Darah Sang Mafia
uk belajar, atau keluar kamar. Mereka bilang, itu hukuman karena ... karena saya jadi Bunda meninggal. Jadi saya harus
a mereka dendam de
ang, saya cukup di kamar aja, tunggu sampai malai
i jaminan karena hutang Ayah Dara
kan jaminan, atau dijual ke orang kaya raya yang mau perempuan muda, kare
g di kamar atau di rumah?" dada Tina
un sepertinya, Bi, say
Kalau, perlakuan kasar, Dara juga sering diperlakukan sama Ayah dan
a ajak bicara saya, tapi jika jawaban saya kurang memuaskan mereka, mereka suka cubit, dan memaki juga, untuk itu saya terbi
Dara." Tina terdengar sedih d
asa sedih, sakit hati bahkan mau balas dendam. Tidak Bi, karena saya hidup hanya tinggal menunggu kapan dijemp
elai rambutnya. Dara memejamkan kedua mata, menikmati buaian angin yang menenangkan
B
suara Tin
sah karena air mata. "Apa nanti saya bisa pulang lagi ke rum
Atau, Dara bisa tinggal di paviliun bersama kami, nggak masalah, Dara. Kamu jangan se
Dara pelan. Tina hanya bisa menghela napas panjang, ia juga
*
idur. Kamarnya terkunci dari luar dan ia sedang duduk di te
tidur?" suara
a beranjak sambil berdir
sang sama teh manis ha
ima kasih Bi, oh iya, apa Dastan belum pulan
segini Dastan sudah pulang," ucap Tina. Dara meng
angkir yang ia pegang jatuh dan pecah. "Dara, ayo, kita bermain," suara Dastan yang terdengar me
encabut pecahan beling yang sudah
p Dara dengan
gue yang main duluan, sini cantik." Dastan berjalan perlahan dalam kead
aikan misi dan klien gue sangat puas!" Dastan merengkuh pingga
n," protes Da
n bersama orang yang tenaganya masih besar dari
n," tanya Dara p
buat gadis itu berteriak memanggil Tina. Dara terus berteria
Den Dastan stop! Jangan!" ucap Tina sa
ihan Dara." Tina sudah mena
h. Ia lalu menyeret Dara. Menarik tangan g
AMPAI BIBI TERIAK MARAH KE
l
ngkur. Dara diam, Tina kembali merengkuh tubuh Dar
den Dastan, lihat ini
a keluar kamar. Dastan menarik Dara dengan seenaknya menuruni tangga
tan menoleh. Menatap Dara yang te
anya Das
usir saya dari sini, tapi itu tidak bisa, karena saya han
coba bohong sama saya
r
il. Dara meringis. Kepalanya juga terbentur tembok, ia merasa pusing.
GGAK ADA ORANG TUA YANG TEGA KASIH ANAKNYA
udah... jangan siksa dia lagi karena kebencian juga kemarahan kamu yang tidak beralasan. Lihat ini!" Tina terpaksa membuka dress yang dikenakan dara hingga terlihat bekas jahitan melintang sepanjang pinggang kiri. Dastan diam, jelas t
namun masih bisa mengontrol semuanya, tadi, ia hanya pura-pura, mau mengetes D