icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Bab 5
Sarapan
Jumlah Kata:668    |    Dirilis Pada: 15/12/2022

Mata Lana terbelalak kaget. Wajah tampan Jehan berada tepat di depannya. Hidung mereka bersentuhan, napas mereka berbaur menjadi satu dan menyapu wajah mereka. Suasana di ruangan itu seketika terasa sangat tegang.

'Habislah aku. Apakah pria ini akan menyalahkanku karena mencoba merayunya? Bagaimana jika dia mengira aku telah melanggar perjanjian dan menuntut cerai?' pikir Lana.

Wajah Jehan tegang karena amarah. Dia memelototi Lana, yang terbaring di atas tubuhnya. "Turun dari tubuhku!"

"Ya, ya. Oke."

Sambil menopang tangannya di dada Jehan, Lana mendorong dirinya untuk bangun. Dia menelan ludah ketika dia merasakan otot-ototnya yang keras di bawah jemarinya. Dia tidak menyangka bahwa tubuh Jehan akan tetap berotot meski cacat.

Jehan bergidik karena sentuhan Lana menimbulkan gelombang arus ke sekujur tubuhnya. "Cepatlah!" bentak Jehan dingin.

"Baiklah." Lana berusaha keras untuk menyeimbangkan dirinya. Akan tetapi, pergelangan kakinya tiba-tiba terasa sangat sakit sehingga dia kehilangan keseimbangan lagi dan kembali jatuh menimpa tubuh Jehan. Bibir mereka bersentuhan sekali lagi.

Tidak berani menatap wajah Jehan, Lana bangkit berdiri, melangkah ke samping dengan terpincang-pincang, dan mengangkat tangannya. "Aku minta maaf."

"Kamu melakukannya dengan sengaja, kan?" desis Jehan melalui giginya yang terkatup.

Menyadari kesalahannya, Lana dengan cepat mengulurkan tangannya untuk membantu Jehan bangkit duduk, tetapi Jehan menepisnya.

"Baiklah. Aku tidak akan menyentuhmu, oke?" gumam Lana, mengusap tangannya. "Aku tidak menyukaimu. Mengapa kamu begitu waspada di sekitarku?"

Kemudian, Lana berjalan dengan tertatih-tatih menuju lemari, mengeluarkan selimut, dan berbaring di sofa.

"Selamat malam." Setelah mengatakan itu, dia tertidur. Beberapa saat kemudian, suara dengkuran lembut memenuhi ruangan itu.

Jehan menatap sosok mungil yang meringkuk di sofa itu dan menyentuh bibirnya sendiri. Jejak rasa malu melintas di matanya.

Dia pun bertanya-tanya apakah wanita itu baru saja mencoba merayunya.

Keesokan paginya, Lana bangun pagi-pagi sekali. Yang mengejutkannya, dia tidak menemukan Jehan di kamar. Dia bergegas mengganti pakaiannya dan pergi ke ruang tamu. Begitu tiba di sana, dia melihat lingkaran hitam di kedua mata pria yang memelototinya.

"Apakah kamu baik-baik saja?" tanya Lana, mengerutkan keningnya.

Lana bertanya-tanya apakah dia menderita penyakit lain selain kelumpuhannya.

"Diam!" Jehan memelototinya, tetapi tatapannya tanpa sadar beralih ke bibirnya yang montok dan merah. Jantungnya tiba-tiba berdegup kencang ketika dia merasakan keinginan untuk menciumnya lagi.

Dia menggertakkan gigi untuk menangkal pikiran aneh itu di benaknya. Dia terus mengatakan pada dirinya sendiri bahwa dia tidak ingin menciumnya karena dia merasa Lana sedang merayunya dengan sengaja.

"Aku akan membuat sarapan." Sambil melihat semua peralatan masak baru yang ada di dapur, Lana mengenakan celemeknya, siap untuk memasak, sama sekali tidak menyadari ekspresi aneh di wajah Jehan.

"Kamu bisa memasak?" Mata Jehan melebar karena terkejut.

Dia telah mendengar bahwa putri dari Keluarga Rahayu adalah wanita yang sombong dan manja. Kapan wanita itu belajar memasak?

"Coba lihat saja sendiri!" ucap Lana dengan percaya diri. Lagi pula, dia tidak akan meracuninya.

"Aku tidak makan bawang," ucap Jehan mengingatkannya.

"Mengerti."

Meskipun Lana mengatakan itu, dia tetap memotong tiga siung bawang di depannya.

Seperti yang diduga, Jehan tampak kesal ketika sarapannya sudah dihidangkan di depannya.

Dia dengan marah mengaduk sup sayur di depannya menggunakan sendok, berniat untuk membuang potongan bawang yang ada di dalam mangkuknya.

Melihat tingkah kekanak-kanakannya itu, Lana diam-diam tersenyum.

Jehan hampir menghabiskan semangkuk sup itu, tetapi dia tidak bisa menemukan satu pun potongan bawang di dalamnya. "Apakah kamu mempermainkanku?" tanya Jehan, menatapnya.

"Aku tidak akan berani." Lana mengedipkan matanya dengan main-main.

Sebenarnya, Lana telah memasukkan semua bawang cincang yang ada di dalam hidangan itu ke dalam mangkuknya sendiri. Setelah bertanya pada seorang pelayan, dia mengetahui bahwa Jehan tidak alergi bawang. Pria itu hanya sangat pilih-pilih tentang makanan, jadi dia ingin mempermainkannya. Dia tidak berniat untuk membuatnya benar-benar memakan bawang itu.

