icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Petak Umpet Joe

Petak Umpet Joe

icon

Bab 1 Iqbal Albani

Jumlah Kata:1806    |    Dirilis Pada: 03/07/2022

i ingat, apakah kekeliruanmu menyebabkan masalah bertamb

*

t!! K

rdengar nyaring

Itu aku dan malam-malam gini masih saja sibuk ngetuet dengan komputer menyala. Tugas kantor yang

hatnya tiga kali, tapi masih

n tanganku masih sibuk memainkan keyboard komputer. P

n memang sela

kan di narasi awal, umurku kurang lebih segitu. Mewarisi kulit putih tampang khas Korea dari ibuku dan watak jawa dari ayahku. Siapapun pertama kali melihatku pasti mengira aku adalah oppa-oppa korea. Identik dengan jogetan maut membuat

di mana akan kuce

enit b

sudah sep

i keyboard komputer. Mataku sedikit li

p pojok kanan bawah layar Komputer, meraih salah satu kertas dan menan

Cepat. Sangat cepat hingga ekor penglihatanku memahaminya. Aku yakin itu

leh kanan kiri, m

hanya komputer di mejaku saja masih menyala. Gelap, apalagi pojok ruangan dan jendela kantor yang tertutup tirai membuat ruanga

ng. Aku mengambi

suk dari Mei

a langsung berteriak lumayan keras k

eira. Napasku masih ter

asih di kantor." Jawabku mulai merapikan meja

upa kan, hari

lan di meja, tangg

" Katak

ada acara penting kan. Jangan bilang kamu lupa!?" Meira mulai

am telpon sedikit lebih keras karena suara dalam kafe sedikit ramai. Aku mendengar satu dua orang bercakap-cakap lalu kemudian t

koe iki. (Aduh, kok bisa aku lupa lho, aduh

anak tangga, mematikan lampu ruangan sebelum benar-benar meninggalkannya. Sa

Aku lagi nungguin k

ya

nutup

mereka sepintas terlihat di dalam ingatanku. Begitu banyak memori masuk, tapi yang masih kuingat betul adalah semasa MOS. Saat itu pernah ada c

erutuku. Aku tersenyum

l yang masih terparkir. Sisanya hanya hamparan beton sejauh mata memandang. Astaga benar-benar bikin meri

enai wajahku. Sebelum masuk

u hujan?

aku buru-buru masuk ke dalam. Menyalakan m

a satpam menyapaku di ujung pin

cepet mau pulang." Kataku asal. Padahal

tepat gitu." Satpam itu tertawa. Lalu menekan tombol guna

amit secepat mungkin. Menyusu

gemudikan mobil. Berberapa kilometer lagi aku akan sampai di kafe tempat reuni.

sebela

nggak makan bany

u cepat secara bertahap. Dan apa ini. Air liurku tida

ku usap

an mobilku segera. Bergegas mas

g biasa datang bersama pasangannya memesan dua gelas Ice taro latte. Aku

ada rombongan yang datang ke sini untuk acara reuni. Barista itu berkata, "

u maksu

s piring yang ditumpuk, gelas dan tisu yang berserakan. Acara makan-maka

acara reuni SMA

u masih berdiri tidak percaya.

dah kemba

!! Ds

ponselku. Aku membuka

i ia akan marah-marah karena aku

o. (Udahlah gak

ah. Entah apa yang mereka rencanakan, alasannya mereka ingin mengenang kembali masa-masa SMA. Awalnya aku nggak setuju dan mau pulang. Tap

ni ke asrama s

apa

iar bagaimanapun ke asrama sekolah rame-rame b

li ke mobil tancap

ku mulai gelisah atas apa yang mereka pikirkan malam ini. Kupikir hanya

ah kecepat

g basah karena rintik hujan, pepohonan yang terhayun kanan kiri karena angin seakan mengatakan ada sesuatu yang tidak biasa terjadi malam ini. Tenagaku habis.

kan ikatan dasi, me

berdering

ihatnya

k. Mungkin

ponsel, kecepatan mobilku kukurangi ak

Akmal yang mengusulkan. Ia membacakan aturan mainnya, larangan, dan cara menyelesaikannya. Cepatlah. Mereka sekarang udah mau ngelakuin semacam

esai me

gi-bengi ngene. (Ini gimana sih, maksudnya lho,

idak terlalu jauh, tapi

m tanganku

sempat.

kasus mengerikan. Jaraknya yang lumayan juga jadi salah satu faktor para siswa luar kota enggan menempati bangunan tersebut, kebanyakan lebih memilih kos dekat bangunan s

sekolah dengan cara lompat pagar belakang. Saat melewati jalan asrama. Ia mendapati banyak siswa tengah menempati gedung asrama tersebut. Padahal pihak sekolah belum mengizinkan gedung tersebut dihuni oleh siapapun. Yang ia lihat justru sebaliknya. Awalnya ia

perti gedung terbengkalai lainnya. Warna cat dinding yang sempurna membuat siapap

. Benar sesuai dugaannya, gedung itu kembali menjadi gedung tanpa penghuni. Bayangan mata yang ia kira gedung baru dengan warna menyala sekarang menjadi gedung

h. Sebelumnya

tis, dengan cepat dia berlari sekua

ang anak tak kunjung pulang. Si Ibu mencoba menelpon wali kelas sang anak. Wali kelas menjawab bahwa sang anak tidak masuk sekolah hari ini. Kendati mulai cemas, sang ibu malah menganggap enteng keperg

i ditelan bumi. Seperti te

*

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka