Darah Sang Mafia
penyambung ke klien besar. Dengan kasar ia menendang kursi dan membalik meja kecil di sudut ruang tamu r
is. Ia berjalan ke ruang makan dan tidak mendapati siapa-siapa, hanya saja makan
buh sekali Bibi pasti sudah di rumah, selamat makan ya, Den D
denting sendok dan garpu yang terdengar. Dastan makan dengan pelan. Lalu matanya menatap ke arah p
*
ar komputer yang berjajar rapi dan senyuman tersungging. Seseorang yang sedang ia pantau terekam berbuat tindak kejahata
at biasa. Biar saya yang ha
u membuka pintunya sangat pelan. Lampu kamar terasa meredup. Sedangkan Dara sudah terpejam dengan membelakangi pintu. Tubuhnya ia tutup dengan selimut sampai sepinggang. Terlihat jelas bekas kebiruan di len
main sama lo.' ucap Dastan dalam hati sambil ke
an dengan Dastan yang sudah duduk di meja makan samb
mau ngomong
bawa pelacurnya ke sini. Tapi, lumayan, lah, sebelum Ayah yang main, saya dulua
n apa, Den?" tatapan Tin
arin di sini Bi
n yang suka aden bawa ke sini, bahkan tuan besar baru pe
uang, butuh kasih sayang, atau butuh sesuatu yang lebih. Selama Ayah belum p
di sini. Tina membawakan makan siang untuk Dara ke dalam kamar. Sudah tiga hari Dara dikurung di dalam kamar dan tidak protes sedikit pun. Ia selalu terseny
berisi makanan. Gadis itu hanya melirik, lalu tersenyum.
nya masih sakit, nggak? Kapan kontrol ke rumah sakit lagi?" tanya Tin
Bi." Dara meraih sendok, namun tangannya justru gemetar, ia lemas. Tina meng
Dara?" ta
na–" Rasanya tenggorokan Dara sakit, kalimatnya tak keluar. Tina meletakkan piring. Ia merengkuh
dan Kakakmu tidak baik, tidak sayang sama kamu?" bisik Tina. Dara me
san kalau mereka kesal." Terlihat Dara mencoba t
?" Tina mendadak gusar. D
i rumah, nggak boleh ke mana-mana, bahkan saya nggak bisa sekolah. Ayah bilang, Ayah sibuk
u apa?" Tina mera
n, ini faktanya. Ginjal saya diambil, dijual, dan saya di sini sekarang, tanpa kejelasan." Tampak Tina kehabisan kata-kata, ia menatap sedih ke Dara. "Ada yang mau Bibi tanya atau kasih tau Dara? " ucap Dara. Tina menatap dengan tatapan ragu. Akhirnya, ia urungkan bertanya
s Bibi suapi, ya," tukas Tina
hat bekas luka di leher juga bahu Dara, bekas perlakuan kasar Dastan masih tersisa. Tina mar
i, dan akan pulang sore atau malam hari. Dara tersenyum, ia mengan