Hey U!
kepala Bagas, cowok itu meringis kesakitan di bagian kepala yang terkena sepatu. Melihat Aidan yang tertawa puas membuatnya yakin siapa pelakunya. Tadinya Aidan ingin langsun
kemudian ia berlari sekencang kilat, saat Bagas mengejarnya dengan beringas. "WOY MAHMUD, LO PUNYA DENDAM APA SIH HAH," Suara barit
iak Aidan dengan sant
LAN
*
lik pintu, mencari seseorang yang barusan ia panggil. Adit tidak ada di kelasnya, padahal tas ransel milik
dan cowok itu memang sedikit ak
ssbay ala-ala. Bagas yang mulanya tersenyum sumringah, seketik
tentunya tak diindahkan oleh Raya. Tanpa mereka sadari, Aidan yang mula-mula tidur de
ntarkan pertanyaan. Bagas yang tidak
berjalan mendekati gadis itu. "Perasaan tadi tidur." Gumam Bagas hanya d
ya seketika mundur beberapa langkah. Susah payah Raya meneguk salivanya. Laki-lak
h Raya. Gadis itu berdecak sebal dengan tingkah laki-laki di hadapannya saat ini. Aidan sudah menguncinya dengan kedua tangan yang menempel di tembok. Kalau boleh jujur, sebenarnya jantungnya sudah butuh pertolongan
t oleh Raya. Satu sepatunya telah disembunyikan oleh Bagas, karena kelakuann
O," bal
ANJI
LO SE
YA N
piade. Raya tak mempedulikan panggilan Adit yang melihatnya keluar dari kela
Bagas terkekeh, cowok disampingnya mengusap-usap kak
at Adit dan Raffa memasuki kelas, membuat
ak-galak napa sama gue," gerutunya. Adit
e tuh," sahutnya sambil
*
ada satupun dari mereka yang berbicara, semua fokus pada makanan di depannya. Jeritan Bagas yang ketakutan menuju kearah keempat gadis itu berada.
Dari arah luar kantin, terlihat Aidan yang berlari kencang sed
s yang memburu. Bagas yang berlindung di balik tub
bola matanya malas. Kepalanya sudah pusing dengan pelajaran hari i
Lala, kesal dengan kelakuan mereka yang sudah kayak Tom and Jerry. Kepalanya sudah
arga diri, gak bisa dibiarin
sih berusaha menangkap Bagas yang masih saja berlindung di balik tubuh ga
t kecil berbentuk bunga matahari. Ia memegang kepalanya yang sudah terasa hampir pecah. Tatapan
ing kalo tetep mau berantem tuh kesana," Raya menunjuk
Gadis itu beralih
g telinga gue bego!" Kedua laki-laki itu hanya bisa memasang
datar. Sudah seperti ibu yang menegur anaknya. Melihat tata
sebelum akhirnya cowok itu berlari menghindari Ai
habatanya yang setiap hari membuat tekanan darahnya naik seketika. Jalannya yang pincang karena hanya menggunakan satu sepa
mendengar suara asing. Dita tersenyum kepa
rwarna biru yang berisikan makanan. Gadis itu,