Hey U!
i 20 menit yang lalu, kini Adit dan Raya berjalan menuju parkiran. Gadis itu tak ingin langsung pulang, se
balik arah kepada Raya yang masih berjalan dibelakangnya. Membuat gadis itu menabrak tubuh Adit yang tinggi. Ia meringis saat tubuhnya menabrak tu
apun tolongin Raya saat ini mau terbang. Beberapa saat kemudian keduanya sudah membelah jalanan siang ini. Terik matahari memanggang kulit putih Raya yang terpapar langsung. Angin sepoi-sepoi membuat k
, supaya Raya tetap pada posisinya. Cowok itu juga memelankan laju motornya agar t
*
rbiasa keluar masuk rumah ini, bahkan ia sudah menganggap rumah ini sebagai rumah keduanya. Dan juga keluarga di dalamnya yang selalu
eluar dari dapur. Dengan manja Raya langsung berhambur ke pelukan hangat per
Raya justru semakin bergelayut di pelukan perempuan paruh baya itu. Melihat tatapan tidak suka anaknya, pe
Raya justru se
rumah," Nadia menyelipkan anak rambu
, tapi kangen juga deng ak
n kamu nih," Nadia berjalan ke dapur beberapa
krak kegirangan melihat makanan ke
eski ia bukan bagian darinya. Nadia pun mengambilkan nasi dan lauk untuk Raya, dengan telaten ia memanjakan gadis itu. Adit yang tak mau kalah pun minta untuk diambilkan nasi dan lauk oleh Nadia. Mereka pun makan dengan lahap, perempuan paruh baya itu memandangnya dengan teduh. Hening
menggubris, Adit justru memakannya dengan lahap. Raya berusaha untuk mengamb
justru tertawa girang di depan gadis ya
nggak perlu ambil punya Raya." Nadia merutuki anak laki-lakinya yang m
erwarna putih ke piring Raya. Gadis itu justru meraup semua pepes tahu
gue semua,
udian. Raya mencuil tahu pepes di depannya sebesar sep
AH!" "Makanya jangan
dit, Nadia justru mel
anak kecil minta dibelikan permen. Nadia justru tertawa
*
yang muncul dari balik pintu, berjalan ke meja belajarnya. Ia mulai membuka-buka buku dan mengerjakan tugas
a sudah tahu jawabannya, tapi tetap saja tak menghalanginya untuk ter
ang jelas-jelas jawabannya pun lo u
sa rambutnya dibuat mainan dan dijambak kecil. Tangan mungil itu menepuk-neput wajahnya. Setelah matanya terbuka sempurna, sudut bibirnya melengkung ke atas melihat tangan mungil Adam. Adik Adit yang ma
am Adam berkali-kali. Adit hanya tersenyum dari balik meja belajarn
lajar terus," ucap Raya mengajak bicara bayi mungil itu. Adam yang meras
jangan kayak bang Aidan, jadi playboy
memalingkan pandangannya dari buku. Ia
nya terkekeh dengan
h lo." Ucapnya membela diri, terkikik geli denga