Jerat Cinta Dosen Killer
di kelas kita. Lihat! Wajahny
masih mu
h 23
ngnya untuk melakukan bimbingan skrispsi. Dua puluh tiga tahun? Apa-apan! Dia tahu kalau dosen sombong itu masih muda, tapi dua puluh tiga tahun? Arum merin
wajah rupawan yang menjadi impian set
at wajah seolah mencari inspirasi yang bisa membuat harinya sedikit lebih menarik. Arum berdiri, membayar makanannya dan berjalan
luar sih Arum punya teman, tapi kalau di sini ... Arum menggeleng pelan. Tahun
an yang menjadi tujuan utamanya, nyalinya langsung ciut sampai pada titik terendah. Arum menelan ludah. Ketakutan membuatnya maju mundur
njaga suaranya terdengar normal, mengingsuk
dekat ta
ud
nya di kursi kayu yang
ka terlambat, ceroboh dan menganggap
Dia kan cuma mau bimbingan skripsi
s selain tentu saja karena bodoh adalah karena
dak mengucapkan apa pun yang akan membuatnya menyesal. Apa yang sud
tiga bulan, jika tidak selesai
ngangka
n membuat gerakan ter
nggal pada wisuda,"
an untuk memukul dan melempar dosen di depannya ini. Apanya yang tampan? Wajah ini persis sepe
m seminggu. Selama jangka itu, aku tidak ingi
kankan kata Pak agar dosennya
ya nanti ak
k, P
ang ke
mbuat suara berderak terdengar. Dia
pa us
u berbalik dengan heran. "Say
tua ter
kesal, tidak peduli jika do
hati. Awas saja ...." Arum menyeringai membayangkan di
k ponsel dari tasnya dan
Arum begitu tele
alasan terdengar d
yukk, mau
kerja, Aru
lam?" ujar Arum antusias. Dia butuh bercerita agar kepalanya tid
ke
mendengar jawaban sahabatnya. "Ajak Intan s
u ya, aku mau b
Ini sahabat gak pengertian ba
tkan aktivitasnya. Dia butuh ke perpustakaan jika ingin segera selesai skrips
cur ke dunia maya. Dia membuka akun IG dan mengetik nama 'Daffin Narendra' di kolom pencarian. Dalam se
yang dia lihat. Apa ini? Daffin tidak banyak memposting di feednya, tapi bukan itu yang membuatnya kaget setengah ma
a yang dia sendiri tidak tahu negara mana. Arum terus menyusuri postingan dosennya, melupakan fakta kalau dia sudah stalk
uana diusia semuda itu? Rasa penasaran menguasainya. Dia keluar dan membuka kolom pencarian Google, mengetikkan nama Daffin Narendra. Arum sekali lagi membelalak tidak percay
s-terusan mencari tahu tentang dosen dingin itu. Arum berdiri dan bersiap ke perpustakaan. Dia
sekali lagi berbisik mengingatkan. Arum yang kesal menghentak-hentak
nya mengaduh saat dia jatuh dan lutu
ring terjatuh tapi dengan sepatu datar pun nasibnya sama saja. Sebuah tangan terul
udah tidak be
et saat melihat
ucapnya t
mengang
gumamnya se
jangan lupa data
odoh membuat Daffin
epertinya," gumamnya santai dan berlalu meninggalkan Arum yang tin
ka saat ini dosen gila itu pasti sudah mati dibawah tatapan tajamnya. Dia mendengus dan kembali melanj
dosen