Darah Sang Mafia
ra lapar, ia juga belum minum obat. Setelah tiga hari kembali di rawat oleh Samuel di rumah sakit tempat ia bekerja, Dara diminta
maram, hanya lampu dapur yang tampak menyala terang. Dara melihat sekitar, Dastan tak nampak. Ia mengelus dada men
lihat mie instan. Senyumnya merekah, lama sudah ia tak menikmati makanan itu.
udah duduk dengan semangkuk mie rebus dengan telur yang siap disantap. Rasanya ia begitu bahagia,
jadi satu ke atas, membuat wajah yang penuh peluh karena efek menikmati mie
stan, apalagi saat itu Dastan memang bersembunyi saat suara pintu kamar Dara terbuka. D
i dalam, ia menyalakan lampu. Kedua mata elangnya memindai, senjata mana yang akan ia gunakan untuk aksinya malam itu. Bibirnya menyunggingka
aket kulit warna hitam, topi, dan sarung tangan kulit warna
ajak jalan sekarang, nih?"
n segera bersiap, ia keluar dari ruangan itu setelah memantau
s!" tanya Igo s
k tangga sambil menyudahi bicara dengan Marlon. Dara terkejut, ia diam mematung, takut jika Dastan kem
ngin lalu dengan cepat meneguk hingga tandas. Ia meletakkan
ke arah lain. Dastan melepaskan dengan kasar wajah Dara hingga kepala belakangnya terbentur sandaran kursi cukup keras. Ia berdesis menahan nyeri. Dasta
makan, membuang kaleng bir bekas Dastan lalu berjalan kembali ke kamar sambil membawa satu
*
tan duduk di hadapan pria itu dengan santai tapi tatapannya menghun
tak banyak bicara, tangannya sudah memegang glo
g menyuruh anda menyelundupkan kokain itu. Apa anda tau, klien saya bukan orang sembarangan. Kokain itu ... yang anda selundupkan, sudah membuat anggota klien saya mati. Dan... ya... saya hanya mewakilkan klien saya membalaskan dendamnya. Jangan pernah bermain kotor sendirian, apalagi sampai membuat orang lain tidak bersalah, menjadi korban.
r ke jok belakang secara sembarang. Tangan kiri merapikan rambutnya, kaki kanan menginjak pedal gas begitu dalam,
dimainkan DJ terkenal, membuat semarak pengunjung klub yang seolah lupa waktu. Ia te
Ia memeluk erat Dastan yang tinggi
melepaskan pelukan. Lalu duduk berhadapa
n kadar alkohol rendah. Ia tak kuat minum, beda dengan Dastan
alian masih lama, kan? Gue minta waktu satu jam." Dastan beranjak.
pai ke akar-akar." tegur Igo dengan tatapan serius. Samuel dan Marlon hanya bisa tertawa. Da
tuh, Go," r
. Dastan kembali duduk, ia menghela napas panjang. Tak lama
Dastan kemb
r dan sekarang, transaksi di area belakang klub ini, tuan." La
rlon, terakhir Igo berjalan paling belakang. Tangan masing-masing dari m
uara berat Igo terdengar bag
ci dari luar. Keempatnya sudah berdiri bersisian dengan tangan terangk
sambil mengangkat tangan ke udara, menunjukkan bungkusan narkotika di tangan
mbah. Dastan melangkah mendekat, berjongkok pada pria plontos itu, lalu menodongkan senjata ke arah dagu. "Bilang sama Steve..., jangan bawa sampah ke tempat gue, dan... transaksi di tempat gue. Atau... gue bersihin sampah yang dia kirim sampai tid
*
bertindak!" ucap Dastan sambil meletakan ponselnya kasar ke atas meja kerja di kamarnya. "lubang semut juga bisa gue temuin," gumamnya lalu tertawa pelan sambil mulai kembali mencari mangsanya, kedua mata memantau lima layar monitor bersamaan. Ia bekerja di kamarnya seorang diri. Kecerdasannya dalam urusan IT tidak d
elana panjang. Tubuh atletisnya ia dapat karena mendalami bela diri Judo, taekwondo, tinju, dan menembak. Itu semua ia
anya Dastan saat makan siang ditemani Arta dan As
en," ja
n dengan sayur serta l
an nggak makan?"
tadi bareng
n bayaran di sini. Bodoh." ucap Dastan asal. Asri dan Arta menatap ke arah ibu
di sini, Bi." Dastan minum air puti
u, den,"
ngeluarkan ponsel dan mengetik sesuatu, lal
ucap Dastan sambil menunjuk pakaian saudara kembar itu, lalu beranjak, berjalan meninggalkan area meja makan. "Makasih udah temenin sa
Dastan lagi?" tanya Tina
" jawab Arta. Tina
dibutuhkan, entah sama siapa. Beli baju besok, di tempat yang biasa Da
jawab kedua
mata, karena efek obat yang ia minum membuatnya mengantuk, namun ia mendengar suara erangan dan
apa hidupnya kacau? Sama sepertiku?