Suamiku yang Lumpuh Adalah Taipan Misterius
Penulis:ASHLEY AMARI
GenreRomantis
Suamiku yang Lumpuh Adalah Taipan Misterius
Mata Lana terbelalak kaget. Wajah tampan Jehan berada tepat di depannya. Hidung mereka bersentuhan, napas mereka berbaur menjadi satu dan menyapu wajah mereka. Suasana di ruangan itu seketika terasa sangat tegang.
'Habislah aku. Apakah pria ini akan menyalahkanku karena mencoba merayunya? Bagaimana jika dia mengira aku telah melanggar perjanjian dan menuntut cerai?' pikir Lana.
Wajah Jehan tegang karena amarah. Dia memelototi Lana, yang terbaring di atas tubuhnya. "Turun dari tubuhku!"
"Ya, ya. Oke."
Sambil menopang tangannya di dada Jehan, Lana mendorong dirinya untuk bangun. Dia menelan ludah ketika dia merasakan otot-ototnya yang keras di bawah jemarinya. Dia tidak menyangka bahwa tubuh Jehan akan tetap berotot meski cacat.
Jehan bergidik karena sentuhan Lana menimbulkan gelombang arus ke sekujur tubuhnya. "Cepatlah!" bentak Jehan dingin.
"Baiklah." Lana berusaha keras untuk menyeimbangkan dirinya. Akan tetapi, pergelangan kakinya tiba-tiba terasa sangat sakit sehingga dia kehilangan keseimbangan lagi dan kembali jatuh menimpa tubuh Jehan. Bibir mereka bersentuhan sekali lagi.
Tidak berani menatap wajah Jehan, Lana bangkit berdiri, melangkah ke samping dengan terpincang-pincang, dan mengangkat tangannya. "Aku minta maaf."
"Kamu melakukannya dengan sengaja, kan?" desis Jehan melalui giginya yang terkatup.
Menyadari kesalahannya, Lana dengan cepat mengulurkan tangannya untuk membantu Jehan bangkit duduk, tetapi Jehan menepisnya.
"Baiklah. Aku tidak akan menyentuhmu, oke?" gumam Lana, mengusap tangannya. "Aku tidak menyukaimu. Mengapa kamu begitu waspada di sekitarku?"
Kemudian, Lana berjalan dengan tertatih-tatih menuju lemari, mengeluarkan selimut, dan berbaring di sofa.
"Selamat malam." Setelah mengatakan itu, dia tertidur. Beberapa saat kemudian, suara dengkuran lembut memenuhi ruangan itu.
Jehan menatap sosok mungil yang meringkuk di sofa itu dan menyentuh bibirnya sendiri. Jejak rasa malu melintas di matanya.
Dia pun bertanya-tanya apakah wanita itu baru saja mencoba merayunya.
Keesokan paginya, Lana bangun pagi-pagi sekali. Yang mengejutkannya, dia tidak menemukan Jehan di kamar. Dia bergegas mengganti pakaiannya dan pergi ke ruang tamu. Begitu tiba di sana, dia melihat lingkaran hitam di kedua mata pria yang memelototinya.
"Apakah kamu baik-baik saja?" tanya Lana, mengerutkan keningnya.
Lana bertanya-tanya apakah dia menderita penyakit lain selain kelumpuhannya.
"Diam!" Jehan memelototinya, tetapi tatapannya tanpa sadar beralih ke bibirnya yang montok dan merah. Jantungnya tiba-tiba berdegup kencang ketika dia merasakan keinginan untuk menciumnya lagi.
Dia menggertakkan gigi untuk menangkal pikiran aneh itu di benaknya. Dia terus mengatakan pada dirinya sendiri bahwa dia tidak ingin menciumnya karena dia merasa Lana sedang merayunya dengan sengaja.
"Aku akan membuat sarapan." Sambil melihat semua peralatan masak baru yang ada di dapur, Lana mengenakan celemeknya, siap untuk memasak, sama sekali tidak menyadari ekspresi aneh di wajah Jehan.
"Kamu bisa memasak?" Mata Jehan melebar karena terkejut.
Dia telah mendengar bahwa putri dari Keluarga Rahayu adalah wanita yang sombong dan manja. Kapan wanita itu belajar memasak?
"Coba lihat saja sendiri!" ucap Lana dengan percaya diri. Lagi pula, dia tidak akan meracuninya.
"Aku tidak makan bawang," ucap Jehan mengingatkannya.
"Mengerti."
Meskipun Lana mengatakan itu, dia tetap memotong tiga siung bawang di depannya.
Seperti yang diduga, Jehan tampak kesal ketika sarapannya sudah dihidangkan di depannya.
Dia dengan marah mengaduk sup sayur di depannya menggunakan sendok, berniat untuk membuang potongan bawang yang ada di dalam mangkuknya.
Melihat tingkah kekanak-kanakannya itu, Lana diam-diam tersenyum.
Jehan hampir menghabiskan semangkuk sup itu, tetapi dia tidak bisa menemukan satu pun potongan bawang di dalamnya. "Apakah kamu mempermainkanku?" tanya Jehan, menatapnya.
"Aku tidak akan berani." Lana mengedipkan matanya dengan main-main.
Sebenarnya, Lana telah memasukkan semua bawang cincang yang ada di dalam hidangan itu ke dalam mangkuknya sendiri. Setelah bertanya pada seorang pelayan, dia mengetahui bahwa Jehan tidak alergi bawang. Pria itu hanya sangat pilih-pilih tentang makanan, jadi dia ingin mempermainkannya. Dia tidak berniat untuk membuatnya benar-benar memakan bawang itu.
Setelah sarapan, Lana mencuci beberapa buah di dapur dan hendak membawanya ke Jehan.
Tepat pada saat dia sedang sibuk, ponselnya berdering.
Dia bertanya-tanya siapa yang menghubunginya pada jam ini.
Lana mengambil ponselnya dan menjawab panggilan itu. Setelah mendengarkan ucapan di telepon, wajahnya menjadi pucat. "Apa? Apa yang terjadi pada nenekku? Aku akan ke sana sekarang juga."
Mengakhiri panggilannya, Lana meletakkan buah-buahan itu di meja dan bergegas keluar dari dapur, mengabaikan pergelangan kakinya yang terkilir.