Darah Sang Mafia
pingnya. Ia melanjutkan membaca novel. Suara pintu terbuka terdengar. Dara diam, ia menutup bukunya dan duduk dengan kedua tangan terlipat di atas novel yang tergeletak di at
Dara yang duduk seolah menatap ke arahnya d
yang bersama Dastan langsung merapikan pakaian yang sudah terlep
gera menghampiri dan menggebrak meja makan dengan keras. Dara diam, ia
a sebelum aku ketuk!" lanjut Dastan lagi. Wanita itu segera berlari ke kamar Dastan, masuk dan menutup
rbentur meja makan. Dara diseret den
ai dengan kasar. Ia hanya meringis. Dastan menarik rambut belakang Dara, lalu menatap sambil terus memaki. Dua tamparan men
engkram rahang Dara dengan tangan besarnya.
i lagi, menampar wajah Dara. "Den Dastan, udah! Jangan kasar ke Dara!" teriak
di rumah ini seenaknya! Minggir kalian. Minggir!" perintah Dast
an menatap Tina dan mang Dadang dengan tatapan marah. Dara berjalan hi
a yang tak tega melihat Dara terus terjatuh menyent
segera masuk ke dalam sana, terdengar suara lemari tertabrak sesuatu, lalu Dastan keluar dan menutup pin
an Dara, "
tu hal yang baik dan rasa iba juga hilang dari dalam dirinya," ucap mang Dadang samb
n Dastan. Dara hanya sesekali tersenyum lalu kembali menatap lurus ke depan, bulir air mata perlahan jatuh membasahi pipi. "Bunda... Dara
*
terdengar membuat Tina yang sedang ber
t, apa tubuh Dara luka atau biru-b
a dua atau empat hari paling lama hilangnya," ucap Dar
melihat luka sobek sed
bil berjalan mengambil
ali semalam," tanya Tina penuh kelem
i bisa kasih tau dimana ruang cuci bajunya, saya cuci sendiri karena Dastan mela
nya hanya ini?" tanya Tina yang melihat semb
bisa, nanti saya peras sampai kering d
akan?" tanya Tina sambil mengambil alih baju kotor dari tangan Dara. Ia sudah memerhatikan sejak Dara tiba
a dikunci ya, dan ... terima kasih, Bibi baik." Dara te
ar kamar dan kembali menguncinya. Dara berjalan ke dalam kamar mandi perlahan karena pinggangnya nyeri dan beberap
unyi saat mengintai target. Ia tengkurap, membidik sasaran dengan senjata jarak jauh yang sudah disiapkan. "I
a dari earphone yang terpasan
mpuhkan kaki kiri dan kanan, setelah mereka tumbang, segera
lang saat membidik mangsa, dan tak segan mencabut nyawa juga. Julukan di dunia hitam begitu menyeramkan. The Black Wings, atau si sayap hitam. Tak takut kepada siapa pun, juga t
egera beraksi begitu pun Dastan yang menargetk
embari kembali membakar sebatang rokok. Pintu bagasi mobil terbuka, ia meletakkan senjata, berganti ke kedua glock yang ia selipkan di pinggangnya. Ia akan kembali beraksi karena klien besarnya menunggu di markas. Terlalu gelap dunia Da