Setelah sarapan, Lana mencuci beberapa buah di dapur dan hendak membawanya ke Jehan.

Tepat pada saat dia sedang sibuk, ponselnya berdering.

Dia bertanya-tanya siapa yang menghubunginya pada jam ini.

Lana mengambil ponselnya dan menjawab panggilan itu. Setelah mendengarkan ucapan di telepon, wajahnya menjadi pucat. "Apa? Apa yang terjadi pada nenekku? Aku akan ke sana sekarang juga."

Mengakhiri panggilannya, Lana meletakkan buah-buahan itu di meja dan bergegas keluar dari dapur, mengabaikan pergelangan kakinya yang terkilir.

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka
1 Bab 1 Pengantin Pengganti2 Bab 2 Jehan Sahid3 Bab 3 Kalung Misterius4 Bab 4 Ciuman Pertama yang Dramatis5 Bab 5 Sarapan6 Bab 6 Pengasuh yang Arogan7 Bab 7 Menyelamatkan Situasi8 Bab 8 Mengusir Mereka dari Vila9 Bab 9 Seperti Anak Kecil yang Merepotkan10 Bab 10 Keluarga yang Kejam11 Bab 11 Kalung12 Bab 12 Menghadiri Perjamuan13 Bab 13 Perselisihan di Perjamuan14 Bab 14 Kebenaran15 Bab 15 Tante yang Serakah16 Bab 16 Aku Membantu Istrimu17 Bab 17 Saras yang Jahat18 Bab 18 Kompromi19 Bab 19 Bersalah20 Bab 20 Kerja Bagus21 Bab 21 Ibu yang Pilih Kasih22 Bab 22 Membantu Lana23 Bab 23 Berusaha Terlihat Marah24 Bab 24 Pertengkaran25 Bab 25 Sepupunya26 Bab 26 Surat Penerimaan27 Bab 27 Keluarga Sahid Menyatakan Bangkrut28 Bab 28 Saras yang Gila29 Bab 29 Motif Tersembunyi30 Bab 30 Menjadikannya Sebagai Sasaran31 Bab 31 Proposal32 Bab 32 Berhasil Mendapat Sponsor33 Bab 33 Memikirkan Cara untuk Mencari Uang34 Bab 34 Selera Aneh Jehan35 Bab 35 Provokasi Mirna36 Bab 36 Wanita yang Menyebalkan37 Bab 37 Jehan yang Protektif38 Bab 38 Makan Malam Mewah39 Bab 39 Pria Idiot40 Bab 40 Rumor Tentang Lana41 Bab 41 Penangkapan Polisi42 Bab 42 Aku Memercayaimu43 Bab 43 Berbagi Tempat Tidur44 Bab 44 Kesehatan Jehan Tidak Baik45 Bab 45 Pembunuh yang Sebenarnya46 Bab 46 Undangan47 Bab 47 Saran Wisnu48 Bab 48 Kristina yang Ceroboh49 Bab 49 Lana dalam Masalah50 Bab 50 Amarah Jehan51 Bab 51 Terpikat52 Bab 52 Menciumnya53 Bab 53 Gosip54 Bab 54 Klarifikasi Rumor55 Bab 55 Sudah Menikah56 Bab 56 Cincin Kawin57 Bab 57 Kembali ke Kota Elok58 Bab 58 Tak Sengaja Bertemu Arini59 Bab 59 Kebencian60 Bab 60 Hadiah61 Bab 61 Kembali ke Kampung Halamannya62 Bab 62 Meminta Uang63 Bab 63 Menangis dalam Pelukannya64 Bab 64 Insomnia65 Bab 65 Oki yang Menyebalkan66 Bab 66 Kegelisahan67 Bab 67 Kalung68 Bab 68 Rencana Dika69 Bab 69 Bertemu dengan Vina70 Bab 70 Pekerjaan Baru71 Bab 71 Serangan Balik Lana72 Bab 72 Levi Agustinus73 Bab 73 Luka Tembak74 Bab 74 Berbohong75 Bab 75 Malu76 Bab 76 Rencana Oki77 Bab 77 Insiden di Bandara78 Bab 78 Mabuk79 Bab 79 Malam Pertama Mereka80 Bab 80 Bangun81 Bab 81 Aku Tidak Ingin Melihatmu lagi82 Bab 82 Siapa Pria Itu83 Bab 83 Merasa Bersalah84 Bab 84 Jehan Khawatir85 Bab 85 Semua Ini Karena Saras86 Bab 86 Jehan yang Keras Kepala87 Bab 87 Menabrak Levi88 Bab 88 Rencana A Gagal89 Bab 89 Masalah Oki90 Bab 90 Lagi-Lagi Levi91 Bab 91 Provokasi Feni92 Bab 92 Mengenal Levi93 Bab 93 Mencurigakan94 Bab 94 Datang ke Kampus untuk Menemuiku95 Bab 95 Diawasi96 Bab 96 Konfrontasi97 Bab 97 Pertimbangkan untuk Bersamaku98 Bab 98 Tidak Ada Ciuman atau Pelukan 99 Bab 99 Seperti Apa Wajah Levi100 Bab 100 Tiket Pameran