor33 Bab 33 Memikirkan Cara untuk Mencari Uang34 Bab 34 Selera Aneh Jehan35 Bab 35 Provokasi Mirna36 Bab 36 Wanita yang Menyebalkan37 Bab 37 Jehan yang Protektif38 Bab 38 Makan Malam Mewah39 Bab 39 Pria Idiot40 Bab 40 Rumor Tentang Lana41 Bab 41 Penangkapan Polisi42 Bab 42 Aku Memercayaimu43 Bab 43 Berbagi Tempat Tidur44 Bab 44 Kesehatan Jehan Tidak Baik45 Bab 45 Pembunuh yang Sebenarnya46 Bab 46 Undangan47 Bab 47 Saran Wisnu48 Bab 48 Kristina yang Ceroboh49 Bab 49 Lana dalam Masalah50 Bab 50 Amarah Jehan51 Bab 51 Terpikat52 Bab 52 Menciumnya53 Bab 53 Gosip54 Bab 54 Klarifikasi Rumor55 Bab 55 Sudah Menikah56 Bab 56 Cincin Kawin57 Bab 57 Kembali ke Kota Elok58 Bab 58 Tak Sengaja Bertemu Arini59 Bab 59 Kebencian60 Bab 60 Hadiah61 Bab 61 Kembali ke Kampung Halamannya62 Bab 62 Meminta Uang63 Bab 63 Menangis dalam Pelukannya64 Bab 64 Insomnia65 Bab 65 Oki yang Menyebalkan66 Bab 66 Kegelisahan67 Bab 67 Kalung68 Bab 68 Rencana Dika69 Bab 69 Bertemu dengan Vina70 Bab 70 Pekerjaan Baru71 Bab 71 Serangan Balik Lana72 Bab 72 Levi Agustinus73 Bab 73 Luka Tembak74 Bab 74 Berbohong75 Bab 75 Malu76 Bab 76 Rencana Oki77 Bab 77 Insiden di Bandara78 Bab 78 Mabuk79 Bab 79 Malam Pertama Mereka80 Bab 80 Bangun81 Bab 81 Aku Tidak Ingin Melihatmu lagi82 Bab 82 Siapa Pria Itu83 Bab 83 Merasa Bersalah84 Bab 84 Jehan Khawatir85 Bab 85 Semua Ini Karena Saras86 Bab 86 Jehan yang Keras Kepala87 Bab 87 Menabrak Levi88 Bab 88 Rencana A Gagal89 Bab 89 Masalah Oki90 Bab 90 Lagi-Lagi Levi91 Bab 91 Provokasi Feni92 Bab 92 Mengenal Levi93 Bab 93 Mencurigakan94 Bab 94 Datang ke Kampus untuk Menemuiku95 Bab 95 Diawasi96 Bab 96 Konfrontasi97 Bab 97 Pertimbangkan untuk Bersamaku98 Bab 98 Tidak Ada Ciuman atau Pelukan 99 Bab 99 Seperti Apa Wajah Levi100 Bab 100 Tiket Pameran